BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 4 Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bangsa yang memiliki karakter tangguh lazimnya tumbuh berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pendidikan Indonesia ibarat benang kusut yang terus bertambah.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL. DI MTs MUHAMMADIYAH KEBONAN KECAMATAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah daya upaya manusia untuk berkembang lebih maju, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan merupakan upaya. memajukan dan meningkatkan sumber daya manusia siap memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini permasalahan pendidikan merupakan permasalahan yang. merupakan bagian dari upaya membangun karakter dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tugas Negara yang amat penting. pembukaan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan di berbagai bidang pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. orang yang dapat menggunakan ilmunya untuk hal-hal yang baik (beramal sholeh)

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. menghantarkan pendidikan menuju kemajuan adalah konsep dan. pengembangan kurikulum yang jelas di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana karakteristik dari negara tersebut. Pendidikan merupakan kunci untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. generasi-generasi muda menjadi generasi yang cerdas. Maksud dari generasigenerasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat penting, menurut Pembukaan UUD 1945 alinea 4 telah ditegaskan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini berkaitan dengan pentingnya pendidikan karakter dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya pendidikan, diharapkan akan muncul SDM sebagai warga Negara yang baik dan mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat negara serta mampu membawa bangsa Indonesia bangkit dan maju dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang. Namun seiring perkembangan jaman yang semakin cepat, sekolah yang selama ini mengajarkan mata pelajaran umum saja dianggap tidak cukup untuk menghasilkan SDM yang semakin baik dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang diungkapkan Syafri bahwa kebanyakan outcome pendidikan memperlihatkan sikap materialisme yang berpengaruh terhadap tingkah laku. Sebagaimana yang disebutkan bahwa contoh paling nyata dari kasus materialisme ini adalah tingginya kasus korupsi di Indonesia. (Adang Hambali, 2010:6) Berdasarkan data yang dirilis International Corruption Watch (ICW) pada Agustus 2014 yang dikutip dari harian Kompas.com jumlah kasus korupsi cenderung menurun pada tahun 2010 2012, tetapi kembali meningkat pada tahun 2013. Pada tahun 2010 jumlah kasus korupsi mencapai 448 kasus. Pada 2011 jumlah kasus korupsi menurun menjadi 436 kasus, pada 2012 menjadi 402 kasus. Pada tahun 2013-2014 jumlah kasus korupsi naik signifikan menjadi 560 kasus dan diperkirakan akan meningkat lagi pada tahun 2014 mengingat selama semester 1 tahun 2014 jumlahnya sudah tertangkap mencapai 308 kasus. Perkembangan kasus korupsi berbanding lurus dengan jumlah tersangka korupsi. Pada tahun 2010 jumlah tersangka kasus korupsi yang tertangkap mencapai 1.157 orang dan menurun pada tahun 2011-2012. Pada tahun 2013 jumlah tersangka korupsi meningkat menjadi 1271 orang dan diperkirakan akan terus bertambah pada tahun 2014. Sejak Bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945, para pahlawan pendiri bangsa menyadari bahwa paling tidak ada 3 tantangan besar yang harus dihadapi Pertama adalah mendirikan bangsa yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun bangsa, ketiga membangun karakter. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character 1

building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju, dan bermartabat. (Peter Kasenda, 2010:11) Karakter adalah pedoman bagi bangsa untuk menjadi bangsa yang maju, namun pada saat ini banyak sekali kasus yang mencerminkan kemerosotan moral dan tidak adanya karakter kuat yang melekat pada diri bangsa Indonesia. Sebagai contoh adalah banyaknya tawuran pelajar, kasus pembunuhan, pencurian, kejahatan seksual dan sebagian pelakunya adalah anak-anak. Banyaknya kasus yang mencerminkan kemerosotan karakter bangsa Indonesia membuat keprihatinan bersama terutama bagi Kementerian Pendidikan Nasional sebagai pemegang tonggak pendidikan di Indonesia. Pembangunan karakter bangsa Indonesia dapat dilaksanakan bila ada kerjasama dari semua pihak untuk bisa membentuk manusia yang sempurna. Salah satu faktor yang dapat membentuk karakter seorang anak adalah orang tua. Tugas orang tua adalah memilihkan dan memberikan pendidikan yang bermutu sejak Sekolah Dasar. Pendidikan yang dimulai sejak dasar lebih mudah melekat terhadap kebiasaan anak. Salah satu yang bisa orang tua lakukan adalah memasukkan anak di sekolah yang banyak memuat pendidikan agama yaitu Agama Islam untuk membentuk akhlak dan kepribadian anak. Ketika zaman terus berkembang, maka orang tua pun semakin dituntut untuk menjadi orang tua masa kini yang harus memiliki strategi khusus bagi masa depan anak-anaknya. Orang tua ingin melihat anak-anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan sukses bagi orang terdekatnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk merencanakan pendidikan anaknya. (Aischa Revaldi, 2010: 9) Orang tua bertanggung jawab atas pendidikan putra-putrinya. Pendidikan anak pertama kali dimulai dari keluarga. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Elkin dan Handel: bahwa sebagai lingkungan pertama dan terdekat, keluarga memikul tanggung jawab utama dalam pendidikan nilai pada anak. Keluarga sebagai tempat dimana anak dilahirkan merupakan referensi pertama mengenai nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan menjadi acuan untuk mengevaluasi perilaku. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab atas pendidikan dalam keluarga, akan tetapi orang tua juga bertanggung jawab atas pendidikan di luar keluarga, yaitu dengan memilih sekolah yang tepat untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak sehingga memiliki masa depan yang lebih baik. (Sri Lestari, 2012:87) Para orang tua yang khawatir akan dampak-dampak negatif perkembangan zaman berusaha mencari solusi melalui lembaga pendidikan yang dianggap mampu mengatasi berbagai permasalahan yang membuat mereka risau. Saat ini banyak bermunculan sekolahsekolah terpadu, sebagian menggunakan agama sebagai landasan dasar dalam proses 2

mendidik dan sebagian yang lain tidak. Salah satunya adalah Sekolah Islam Terpadu. Berkaitan dengan hal ini, Khalid Ahmad Syantut (200 5: 119) mengemukakan pendapat bahwa, Sekolah Islam terpadu dapat menjadi salah satu alternatif pilihan orang tua dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi anak. Orang tua harus selektif dalam memilih sekolah untuk putra-putrinya. Memilih sekolah yang tepat membutuhkan banyak pertimbangan, mulai dari lingkungan sekolah, kurikulum yang digunakan, kondisi sarana dan prasarana yang ada, sampai pada kegiatan harian yang dilaksanakan dalam sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, SD Islam Terpadu Taruna Teladan Delanggu menawarkan berbagai fasilitas dan program unggulan yang berkualitas guna mengatasi kekhawatiran para orang tua. Model sekolah ini sangat cocok bagi orang tua yang bekerja di luar rumah selama sehari penuh dan tidak mampu mengawasi sendiri perilaku anaknya. Secara sosiologis, sistem pendidikan ini merupakan salah satu bentuk reaksi sekolah terhadap tuntutan globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Jika hal ini tidak ditanggapi secara bijak maka anak-anak didik bisa menjadi korbannya, terutama dampak dari teknologi komunikasi. Dengan semakin canggihnya perkembangan di dunia komunikasi, dunia seolah-olah menjadi tanpa batas. Semakin hari semakin banyak orang tua yang sibuk bekerja sehari penuh sehingga tidak bisa melakukan pengawasan sendiri terhadap anaknya. Masyarakat semakin memiliki tingkat mobilitas yang sangat tinggi. Orang tua meninggalkan rumah untuk bekerja pukul 06.00 dan kembali ke rumah menjelang malam hari. Banyak orang tua yang terlalu sibuk bekerja di luar rumah sehingga tidak bisa mengawasi pendidikan putra putrinya secara maksimal. Di sisi lain, sekolah dengan sistem pendidikan Halfday School (sekolah tengah hari) cenderung kurang bahkan tidak memperhatikan anak didiknya ketika berada di luar sekolah. Ketika anak didik sudah pulang dari sekolah maka tanggung jawab pendidikan ada di tangan orang tua atau keluarga. Dari sinilah banyak problem baru bermunculan, seperti kenakalan anak yang bersifat kriminal atau melanggar asusila. Kenakalan anak semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa media massa yang di dalamnya tidak jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kaum pelajar, seperti adanya pergaulan bebas, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang dan sebagainya. Hal tersebut merupakan akibat dari kurang terkontrolnya pergaulan anak dari pihak sekolah maupun pihak 3

keluarga. Hal ini jika dibiarkan oleh orang tua, akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan itu akan membentuk karakter seseorang anak. Menurut Isjoni, usia masuk sekolah antara usia 5-6 tahun merupakan saat yang amat berharga untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis bagi pengembangan suatu bangsa. Kurikulum merupakan kerangka rencana untuk mewujudkan tujuan pendidikan. "Tahap perkembangan otak pada usia dini menempati posisi yang lebih vital, yakni mencapai 80% perkembangan otak. Lebih jelasnya bayi lahir telah mencapai perkembangan otak 25% perkembangan orang dewasa. Untuk menuju kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4 tahun, 80% hingga usia 8 tahun, dan selebihnya diproses hingga anak usia 18 tahun. (Isjoni, 2011:3) Pengembangan kurikulum harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Dari pengembangan kurikulum ini diharapkan adanya perbaikan pengelolaan proses KBM yang akan menunjang efektiftas pembelajaran. Pembelajaran yang efektif sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak akan membantu anak mengoptimalkan bakat, minat, dan potensi positifnya. Karakteristik yang paling mendasar dalam sistem pendidikan fullday school dan terpadu adalah proses integrated activity and integrated curriculum dengan metode pengajaran yang menarik minat, kreatif, dan inovatif disertai pengayaan ( enrichment dan remedial). Fullday school dan terpadu bisa dikatakan pendidikan sepanjang hari yang tidak hanya di kelas tetapi terintegrasi antara program kurikulum dengan seluruh sisi-sisi kehidupan anak selama di sekolah. Pergaulan anak terpantau sehingga kepribadian pun terjaga. Semuanya berada di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 1 bahwa Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Program full day school merupakan salah satu inovasi baru dalam penyelenggaraan program pendidikan dalam mengembangkan kreativitas peserta didik. Program full day school diterapkan dengan salah satu harapannya yaitu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, teknologi, iman dan taqwa. Program full day school menerapkan waktu belajar yang lebih lama, yaitu dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.30 WIB dengan rata-rata 8,5 jam per hari, dibandingkan dengan waktu belajar program reguler dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB bagi kelas 1 dan 2 dengan rata-rata 3 jam per hari, sedangkan bagi kelas 3 sampai 6 di sekolah reguler waktu belajar dari pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB dengan rata-rata belajar 6 jam per hari. Dalam waktu yang relatif lebih lama, maka 4

peserta didik mendapatkan pelajaran lebih padat dan lebih lengkap dibandingkan peserta didik di sekolah reguler. Dalam AntaraNews, dengan tema Pesantren VS Full Day System mengatakan bahwa sekolah dengan sistem sehari penuh (07.00 15.30 WIB) atau full day school dianggap mampu menengembangkan kreativitas dan keilmuan anak didik dan yang paling utama adalah membentuk karakter anak yang dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar. Di Indonesia sendiri ada banyak sekolah yang menerapkan sistem ini. Tingkat keberhasilan sistem ini ditandai dengan adanya peningkatan yang terus menerus oleh potensi akademik, entah itu bersifat religi maupun sosial. SDIT Taruna Teladan Delanggu merupakan salah satu sekolah yang menerapkan program full day school sejak pertama kali sekolah berdiri. Selain program reguler di dalamnya dengan kurikulum yang sama yang dimulai sejak tahun pelajaran 2002 /2003 dengan model khusus. Program full day school ini merupakan salah satu inovasi untuk memperoleh keunggulan dibandingkan sekolah lain pada umumnya. Dalam melaksanakan program ini, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peserta didik ketika pertama kali mendaftar dengan kata lain melalui beberapa tahap tes masuk. Selain itu terdpat sarana prasarana dan biaya yang berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Selain peserta didik, tenaga pendidik, dan aspek finansial yang disebut context, input, process, and product, terdapat tujuan pendidikan yang juga turut dalam menentukan berhasilnya suatu program pendidikan, dalam hal ini program full day school. Dari sarana dan prasarana, sekolah full day school memfasilitasi sekolah dengan ruangan dan perangkat yang lebih mewah dan lengkap dibandingkan sekolah reguler pada umumnya, salah satunya terdapat AC room dan perbedaan lain seperti yang telah disebutkan di atas karena biaya sekolah yang mahal pula. Full day school yang diyakini lebih unggul dibandingkan dengan half day school, akankah mampu melahirkan perilaku moral, etika, budi pekerti dan sosial yang positif terhadap anak. Menurut kebanyakan orang tua menganggap efektifitas program full day school diyakini lebih unggul menciptakan siswa yang unggul di bidang akademik karena intensitas pertemuan guru dengan siswa berlangsung lebih lama, apakah juga mampu membentuk karakter anak didik. Melihat latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang bagaimana peran program full day school dalam pembentukan karakter anak. Untuk itu peneliti mengambil judul : 5

IMPLEMENTASI PROGRAM FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI SD ISLAM TERPADU TARUNA TELADAN DELANGGU TAHUN 2015/2016 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana implementasi penyelenggaraan program full day school dalam pembentukan karakter anak di SDIT Taruna Teladan Delanggu? 2. Bagaimana masalah implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik? 3. Bagaimana cara mengatasi masalah implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui implementasi penyelenggaraan program full day school dalam pembentukan karakter anak di SDIT Taruna Teladan Delanggu. 2. Untuk mengetahui masalah yang ditemukan dalam implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik. 3. Untuk mengetahui cara mengatasi masalah dalam implementasi program full day school di SDIT Taruna Teladan Delanggu dalam proses pembentukan karakter anak didik. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 6

1. Manfaat Praktis Sebagai acuan bagi masyarakat, terutama yang memiliki kesibukan yang padat dan memiliki anak usia masuk sekolah supaya menyekolahkan anaknya ke sekolah program full day school mengingat begitu pentingnya pengawasan penuh terhadap anak bagi perkembangan karakter putra-putrinya. 2. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan mengembangkan khasanah Ilmu Pengetahuan di bidang pendidikan program full day school b. Sebagai referensi atau konsep dasar bagi pendidik, orang tua dan masyarakat mengenai pemahaman peranan kurikulum yang diterapkan sekolah khususnya program full day school 7