BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PERILAKU NEGATIF SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research)

BAB V PENUTUP. karir dengan contoh beragam pada masing-masing kategori. Kualifikasi

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan yang terjadi di kalangan remaja semakin beragam. Permasalahan yang muncul tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sekolah didirikan untuk mengembang tugas mewujudkan inspirasiinspirasi

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Dipercayai bahwa salah satu kunci keberhasilan hidup manusia

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. baik pada fisik jasmaniah, maupun mental.perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, serta kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas ruang, kurikulum, kreatifitas pengajar dan input santri. Pondok pesantren

I. PENDAHULUAN. Konseling (BK) di sekolah. Menurut Prayitno dan Amti (2004), bahwa

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. on the principles and values of Islam pendidikan Islam diartikan sebagai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk melanjutkan pendidikan jenjang yang lebih tinggi dan untuk

PENDAHULUAN. SMA Muhammadiyah 3 Tulangan Sidoarjo adalah suatu institusi. pendidikan yang telah berdiri 29 tahun. SMA tersebut telah terakreditasi A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk-bentuk perilaku bullying yang terjadi di Pondok Peantren

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN DAKWAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS KEBERAGAMAAN SANTRI PONDOK PESANTREN SALAFIYYAH AL MUNAWIR GEMAH PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sesuai dengan fasenya, mulai sejak lahir hingga meninggal dunia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. lakunya remaja itu sehari-hari baik di rumah, di sekolah, maupun di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. formal sebagai tempat untuk mendapatkan pendidikan diharapkan dapat. memberikan bimbingan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi masa depan bangsa yang harus dijaga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Dalam Negara manapun remaja adalah penerus. pertanda akan merosotnya akhlak anak bangsa. 1

BAB I PENDAHULUAN. santri yang dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

Perkembangan Sepanjang Hayat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren merupakan salah satu macam lembaga pendidikan berbasis Islam di Indonesia yang sudah ada sejak masa kolonial. Pesantren sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi, 1986: 30). Pesantren biasanya didirikan oleh usaha mandiri Kyai yang dibantu santri dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk ciri khas. Selama ini belum pernah terjadi dan barangkali cukup sulit untuk terjadi penyeragaman pesantren dalam skala nasional karena setiap pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera Kyai dan keadaan sosial budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya (Qomar, 2005: 16). Dewasa ini, muslim telah disadarkan betapa pentingnya pendidikan agama sedari dini bagi generasi muda penerus bangsa, yang kemudian hal tersebut memberikan pengaruh pada tingginya presentase orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di pondok pesantren modern serta meningkatnya jumlah berdirinya pondok pesantren di Indonesia saat ini (Ditpdpontren.kemenag.go.id). Motivasi dominan orang tua dalam menyekolahkan anaknya di pesantren dikarenakan keinginan para orang tua agar generasi muda baik sebagai penerus keluarga maupun bangsanya di

2 samping dapat berilmu dan berakhlak mulia namun juga memiliki aqidah yang kokoh (Kamparkab.go.id.). Mayoritas jenjang pendidikan di pondok pesantren modern adalah 6 tahun yakni dimulai dari kelas satu tsanawiyah hingga kelas 3 aliyah. Berkenaan dengan hal itu, maka masa remaja santri akan dihabiskannya selama menempuh pendidikan di pondok pesantren modern. Realita ini menuntut sebuah konsekuensi penting bagi pesantren untuk selalu siap sedia dalam membimbing para santri, hal ini semakin didukung pula dengan diberlakukannya sistem pendidikan boarding dan full day school bagi seluruh santri tanpa pengecualian. Mengatas namakan sebagai lembaga pendidikan Islami berbasis pesantren modern, maka sama halnya dengan menawarkan kepada masyarakat bahwa pesantren mampu menggantikan posisi orang tua selama 24 jam. Di samping merupakan kewajiban pesantren untuk selalu membimbing para santri-santrinya juga karena usia santri yang memang saat itu adalah masa untuk mengeksplorasi diri atau yang sering kita sebut sebagai pencarian jati diri. Pada santriwati, proses eksplorasi diri remaja cenderung akan mengalami berbagai permasalahan dibandingkan santriwan, misalnya terkait dengan kepribadiannya, hubungan dengan guru, hubungan dengan teman sebaya, hubungan dengan lawan jenis, dorongan seksual, keuangan dan masih banyak lagi. Hal ini dikarenakan jenis kelamin perempuan akan lebih dulu mencapai kematangannya (Desmita, 2011: 32), di mana kematangan apabila

3 ditinjau dari ilmu psikologi perkembangan anak adalah dengan kemunculan perilaku-perilaku yang bersumber dari perubahan fisik maupun jasmani pada diri seseorang (Desmita, 2011: 12). Semua permasalahan tersebut ada yang mampu para santri menyelesaikannya dan ada yang tidak. Permasalahan yang tidak terselesaikan dengan baik pada akhirnya akan menimbulkan reaksi yang sifatnya negatif dalam diri santri. Konsekuensi bimbingan dan pendampingan yang dilakukan pesantren kepada santriwati-santriwatinya merupakan sebuah keharusan. Mengingat bahwa lama jenjang pendidikan yang dimiliki pesantren tersebut terletak pada masa-masa transisi anak bahkan ada yang menyebutnya sebagai masa-masa kritis seorang anak. Masa ini sering disebut juga sebagai masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, dikarenakan anak-anak mengalami masa pertumbuhan pesat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak baik dari segi fisik, sikap, cara berfikir dan bertindak tetapi bukan pula dewasa yang matang. Masa ini dimulai pada umur 12 tahun dan berakhir pada umur 21 tahun (Syamsudin, 2004: 132). Masa remaja merupakan masa transisi yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan tersebut terkadang menimbulkan beberapa permasalahan yang terkait dengan pemikiran dan juga perasaan sosialnya, bahkan perubahan bentuk badan yang begitu cepat juga dapat menyebabkan terjadi kebingungan (Djiwandono, 2006: 93). Zakiyah Darajat juga menyatakan bahwa: masa remaja adalah masa bergejolaknya berbagai macam perasaan yang kadang-kadang satu sama

4 lain saling bertentangan. Hal ini menjadikan remaja terombang-ambing di antara berbagai macam yang saling bertentangan tersebut (Darajat, 2005: 95). Ketidak stabilan remaja inilah yang seringkali membuat remaja berperilaku di luar kewajaran bahkan hingga melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat hingga biasa disebut dengan kenakalan remaja. Menyikapi hal tersebut, pesantren telah memiliki strategi khusus dalam menangani kasus kenakalan santriwati, khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin pondok pesantren. Strategi penanganan yang dilakukan sebagaimana telah dibahas dalam dunia pendidikan umum dapat melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan disiplin dan pendekatan bimbingan dan konseling (Koening, 2003: 119). Maka kebanyakan pondok pesantren modern di Indonesia telah melaksanakan pendekatan-pendekatan di atas seperti halnya sekolah lain pada umumnya meski dengan metode yang sedikit dimodifikasi. Penanganan santriwati nakal melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan dan tata tertib yang berlaku di pesantren beserta sanksinya. Kendati demikian, perlu diingat bahwa pesantren bukanlah lembaga hukum pengobral sanksi kepada santriwati yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Karena sebagai lembaga pendidikan, pesantren mempunyai kewajiban utama untuk berusaha menyembuhkan berbagai penyimpangan perilaku yang terjadi pada santriwati. Prioritas pesantren untuk berusaha menyembuhkan berbagai kenakalan santriwati menjadikan pendekatan bimbingan dan konseling dinilai

5 lebih tepat untuk diterapkan di dalamnya. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan adanya pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, bimbingan dan konseling lebih mengutamakan upaya penyembuhan dengan tidak menggunakan sanksi dalam bentuk apapun dan mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya antara guru pembimbing dengan santriwati yang nakal. Sehingga secara bertahap santriwati tersebut dapat memahami dan menerima diri serta lingkungannya, dan dapat mengarahkan diri guna tercapainya perwujudan manusia seutuhnya (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 20). Namun kenyataannya, fakta pentingnya bimbingan dan konseling bagi remaja ini seringkali terabaikan oleh pihak pesantren khususnya dalam hal ini oleh Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. Ustadzah Yuni Tri Astuti selaku guru bimbingan konseling Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta menegaskan beberapa faktor yang menjadi kendalanya, yakni kuantitas sumber daya manusia guru bimbingan dan konseling yang kurang mencukupi di pesantren Ibnul Qoyyim putri, tidak semua staf pengajar pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta memiliki idealitas Urgensi Bimbingan dan Konseling kepada Santriwati, ketidaksiapan pesantren Ibnul Qoyyim Putri dalam pemenuhan fasilitas bagi santriwati secara keseluruhan, minimnya kompetensi sumber daya manusia dalam hal ini ustadz dan ustadzah pesantren Ibnul Qoyyim Putri mengenai kesadaran psikologis peserta didik dan lain-lain (Wawancara dengan Yuni Tri Astuti Guru

6 Bimbingan dan Konseling Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober 2016). Apabila kendala tersebut tidak kunjung terselesaikan maka akan mengakibatkan ketidak maksimalan pembimbingan guru BK kepada para santriwati dan menjadikan lahirnya remaja-remaja generasi masa kini yang lepas dari aturan bahkan mungkin pada akhirnya dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti bagaimana strategi guru bimbingan dan konseling Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta melakukan penanganan kepada santriwati yang nakal. Penelitian ini sangat penting dan strategis untuk dilakukan karena mengingat kenakalan santriwati pondok semakin hari semakin bervariasi, sehingga perlu adanya strategi-strategi matang yang harus dijadikan solusi terbaik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pokok pembahasan penelitian ini, yaitu: 1. Apa saja bentuk kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta? 2. Bagaimana strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta? 3. Sejauh mana keberhasilan strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta?

7 4. Apa saja faktor penghambat strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta? 5. Bagaimana solusi yang diterapkan untuk mengatasi hambatan strategi guru BK dalam menangani kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. 2. Untuk mengkaji strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. 4. Untuk mengidentifikasi faktor penghambat strategi guru BK dalam mengatasi kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. 5. Untuk menemukan solusi yang diterapkan dalam mengatasi hambatan strategi guru BK ketika menangani kenakalan santri Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta.

8 D. Manfaat Penelitian Mengacu pada permasalahan di atas, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kegunaan Teotiris Memberikan kontribusi yang berarti dalam perkembangan, pembaharuan dan perbaikan keilmuan bidang psikologi pendidikan dan bimbingan, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling. 2. Kegunaan Praktis Membantu lembaga pendidikan pesantren dalam menemukan salah satu strategi penanganan santri nakal secara teruji. Serta memberikan kontribusi tentang strategi-strategi bimbingan dan konseling anak pada setiap guru bimbingan dan konseling. E. Sistematika Pembahasan Sistematika adalah urutan permasalahan yang dibahas dalam skripsi secara keseluruhan dari permulaan hingga akhir, oleh karena itu dalam penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian. Adapun rinciannya sebagai berikut: Bab I, merupakan pendahuluan yang di dalamnya dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab II, uraian tentang tinjauan pustaka dan kerangka teori. Bab III, berisikan metode penelitian.

9 Bab IV, gambaran secara umum Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta yang terdiri dari profil sekolah, visi dan misi Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta, organisasi personalia, sarana dan prasarana, keadaan guru, karyawan, keadaan santri, sajian data analisis data meliputi bentuk permasalahan yang dihadapi santri, strategi guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi kenakalan santri, hasil strategi guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan santri, faktor penghambat strategi guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan santri serta solusi yang diterapkan pada penghambat strategi guru bimbingan dan konseling Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. Bab V, mencakup kesimpulan, saran atau rekomendasi dan penutup.