1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang diungkapkan melalui bahasa sebagai pengantar yang memiliki nilai estetika atau keindahan tersendiri. Sebagai karya yang diciptakan manusia, bahasa yang yang muncul dari karya sastra (puisi) biasanya berkaitan dengan perasaan penyairnya. Perasaan tersebut bisa mncul karena pengalaman, penglihatan, maupun keadaan yang sedang dialami langsung oleh manusia itu sendiri. Dari perasaan yang timbul itu, maka dimunculkanlah oleh manusia ke dalam bentuk tulisan yang tersusun secara sistematis membentuk suatu teks yang disebut puisi. Oleh karena itu, untuk memahami sebuah karya sastra (puisi), seseorang peneliti dapat memahami langsung dari penyairnya secara langsung. Merupakan salah satu dari karya sastra, puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki nilai estetika kebahasaan tinggi. Karena memiliki nilai estetika kebahasaan yang tinggi, tidak semua orang dapat menafsirkan sebuah puisi. Oleh karena itu, untuk menafsirkan sebuah puisi seseorang harus memahami teks puisi tersebut besama penyairnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini sesuai dengan hakikat puisi yang merupakan eskpresi tidak langsung atau bersifat konotatif. 1
2 Hakikat karya sastra dipandang sebagai dunia rekaan (fiktif) yang diciptakan seorang penyair. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa karya sastra merupakan ungkapan (inspirasi) sesorang di dalam dunia nyata, tetapi sudah diolah oleh penyair melalui imajinasinya sehingga tidak dapat diharapkan realitas karya sastra sama dengan realitas dunia nyata. Sebab, realitas di dalam karya sastra sudah ditambah sesuatu oleh penyair (imajinasi), sehingga kebenaran dalam karya sastra ialah kebenaran yang dianggap ideal oleh pengarangnya. Kebenaran yang lebih tinggi sepantasnya berlaku. Dengan demikian, munculah interpretasi akan karya sastra dimana karya sastra dalam bentuk teks sekalipun itu kisah nyata yang dituangkan menjadi sebuah gagasan maka akan bersifat fiktif karena telah dibumbui teks lain oleh pengarangnya sendiri. Puisi sendiri merupakan gambaran ekspresi seorang penyair tentang apa yang dirasakannya, dilihat maupun di dengar yang dimunculkan dengan imajinasinya sehingga menghasilkan karya tertulis maupun tidak tertulis. Akan tetapi, tidak semua yang dituliskan seorang penyair itu merupakan puisi, bisa saja prosa atau karya sastra lainnya. Seorang penyair biasanya menulis puisi untuk mengungkapkan sesuatu tak terungkap. Ungkapan yang dituliskan bisa di dapatnya melalui perasaannya ketika itu ataupun perasaannya di masa lampau, bergantung pada kemenarikan perasaan yang dialaminya ketika itu. Seperti khalayaknya ketika seseorang menjumpai sebuah sungai yang begitu sunyi sepi dan duduklah ia di sekitarnya. Penyair mesti memunculkan imajinasinya dalam ungkapan-ungkapan yang mengandung nilai
3 estetika. Bahasanya lebih banyak memiliki kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Pemadatan itu terjadi anatara struktur fisik dan struktur batin puisi. Sebagai bentuk pengekpresiaan perasaan, selain memiliki kata atau bahasa konotatif puisi berkaitan erat dengan unsur simbolik yang pada dasarnya bisa menjadi maksud terciptanya puisi itu sendiri. Penyimbolan itu muncul karena puisi merupakan kumpulan bahasa yang padat tetapi memiliki arti yang luas. Dari adanya simbol yang muncul pada puisi tertentu, penafsir harus memahami kapan dan dimana puisi itu tercipta. Sebagai contoh apabila puisi itu tercipta ketika tahun 1945, kebanyakan simbol yang muncul merupakan simbol kemerdekaan. Simbol-simbol seperti itulah yang perlu dipahami oleh setiap penafsir, khususnya dalam menafsirkan simbol pada puisi. Penelitian mengenai religusitas yang dituangkan dalam karya sastra (puisi) dengan menggunakan konsep penafsiran simbol pernah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hal ini medasarkan pada pentingnya mengkaji sebuah simbolsimbol religi di dalam puisi sebagai bentuk informasi yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca. Adapun simbol-simbol dalam puisi terus mengalami perkembangan seiring berkembangnya zaman. Oleh karena itu, pengungkapan simbol-simbol dalam sebuah puisi dinilai penting untuk ditafsirkan demi memberi informasi-informasi kepada masyarakat ataupun tokoh-tokoh agama yang memandang religiusitas sebagai tujuan manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya.
4 Pentingnya pemaparan akan religiusitas dalam karya sastra terus mengalami perkembangan dari tahun-ketahun. Hal itu mendasari bahwa dalam karya sastra, sarana-sarana bahasa dimanfaatkan secara sistematis dan dengan sengaja membujuk atau mengarahkan jiwa pembaca terhadap religiusitas. Dalam puisi, bahasa yang digunakan sengaja untuk membuat pelanggan atau pembaca untuk memperhatikan dan menyadarinya. Bahkan sastra tumbuh dari suatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius. Istilah religius membawa konotasi pada agama. Religius dan agama memang erat berkaitan, berdampingan, bahkan dapat melebur dalam satu kesatuan, namun sebenarnya keduanya menyaran pada makna yang berbeda (Ratna, 2009). Tema ketuhanan yang diangkat melalui sebuah puisi mengangkat nilai yang tinggi karena berhubungan lansung dengan Tuhan. Adanya tema ketuhanan dalam sebuah puisi tidak hanya ditunjukan penyair pada dirinya sendiri, tapi lebih kepada pembaca, maupun masyarakat luas. Dengan menggambarkan keberadaan Tuhan melalui puisi, diharapkan pembaca untuk dapat lebih memahami keberadaannya. Munculnya tema keagamaan dalam karya sastra (puisi) sendiri dikiuti perasaan jiwa pengarannya. Dengan demikian, simbol keagamaan maupun ketuhanan yang muncul pada puisi dapat dijadikan sebagai rujukan terhadap pemahaman jiwa pengarang terhadap Tuhannya. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan penelitian pada simbolsimbol religiusitas yang terkandung pada kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar
5 Panca Dahana. Latar belakang peneliti menjadikan kumpulan Puisi Lalu Aku menjadikan bahan penelitian dikarenakan peneliti berasumsi bahwa terdapat simbolsimbol religi pada kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana yang menarik untuk di analisis. Selain dikarenakan ingin mengungkapkan simbol religiusitasnya, peneliti juga berasumsi bahwa penelitan ini penting dilakukan karena pada karya-karya Radhar panca Dahana, pengarang cenderung menulis puisi bertema sosial-politik, sehingga munculnya religius dalam kumpulan puisi Lalu aku ini menjadi penting untuk dianalisis. Puisi-puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana ini, banyak memuat tentang kehidupan pengarang di masa lalu dan beberapa tata cara pengarang untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Kehidupan pengarang yang disampaikan lewat puisinya banyak menggunakan simbol-simbol benda mati. Namun demikian, puisipuisi Radhar Panca Dahana yang demikian tersebut hanya dipandang sebagai narasimodern belaka. Dengan demikian, menjadi penting untuk meneliti buku puisi berjudul Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana. Penulis melihat bahwa teks puisi yang dituliskan oleh Radhar Panca Dahana tersebut memiliki kecendrungan sisi kehidupan sosialpolitik dan religius dengan realitas yang sangat menjaga nilai-nilai budaya estetik. Berbeda dengan puisi-puisi Radhar Panca Dahana terdahulu yang kebanyakan hanya mememuat nilai-nilai sosial politik saja. Dalam hal ini, puisi yang dituliskan oleh Radhar Panca Dahana sebagai manifestasi dari kehidupan memegang peranan penting antara budaya dan zaman untuk memberikan pencerahan hidup di masa modern.
6 Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan interpretasi hermenetika. Hermeneutika sendiri sangat erat hubungannya dengan penafsiran. Jadi, dalam menafsirkan simbol-simbol yang akan diteliti, peneliti menggunakan pendekatan interpretasi hermeneutika. Oleh karena itu, penelitian ini peneliti memberi judul Religiusitas pada Kumpulan Puisi Lalu Aku Karya Radhar Panca Dahana. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah religiusitas yang terdapat dalam Kumpulan Puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: mendeskripsikan simbol-simbol Religiusitas dalam puisi kumpulan puisi Lalu Aku karya Radhar Panca Dahana? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan tambahan di bidang ilmu sastra, khususnya dalam menalaisis sebuah sastra (puisi) yang menggunakan teori Hermeneutika.
7 b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kepada peneliti dan pembaca tentang seluk-beluk religiusitas yang ada dalam puisi-puisi karangan Radhar Panca Dahana, khususnya di dalam buku Lalu Aku. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi peneliti sastra selanjutnya, terutama dalam mengkaji karya sastra yang menggunakan teori Hermeneutika. b. Selain itu, penelitian ini juga dapat memperluas wawasan peneliti dan pembaca yang secara khusus berfokus pada religiusitas dalam karya sastra (puisi).