BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting, menurut Pembukaan UUD 1945 alinea 4 telah ditegaskan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan, diharapkan akan muncul SDM sebagai warga Negara yang baik dan mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat negara serta mampu membawa bangsa Indonesia bangkit dan maju dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang. Namun seiring perkembangan jaman yang semakin cepat, sekolah yang selama ini mengajarkan mata pelajaran umum saja dianggap tidak cukup untuk menghasilkan SDM yang semakin baik dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang diungkapkan Syafri bahwa kebanyakan outcome pendidikan memperlihatkan sikap materialisme yang berpengaruh terhadap tingkah laku. Sebagaimana yang disebutkan bahwa contoh paling nyata dari kasus materialisme ini adalah tingginya kasus korupsi di Indonesia. (Adang Hambali, 2010:6) Berdasarkan data yang dirilis International Corruption Watch (ICW) pada Agustus 2014 yang dikutip dari harian Kompas.com jumlah kasus korupsi cenderung menurun pada tahun 2010 2012, tetapi kembali meningkat pada tahun 2013. Pada tahun 2010 jumlah kasus korupsi mencapai 448 kasus. Pada 2011 jumlah kasus korupsi menurun menjadi 436 kasus, pada 2012 menjadi 402 kasus. Pada tahun 2013-2014 jumlah kasus korupsi naik signifikan menjadi 560 kasus dan diperkirakan akan meningkat lagi pada tahun 2014 mengingat selama semester 1 tahun 2014 jumlahnya sudah tertangkap mencapai 308 kasus. Perkembangan kasus korupsi berbanding lurus dengan jumlah tersangka korupsi. Pada tahun 2010 jumlah tersangka kasus korupsi yang tertangkap mencapai 1.157 orang dan menurun pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2013 jumlah tersangka korupsi meningkat menjadi 1271 orang dan diperkirakan akan terus bertambah pada tahun 2014. Sejak Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, para pahlawan pendiri bangsa menyadari bahwa paling tidak ada 3 tantangan besar yang harus dihadapi Pertama adalah mendirikan bangsa yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, ketiga membangun karakter. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character 1
building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan bermartabat. (Peter Kasenda, 2010:11) Karakter adalah pedoman bagi bangsa untuk menjadi bangsa yang maju, namun pada saat ini banyak sekali kasus yang mencerminkan kemerosotan moral dan tidak adanya karakter kuat yang melekat pada diri bangsa Indonesia. Sebagai contoh adalah banyaknya tawuran pelajar, kasus pembunuhan, pencurian, kejahatan seksual dan sebagian pelakunya adalah anak-anak. Banyaknya kasus yang mencerminkan kemerosotan karakter bangsa Indonesia membuat keprihatinan bersama terutama bagi Kementerian Pendidikan Nasional sebagai pemegang tonggak pendidikan di Indonesia. Pembangunan karakter bangsa Indonesia dapat dilaksanakan bila ada kerjasama dari semua pihak untuk bisa membentuk manusia yang sempurna. Salah satu faktor yang dapat membentuk karakter seorang anak adalah orang tua. Tugas orang tua adalah memilihkan dan memberikan pendidikan yang bermutu sejak Sekolah Dasar. Pendidikan yang dimulai sejak dasar lebih mudah melekat terhadap kebiasaan anak. Salah satu yang bisa orang tua lakukan adalah memasukkan anak di sekolah yang banyak memuat pendidikan agama yaitu Agama Islam untuk membentuk akhlak dan kepribadian anak. Ketika zaman terus berkembang, maka orang tua pun semakin dituntut untuk menjadi orang tua masa kini yang harus memiliki strategi khusus bagi masa depan anak-anaknya. Orang tua ingin melihat anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan sukses bagi orang terdekatnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk merencanakan pendidikan anaknya. (Aischa Revaldi, 2010: 9) Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan putra-putrinya. Pendidikan anak pertama kali dimulai dari keluarga. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Elkin dan Handel: bahwa sebagai lingkungan pertama dan terdekat, keluarga memikul tanggung jawab utama dalam pendidikan nilai pada anak. Keluarga sebagai tempat dimana anak dilahirkan merupakan referensi pertama mengenai nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan menjadi acuan untuk mengevaluasi perilaku. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan dalam keluarga, akan tetapi orang tua juga bertanggung jawab atas pendidikan di luar keluarga, yaitu dengan memilih sekolah yang tepat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak sehingga memiliki masa depan yang lebih baik. (Sri Lestari, 2012:87) Para orang tua yang khawatir akan dampak-dampak negatif perkembangan zaman berusaha mencari solusi melalui lembaga pendidikan yang dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan yang membuat mereka risau. Saat ini banyak bermunculan sekolahsekolah terpadu, sebagian menggunakan agama sebagai landasan dasar dalam proses 2
mendidik dan sebagian yang lain tidak. Salah satunya adalah Sekolah Islam Terpadu. Berkaitan dengan hal ini, Khalid Ahmad Syantut (200 5: 119) mengemukakan pendapat bahwa, Sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi anak. Orang tua harus selektif dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya. Memilih sekolah yang tepat membutuhkan banyak pertimbangan, mulai dari lingkungan sekolah, kurikulum yang digunakan, kondisi sarana dan prasarana yang ada, sampai pada kegiatan harian yang dilaksanakan dalam sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, SD Islam Terpadu Taruna Teladan Delanggu menawarkan berbagai fasilitas dan program unggulan yang berkualitas guna mengatasi kekhawatiran para orang tua. Model sekolah ini sangat cocok bagi orang tua yang bekerja di luar rumah selama sehari penuh dan tidak mampu mengawasi sendiri perilaku anaknya. Secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi sekolah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas. Semakin hari semakin banyak orang tua yang sibuk bekerja sehari penuh sehingga tidak bisa melakukan pengawasan sendiri terhadap anaknya. Masyarakat semakin memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi. Orang tua meninggalkan rumah untuk bekerja pukul 06.00 dan kembali ke rumah menjelang malam hari. Banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja di luar rumah sehingga tidak bisa mengawasi pendidikan putra putrinya secara maksimal. Di sisi lain, sekolah dengan sistem pendidikan Halfday School (sekolah tengah hari) cenderung kurang bahkan tidak memperhatikan anak didiknya ketika berada di luar sekolah. Ketika anak didik sudah pulang dari sekolah maka tanggung jawab pendidikan ada di tangan orang tua atau keluarga. Dari sinilah banyak problem baru bermunculan, seperti kenakalan anak yang bersifat kriminal atau melanggar asusila. Kenakalan anak semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa media massa yang di dalamnya tidak jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kaum pelajar, seperti adanya pergaulan bebas, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang dan sebagainya. Hal tersebut merupakan akibat dari kurang terkontrolnya pergaulan anak dari pihak sekolah maupun pihak 3
keluarga. Hal ini jika dibiarkan oleh orang tua, akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan itu akan membentuk karakter seseorang anak. Menurut Isjoni, usia masuk sekolah antara usia 5-6 tahun merupakan saat yang amat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa. Kurikulum merupakan kerangka rencana untuk mewujudkan tujuan pendidikan. "Tahap perkembangan otak pada usia dini menempati posisi yang lebih vital, yakni mencapai 80% perkembangan otak. Lebih jelasnya bayi lahir telah mencapai perkembangan otak 25% perkembangan orang dewasa. Untuk menuju kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga usia 8 tahun, dan selebihnya diproses hingga anak usia 18 tahun. (Isjoni, 2011:3) Pengembangan kurikulum harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dari pengembangan kurikulum ini diharapkan adanya perbaikan pengelolaan proses KBM yang akan menunjang efektiftas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak akan membantu anak mengoptimalkan bakat, minat, dan potensi positifnya. Karakteristik yang paling mendasar dalam sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan ( enrichment dan remedial). Fullday school dan terpadu bisa dikatakan pendidikan sepanjang hari yang tidak hanya di kelas tetapi terintegrasi antara program kurikulum dengan seluruh sisi-sisi kehidupan anak selama di sekolah. Pergaulan anak terpantau sehingga kepribadian pun terjaga. Semuanya berada di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 1 bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Program full day school merupakan salah satu inovasi baru dalam penyelenggaraan program pendidikan dalam mengembangkan kreativitas peserta didik. Program full day school diterapkan dengan salah satu harapannya yaitu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, iman dan taqwa. Program full day school menerapkan waktu belajar yang lebih lama, yaitu dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB dengan rata-rata 8,5 jam per hari, dibandingkan dengan waktu belajar program reguler dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB bagi kelas 1 dan 2 dengan rata-rata 3 jam per hari, sedangkan bagi kelas 3 sampai 6 di sekolah reguler waktu belajar dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB dengan rata-rata belajar 6 jam per hari. Dalam waktu yang relatif lebih lama, maka 4
peserta didik mendapatkan pelajaran lebih padat dan lebih lengkap dibandingkan peserta didik di sekolah reguler. Dalam AntaraNews, dengan tema Pesantren VS Full Day System mengatakan bahwa sekolah dengan sistem sehari penuh (07.00 15.30 WIB) atau full day school dianggap mampu menengembangkan kreativitas dan keilmuan anak didik dan yang paling utama adalah membentuk karakter anak yang dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Di Indonesia sendiri ada banyak sekolah yang menerapkan sistem ini. Tingkat keberhasilan sistem ini ditandai dengan adanya peningkatan yang terus menerus oleh potensi akademik, entah itu bersifat religi maupun sosial. SDIT Taruna Teladan Delanggu merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program full day school sejak pertama kali sekolah berdiri. Selain program reguler di dalamnya dengan kurikulum yang sama yang dimulai sejak tahun pelajaran 2002 /2003 dengan model khusus. Program full day school ini merupakan salah satu inovasi untuk memperoleh keunggulan dibandingkan sekolah lain pada umumnya. Dalam melaksanakan program ini, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik ketika pertama kali mendaftar dengan kata lain melalui beberapa tahap tes masuk. Selain itu terdpat sarana prasarana dan biaya yang berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Selain peserta didik, tenaga pendidik, dan aspek finansial yang disebut context, input, process, and product, terdapat tujuan pendidikan yang juga turut dalam menentukan berhasilnya suatu program pendidikan, dalam hal ini program full day school. Dari sarana dan prasarana, sekolah full day school memfasilitasi sekolah dengan ruangan dan perangkat yang lebih mewah dan lengkap dibandingkan sekolah reguler pada umumnya, salah satunya terdapat AC room dan perbedaan lain seperti yang telah disebutkan di atas karena biaya sekolah yang mahal pula. Full day school yang diyakini lebih unggul dibandingkan dengan half day school, akankah mampu melahirkan perilaku moral, etika, budi pekerti dan sosial yang positif terhadap anak. Menurut kebanyakan orang tua menganggap efektifitas program full day school diyakini lebih unggul menciptakan siswa yang unggul di bidang akademik karena intensitas pertemuan guru dengan siswa berlangsung lebih lama, apakah juga mampu membentuk karakter anak didik. Melihat latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana peran program full day school dalam pembentukan karakter anak. Untuk itu peneliti mengambil judul : 5
IMPLEMENTASI PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI SD ISLAM TERPADU TARUNA TELADAN DELANGGU TAHUN 2015/2016 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi penyelenggaraan program full day school dalam pembentukan karakter anak di SDIT Taruna Teladan Delanggu? 2. Bagaimana masalah implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik? 3. Bagaimana cara mengatasi masalah implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui implementasi penyelenggaraan program full day school dalam pembentukan karakter anak di SDIT Taruna Teladan Delanggu. 2. Untuk mengetahui masalah yang ditemukan dalam implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah dalam implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 6
1. Manfaat Praktis Sebagai acuan bagi masyarakat, terutama yang memiliki kesibukan yang padat dan memiliki anak usia masuk sekolah supaya menyekolahkan anaknya ke sekolah program full day school mengingat begitu pentingnya pengawasan penuh terhadap anak bagi perkembangan karakter putra-putrinya. 2. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan mengembangkan khasanah Ilmu Pengetahuan di bidang pendidikan program full day school b. Sebagai referensi atau konsep dasar bagi pendidik, orang tua dan masyarakat mengenai pemahaman peranan kurikulum yang diterapkan sekolah khususnya program full day school 7