SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

dokumen-dokumen yang mirip
Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

KOMPOSISI FRAKSI SERAT DARI SERAT BUAH KELAPA SAWIT (SBKS) YANG DI FERMENTASI DENGAN PENAMBAHAN FESES KERBAU PADA LEVEL BERBEDA

KANDUNGAN PROTEIN DAN SERAT KASAR TONGKOL JAGUNG YANG DIINOKULASI Trichoderma sp. PADA LAMA INKUBASI YANG BERBEDA ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

PENINGKATAN NILAI NUTRIEN (PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR) LIMBAH SOLID KELAPA SAWIT TERFERMENTASI DENGAN Trichoderma reesei

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH UDANG DENGAN PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

Jurnal Bionatura, Vol. 3, No. 1, Maret 2001: 35-45

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

KAJIAN PERBEDAAN ARAS DAN LAMA PEMERAMAN FERMENTASI AMPAS SAGU DENGAN Aspergillus niger TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

1. PENDAHULUAN. kelapa sawit terbesar di dunia. Luas perkebunan sawit di Indonesia dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

I. PENDAHULUAN. Industri peternakan di Indonesia khususnya unggas menghadapi tantangan

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

PENGARUH FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI DAN KECERNAAN AMPAS PATI AREN (Arenga pinnata MERR.)

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Pengaruh Dosis Inokulum dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus lyrata) oleh Aspergillus niger terhadap Bahan Kering, Serat Kasar, dan Energi Bruto

I. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

KANDUNGAN NUTRISI SILASE PELEPAH DAUN SAGU SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA DENGAN LAMA FERMENTASI DAN KOMPOSISI SUBSTRAT YANG BERBEDA

RESPONS PENINGKATAN NUTRISI PELEPAH SAWIT FERMENTASI YANG DIINOKULASI DENGAN INOKULUM YANG BERBEDA

UJI KADAR AIR, AKTIVITAS AIR, DAN KETAHANAN BENTURAN RANSUM KOMPLIT DOMBA BENTUK PELET MENGGUNAKAN DAUN KELAPA SAWIT SEBAGAI SUBSTITUSI HIJAUAN

I. PENDAHULUAN. pemecahan masalah biaya tinggi pada industri peternakan. Kelayakan limbah pertanian

THE CONTENT OF CRUDE PROTEIN AND CRUDE FIBER PALM OIL FRONDS FERMENTED BY XYLANOLITIC BACTERIA (Bacilluspumilus)

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

Dekolagenasi Limbah Tulang Ayam oleh Filtrat Abu Sekam Padi terhadap Kandungan Kalsium dan Fosfor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

Fermentasi Lemna sp. Sebagai Bahan Pakan Ikan Untuk Meningkatkan Penyediaan Sumber Protein Hewani Bagi Masyarakat

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

Penggunaan Bungkil Inti Sawit Terfermentasi untuk Sapi Perah

NILAI NUTRISI TEPUNG KULIT ARI KEDELAI DENGAN LEVEL INOKULUM RAGI TAPE DAN WAKTU INKUBASI BERBEDA

PENINGKATAN NILAI KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN LEMAK KASAR PRODUK FERMENTASI CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN DEDAK PADI PADA BROILER

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

S. Sumarsih, C. I. Sutrisno dan E. Pangestu Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang

KOMPOSISI FRAKSI SERAT PELEPAH SAWIT YANGDIFERMENTASI OLEHKAPANGPhanerochaete chrysosporium DENGAN PENAMBAHAN MINERAL KALSIUM (Ca)DAN MANGAN (Mn)

UJI KUALITAS IMBANGAN LIMBAH INDUSTRI IKAN NILA DENGAN IKAN PORA PORA (Mystacoleucus padangensis) SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Salah satu contoh sektor

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung, Lampung INTI SARI

EVALUASI KECERNAAN IN VITRO BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK FERMENTASI RUMPUT TAIWAN DAN KULIT PISANG DENGAN MENGGUNAKAN TRICHODERMA SP.

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK TONGKOL JAGUNG (Zea mays) YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SECARA IN VITRO

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PEMANFAATAN AMPAS SAGU FERMENTASI DAN NON FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARKAS AYAM KAMPUNG (Gallus domesticus) UMUR 12 MINGGU

KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR TEPUNG ISI RUMEN YANG DIFERMENTASI DENGAN RHIZOPUS OLIGOSPORUS

UJI PENDAHULUAN: EFEKTIVITAS Bacillus sp. UNTUK PENINGKATAN NILAI NUTRISI BUNGKIL KELAPA SAWIT MELALUI FERMENTASI

Dekolagenasi, Kandungan Kalsium dan Fosfor Limbah Tulang Ayam oleh Larutan KOH

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BIOKONVERSI KULIT PISANG RAJA (Musa paradisiaca) DENGAN Rhizopus oligosphorus TERHADAP PERUBAHAN KANDUNGAN ABU, SERAT KASAR DAN LEMAK KASAR

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

THE EFFECT OF PROBIOTIC FEED SUPPLEMENT ON MILK YIELD, PROTEIN AND FAT CONTENT OF FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED

PEMANFAATAN JAMUR PELAPUK PUTIH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS NUTRISI JERAMI PADI. Jamila Mustabi, Asmuddin Natsir, Ismartoyo dan Tutik Kuswinanti

Evaluasi Kecernaan In Vitro Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Penggunaan Kulit Buah Jagung Amoniasi dalam Ransum Ternak Sapi

KOMPONEN PROKSIMAT PADA KOMBINASI JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG YANG DIFERMENTASI DENGAN BERBAGAI ARAS ISI RUMEN KERBAU

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

TOTAL PRODUKSI GAS DAN DEGRADASI BERBAGAI HIJAUAN TROPIS PADA MEDIA RUMEN DOMBA YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG SAPONIN DAN TANIN SKRIPSI RIANI JANUARTI

MENINGKATKAN NILAI NUTRISI FESES BROILER DAN FESES PUYUH DENGAN TEKNOLOGI EFEKTIVITAS MIKROORGANISME SEBAGAI BAHAN PAKAN BROILER

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

SERAPAN NITROGEN DAN FOSFOR TANAMAN Lemna minor SEBAGAI SUMBER DAYA PAKAN PADA PERAIRAN YANG MENDAPATKAN KOTORAN ITIK. Rizki Wahyu Kuncoro ABSTRAK

PENGGUNAAN PELEPAH KELAPA SAWIT FERMENTASI DENGAN BERBAGAI LEVEL BIOMOL + PADA PAKAN TERHADAP KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN SKRIPSI

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

INKORPORASI SULFUR DALAM PROTEIN ONGGOK MELALUI TEKNOLOGI FERMENTASI MENGGUNAKAN SACCHAROMYCES CEREVISIAE

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

KADAR NEUTRAL DETERGENT FIBER DAN ACID DETERGENT FIBER PADA JERAMI PADI DAN JERAMI JAGUNG YANG DIFERMENTASI ISI RUMEN KERBAU

ANALISIS KANDUNGAN ZAT-ZAT MAKANAN KULIT BUAH KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Trichoderma sp. SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

UJI BAKTERI TOLERAN TANIN DAN PENGARUH INOKULASINYA TERHADAP MIKROBA RUMEN TERNAK KAMBING 5 BERPAKAN KALIANDRA (Calliandra calothyrsus)

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

PENGARUH LAMA FERMENTASI DENGAN KULTUR MIKROORGANISME CAMPURAN TERHADAP KOMPOSISI KIMIAWI LIMBAH KUBIS

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

EFEK FERMENTASI AMPAS UMBI GARUT (Maranta arundinacea LINN.) DENGAN KAPANG Aspergillus niger TERHADAP NILAI KECERNAAN RANSUM AYAM PEDAGING

SUBSTITUSI EKSTRAK AMPAS TEBU TERHADAP LAJU KEASAMAN DAN PRODUKSI ALKOHOL PADA PROSES PEMBUATAN BIOETHANOL BERBAHAN DASAR WHEY

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

Transkripsi:

PENGARUH TAKARAN INOKULUM (Trichoderma viridae) DAN SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT Tjitjah Aisjah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK Penelitian fermentasi bungkil kelapa sawit dengan Trichoderma viridae pada takaran 0,2%; 0,4% dan 0,6% pada suhu fermentor (25 o C dan 30 o C) telah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Pakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Tujuan penelitian ini untuk mencari informasi tentang peningkatan nilai gizi protein dan serat kasar dari produk sebagai bahan pakan alernatif. Penelitian dilakukan secara eksperimen di laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 2 dengan ulangan tiga kali. Produk yang dihasilkan pada proses fermentasi dengan takaran dan suhu yang berbeda menghasilkan nilai kenaikan yang sama untuk kandungan protein kasar (25,23 %-36,88%), demikian juga untuk serat kasar mengalami kenaikan antara 30 39,37% (serat kasar awal : 14,21%). Dari hasil ini disimpulkan bahwa produk fermentasi bungkil kelapa sawit dengan Trichoderma viridae mengalami peningkatan nilai gizi bila dibandingkan dengan protein awal 10,73% (tanpa fermentasi) Kata kunci : Bungkil kelapa sawit, fermentasi, Trichoderma viridae, nilai gizi. EFFECT OF INOCULUM (Trichoderma viridae) DOSE AND FERMENTOR TEMPERATURE ON CRUDE PROTEIN AND CRUDE FIBRE VALUES OF PALM CAKE FERMENTED PRODUCT ABSTRACT An experiment of palm cake fermentation using Trichoderma viridae of 0.2% and 0.6% application on fermentor temperature of 25 0 C and 30 0 C had been carried out in the laboratory of Feed Biotechnology, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. The objective of this research was to find out the information of increasing protein value and crude fibre of fermentation product as an alternative feed. Experimental method was applied using Completely Randomized Design with 3x2 factorial pattern and three replications. The result indicated that the fermented product of different dose and temperatures yielded the same uncreasing value of crude protein ranged from 25.23% to 36.88%; similarly, the value of crude fibre was also uncreasing ranged from 30.00% - 39.37%. It could be concluded that the fermentation of palm cake using Tricoderma viridae increased the nutricient value of product (Protein) compared to unfermented palm cake. Key words: Palm cake, fermentation, Trichoderma viridae, and nutrien value 185

Jurnal Bionatura Vol. 3, No. 3, Nopember 2001: 185-189 PENDAHULUAN Limbah pabrik kelapa sawit yaitu bungkil kelapa sawit merupakan komoditas bahan baku pakan yang cukup prospektif untuk dimanfaatkan kegunaannya. Sejalan dengan perluasan perkebunan kelapa sawit di Indonesia, potensinya dari tahun ketahun terus meningkat. Hal ini terbukti dengan luas perkebunan pada tahun 1995 adalah 1.951.609 ha, pada tahun 1996 adalah 2.077.472 ha (Ditjenbun 1995). Adanya perluasan tersebut dapat menunjukkan produksi sawit beserta limbahnya akan meningat. Bungkil kelapa sawit yang belum tersentuh pemanfaatannya dapat digunakan sebagai bahan pakan yang tidak akan bersaing dengan kebutuhan manusia (pangan), belum mempunyai nilai ekonomis yang berarti sehingga harganya relatif murah. Kandungan gizi bungkil kelapa sawit 9,60 13,90% protein kasar, 11,66 21,30% lemak kasar dan 11,40 24,30% serat kasar (Pusat Perkebunan 1992). Melalui pengolahan dengan teknologi fermentasi oleh kapang Trichoderma viridae diharapkan nilai gizi limbah pabrik kelapa sawit (bungkil kelapa sawit) dapat ditingkatkan kualitasnya, khususnya untuk kandungan protein dan serat kasar. Trichoderma viridae merupakan kapang saprophyt yang banyak dimanfaatkan untuk proses fermentasi, karena kapang ini dapat menghasilkan enzim selulase kompleks. Enzim tersebut mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa total selulase murni yang tidak dapat larut menjadi glukosa. Penguraian selulosa menjadi glukosa akan meningkatkan populasi mikroba terutama yang bersifat selulolitik (Autrey 1974, Leng 1991). Untuk menghasilkan produk fermentasi yang optimal diperlukan teknik yang tepat terutama dalam penentuan suhu ruang fermentor dan dosis inokulum selama proses fermentasi berjalan. Suhu lingkungan dan banyaknya takaran inokulum berpengaruh terhadap adaptasi tubuh dan perkembangbiakan spora di dalam substrat. Oleh sebab itu, peran dari suhu dan dosis inokulum menjadi perhatian peneliti untuk pengkajian lebih lanjut terutama terhadap kandungan produk akhir fermentasi dari bungkil kelapa sawit untuk protein kasar dan serat kasar. Dari kedua nilai gizi untuk protein dan serat kasar dapat dipakai acuan awal dalam pemanfaatan bahan baku pakan untuk menyusun ransum baik untuk ternak ruminansia atau non ruminansia. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pakan, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Limbah pabrik minyak kelapa sawit yaitu bungkil kelapa sawit diperoleh dari Lampung. Kapang Trichoderma viridae berasal dari Laboratorium Mikrobiologi ITB Bandung. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya fermentor dari lemari kayu, thermometer, thermostat dan perlengkapan alat lainnya yang menunjang proses fermentasi. 186

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap, yang terdiri dari enam perlakuan yaitu: Takaran dosis inokulum 0,2% pada suhu 25 o C; dosis 0,4% pada suhu 25 o C; dosis 0,6% pada suhu 25 o C; dosis 0,2% pada suhu 30 o C; dosis 0,4% pada suhu 30 o C dan dosis 0,6% pada suhu 30 o C; masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pengaruh setiap perlakuan diuji dengan analisis Sidik Ragam, dan untuk mengetahui perbedaan dari setiap perlakuan digunakan Uji Jarak Berganda Duncan. Peubah yang diamati yaitu kandungan protein kasar dan serat kasar melalui analisis proksimat (AOAC, 1975). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Takaran Inokulum (Trichoderma viridae) dan Suhu Fermentor terhadap Kandungan Protein kasar Poduk Fermentasi Tabel 1. Pengaruh Takaran Inokulum dan Suhu Fermentor terhadap Kadar Protein Kasar Produk Fermentasi Takaran 1 Takaran 2 Takaran 3 Ulangan S 25 S 30 S 25 S 30 S 25 S 30. % 1 2 3 15,85 17,18 17,97 13,03 13,25 19,34 11,24 13,14 18,67 12,38 13,55 19,12 12,00 13,84 17,56 12,43 14,12 13,70 Rataan 17,00 15,25 14,35 15,02 14,47 14,75 Keterangan: Protein Awal (tanpa fermentasi) = 10,73 % Tabel 1. menunjukkan bahwa tejadi kenaikan kandungan protein kasar dari 10,73% bungkil kelapa sawit tanpa fermentasi menjadi masing-masing 17,00% dan 15,25% pada dosis 0,2% dengan Suhu 25 o C dan 30 o C; 14,35% dan 15,02% pada dosis 0,4%; dan 14,47% dan 14,75% pada dosis 0,6%. Kenaikan kandungan protein kasar tertinggi dicapai produk fermentasi dengan dosis 0,2% pada suhu 25 o C dan 30 o C; masing-masing kenaikannya adalah 36,38% dan 29,64% sedangkan untuk dosis 0,4% adalah 25,23% dan 28,56% dan dosis 0,6% masing-masing 25,85% dan 27,25%. Hasil uji jarak beraganda Duncan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan takaran inokulum dan suhu fermentor tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata. Hal ini berarti takaran inokulum Tricoderma viridae pada suhu 25 o C dan 30 o C memberikan pengaruh yang sama dengan nilai kenaikan protein kasar dari 25,23% sampai 36,88%. Melalui proses fermentasi bungkil kelapa sawit yang telah mengalami peningkatan nilai nutrisinya (protein) diharapkan dapat dimanfaatkan lebih lanjut, sebagai bahan baku pakan alternatif yang saat ini diperlukan baik oleh peternak di pedesaan maupun industri pakan. 187

Jurnal Bionatura Vol. 3, No. 3, Nopember 2001: 185-189 Pengaruh Takaran Inokulum (Tricoderma viridae) dan Suhu Fermentor terhadap Kandungan Serat Kasar Produk Fermentasi Tabel 2. Pengaruh Takaran Inokulum dan Suhu Fermentor terhadap Kadar Serat Kasar Produk Fermentasi Bungkil Kelapa Sawit. Takaran 1 Takaran 2 Takaran 3 Ulangan S 25 S 30 S 25 S 30 S 25 S 30. % 1 2 3 16,26 21,75 28,18 14,55 18,44 27,90 16,68 20,37 31,14 20,22 20,34 26,30 16,56 19,07 32,80 16,89 20,59 32,85 Rataan 22,05 20,30 22,73 22,29 22,81 23,44 Keterangan: Serat Kasar Awal (tanpa fermentasi) = 14,21 % Tabel 2. menunjukkan bahwa terjadi kenaikan kandungan serat kasar dari 14,21% (tanpa fermentasi) menjadi 22,05 dan 20,30% pada dosis 0,2% dengan suhu 25 o C, 30 o C; 22,73% dan 22,29% pada dosis 0,4%; dan 22,81% dan 23,44% pada dosis 0,6%. Kenaikan kandungan serat kasar tertinggi dicapai dengan dosis 0,6% pada suhu 30 o C dan 25 o C masing-masing 39,37% dan 37,70%; dosis 0,4% adalah 37,40% dan 36,25% untuk suhu 25 o C dan 30 o C; serta dosis 0,6% adalah 35,55% dan 30,00% untuk suhu 25 o C dan 30 o C. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan takaran inokulum (dosis) Trichoderma viridae dan suhu fermentor terhadap kandungan serat kasar produk fermentasi menghasilkan kenaikan serat kasar yang tidak berbeda nyata, berarti memberikan pengaruh yang sama terhadap kenaikan kandungan serat kasar. Sejalan dengan Frazier dan Westhof (1979), Kapang Trichoderma viridae dapat tambuh baik pada kondisi suhu 25 30 o C dengan kelembaban relatif 70 80% dan cocok pada substrat bungkil kelapa sawit. Peningkatan kandungan serat kasar ini diduga berasal dari miselium kapang Trichoderma viridae yang tumbuh pada substrat bungkil kelapa sawit. Walupun demikian seperti pendapat Autrey (1974) dan Leng (1991), kapang ini dapat menghasilkan enzim selulase kompleks yang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa total selulase murni yang tidak dapat larut menjadi glukosa. Penguraian selulosa menjadi glukosa akan meningkatkan populasi mikroba terutama yang bersifat selulolitik. Oleh karena itu peningkatan kandungan serat kasar hasil permentasi masih dapat ditolelir untuk bahan penyusunan ransum ternak non ruminansia. 188

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Takaran inokulum (Trichoderma viridae) dengan dosis 0,2% pada suhu 25 o C; dosis 0,4% pada suhu 25 o C; dosis 0,6% pada 25 o C; dosis 0,2% pada suhu 30 o C; dosis 0,4% pada suhu 30 o C; dan dosis 0,6% pada suhu 30 o C menghasilkan peningkatan kandungan protein kasar yang sama demikian juga untuk serat kasar. 2. Proses fermentasi dengan kapang Trichoderma viridae pada bungkil kelapa sawit dapat meningkatkan kandungan protein kasar dan serat kasar. 3. Bungkil kelapa sawit melalui proses fermentasi dengan jasa kapang Trichoderma viridae dapat dijadikan bahan baku pakan untuk menyusun ransum ternak ruminansia atau non ruminansia. Saran Untuk efisiensi disarankan takaran inokulum Trichoderma viridae adalah 0,2% dengan suhu 25 o C. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut melalui uji biologis dalam mengaplikasikan produk fermentasi bungkil kelapa sawit pada ransum ternak ruminansia dan non ruminansia. DAFTAR PUSTAKA AOAC, 1975. Official Metods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. Twelpth Edition. Published by the AOAC, Washington, DC. Autrey, K.M. 1974. Selulose Digestibility of Material Fibrous Treted With Tricoderma Viridae Selulose. Journal Dairy Science 58 Hal 67-77. Ditjenbun. 1995. Statistik Perkebunan Indonesia 1994 1996. Kelapa Sawit. Ditjen Perkebunan, Jakarta. Frazier and Westhof. 1979. Food Microbiology. Tata D.C. Mc. Grow Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Leng, R.A. 1991. Application of Biotechnology to Nutrition of Animals in Developing Countries, F.A.O. Animal Production and Health. Pusat Perkebunan. 1992. Kelapa Sawit. Ditjen Perkebunan, Jakarta. 189