BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tulisan-tulisan yang berkaitan dengan kesetaraan gender dalam bidang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB I PENDAHULUAN. mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak jarang terlihat dalam keluarga kelas bawah untuk menambah pendapatan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Bantuan United Nations Children s Fund (UNICEF) Dalam Mensukseskan

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

I. PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah perang dunia ke-2 tanggal 10 Desember

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada saat ini telah berkembang sangat pesat di Indonesia.

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

DAFTAR ISI. iii KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan nasional yang selama ini diarahkan untuk. manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Bahkan belum efektif

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. bahkan menjadi tolak ukur kemajuan Negara. Secara umum, Indonesia merupakan

ANALISIS GENDER DALAM GERAKAN REHABILITASI LOKAL HUTAN MANGROVE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

1Konsep dan Teori Gender

Kampanye Women and Children First pada Bidang Pendidikan di Tiongkok oleh United Nations of Children s Fund (UNICEF)

Abstrak. Kata kunci: pemberdayaan, kesejahteraan, potensi, koperasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

Dunia Terbelah: Kesehatan dan Hak Reproduksi di Era Ketidaksetaraan. Sambutan Kepala Perwakilan UNFPA Indonesia Dr. Annette Sachs Robertson

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang dikategorikan Negara dunia ketiga.

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam waktu 10 tahun. Jumlah penduduk dunia tumbuh begitu cepat, dahulu untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indra Djati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Paramadina, Jakarta, 2001, hlm 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi ini meningkat sekitar 20 juta jiwa dari tahun 2004 yang berjumlah kurang lebih 1,29 milyar jiwa. (www.uniqpost.com) Pesatnya pertumbuhan penduduk menjadi permasalahan tersendiri bagi Tiongkok. Permasalahan yang muncul dari banyaknya jumlah penduduk di Tiongkok adalah ketidakseimbangan atau ketidaksetaraan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan. Diketahui bahwa pada tahun 2004 sendiri rasio jumlah penduduk antara laki-laki dengan perempuan adalah 110:100. Ketidaksetaraan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan memberikan dampak di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang pendidikan. Di era sekarang ini, pendidikan menjadi salah satu isu yang banyak di perbincangkan oleh dunia Internasional. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan memiliki kompetensi tinggi dalam menjawab tantangan kedepannya. Dalam ranah Internasional, pendidikan berperan penting dalam menyiapkan sdm yang berkualitas sehingga dapat meningkatkan daya saing dan kemandirian negara. Sejatinya kesetaraan gender atau pendidikan terhadap perempuan dapat meningkatkan produktifitas,

2 peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. (www.file.upi.edu) Permasalahan pendidikan yang terjadi di Tiongkok tidak hanya dari segi kualitas saja, namun juga dari partisipasi perempuan dalam pendidikan. Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan di Tiongkok dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 : Partisipasi Pendidikan Tahun 1999 ( in %) jenis kelamin pendidikan dasar pendidikan menengah pendidikan tinggi perempuan 48 46 39 laki-laki 52 54 61 Sumber : Li, Danke (2004) (www.ide.go.jp). Li, Danke (2004) memaparkan partisipasi perempuan pada tahun 1999 sebanyak 48% di pendidikan dasar, 46% pendidikan menengah, dan 39% di pendidikan tinggi. Hal ini berbeda dengan partisipasi laki-laki yang rata-rata diatas 50% di berbagai tingkatan pendidikan. selain itu, pada abad ke-20, kemampuan untuk membaca dan menulis bagi kaum perempuan berkisar antara 2% sampai 10%, sedangkan untuk kaum laki-laki tercatat sebanyak 30% (www.ide.go.jp). Ada beberapa faktor dan alasan yang melatarbelakangi ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan ini (unesco, 2010). Pertama adalah faktor ekonomi atau kemiskinan. Kemiskinan merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan gender pada pendidikan di Tiongkok. Rendahnya tingkat perekonomian menyebabkan para orang tua terutama di daerah pedesaan lebih

3 memfokuskan anak-anaknya terutama anak perempuan untuk membantu mencari nafkah guna meningkatkan perekonomian keluarga daripada bersekolah. Faktor kedua adalah preferensi atau pandangan budaya bagi anak-anak laki-laki. Anak perempuan dinilai kurang ekonomis di Tiongkok. Para orang tua di Tiongkok pada umumnya lebih memfokuskan pendidikan kepada anak laki-laki dibandingkan anak-anak perempuan. Mendidik anak laki-laki dipandang sebagai investasi yang baik, sedangkan mendidik anak perempuan dipandang sebagai kerugian ekonomi. Mereka berfikir bahwa anak laki-laki nantinya akan lebih mampu untuk bersaing dan lebih mampu untuk meningkatkan perekonomian keluarga, sedangkan anak perempuan kodratnya ialah sebagai ibu rumah tangga yang hanya akan mengurusi urusan rumah tangga (http://unesco.org.). Budi Santoso (2010) mengatakan kebijakan one child policy yang dikeluarkan oleh pemerintah Tiongkok juga menjadi faktor penyebab ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan. Kebijakan ini sejatinya bertujuan untuk mengontrol populasi penduduk Tiongkok yang sudah sangat padat. Namun, kekurangan yang ditemukan pada kebijakan satu anak ini adalah adanya ketidakadilan atau ketidaksetaraan rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan (http://elib.unikom.ac.id). Menurut mereka anak perempuan nantinya hanya akan berprofesi sebagai ibu rumah tangga saja, berbeda dengan anak laki-laki yang nantinya akan dapat lebih diandalkan untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Maka dari itu masyarakat atau penduduk di Tiongkok lebih menginginkan kehadiran anak lakilaki dalam keluarga, sehingga sering terjadi tindakan-tindakan kekerasan kepada

4 perempuan seperti aborsi untuk mengantisipasi kelahiran anak perempuan. Dapat dikatakan bahwa kebijakan dan persepsi tersebut secara tidak langsung mempengaruhi ketidaksetaraan atau ketidakadilan gender dalam bidang pendidikan di Tiongkok (http://elib.unikom.ac.id). Hal serupa juga diungkapkan oleh Junxia Zhang (2012) yang mengatakan bahwa dalam prakteknya para perempuan maupun anak-anak perempuan masih mengalami diskriminasi seperti kekerasan fisik, pemerkosaan, pembunuhan, dan lainnya. Eksploitasi terhadap anak-anak di Tiongkok marak terjadi, baik itu di lingkungan sosial, serta di bidang pendidikan. Diskriminasi tersebut mereka dapatkan dari lingkungan sekitar dan juga dari lingkungan keluarga yang mengakibatkan ketidaksetaraan atau ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan (http://fsi.stanford.edu). Beberapa faktor diatas merupakan faktor penyebab adanya ketidakadilan atau ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan di Tiongkok. Namun dalam hal ini muncul UNICEF (United Nations of Children's Fund) sebagai organisasi internasional yang turut membantu permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan hak asasi anak maupun perempuan di dunia. UNICEF berfokus kepada permasalahan hak anak-anak dan perempuan di dunia. UNICEF adalah pendukung kuat bagi pendidikan universal, untuk anak perempuan serta anak lakilaki, dan lembaga ini juga bekerja untuk mengatasi kekerasan, diskriminasi atau kesenjangan terhadap anak perempuan, termasuk kesenjangan dalam bidang pendidikan.

5 Dalam hal ini UNICEF memusatkan perhatiannya kepada Tiongkok, mengingat sejarah antara kedua aktor tersebut. Dalam sejarahnya, Tiongkok merupakan negara pertama di kawasan Asia yang dengan terbuka menerima kehadiran UNICEF ketika baru muncul. Selain itu permasalahan-permasalahan seperti populasi penduduk juga menjadi perhatian UNICEF. Dengan jumlah populasi penduduk yang banyak, kekerasan yang terjadi pada anak perempuan, serta minimnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya perempuan dan anakanak perempuan mengakibatkan tidak setaranya gender di Tiongkok, terutama dalam bidang pendidikan. (http://elib.unikom.ac.id) Untuk mengatasi ketidakadilan atau ketidaksetaraan gender di Tiongkok, UNICEF pada tahun 2004 mengeluarkan sebuah kampanye yang diberi nama Women and Children First. Kampanye ini muncul sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan yang menyangkut kelangsungan hidup perempuan di Tiongkok. Women and Children First untuk membantu perempuan dan anak di seluruh dunia yang mengalami dikriminasi. Melalui kampanye ini UNICEF berusaha mengubah cara berfikir masyarakat setempat terutama perempuan di Tiongkok. Bahwa laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan kehidupan layak dan hak yang sama sebagai manusia (http://www.unicef.cn). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat ditarik suatu rumusan permasalahan yang dapat ditinjau lebih lanjut yaitu bagaimana UNICEF mengkampanyekan Women and Children First dalam ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan di Tiongkok?.

6 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada isu ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan di Tiongkok. Kesetaraan gender dalam pendidikan atau pendidikan terhadap perempuan menjadi penting mengingat bahwa dengan adanya pendidikan terhadap perempuan, maka akan dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Alasan peneliti memfokuskan pada Tiongkok adalah karena para penduduknya masih terjebak oleh kondisi pola pikir, budaya, serta pandangan terhadap anak laki-laki dengan perempuan, dan juga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya dampak yang terjadi. Pendidikan yang disasar oleh UNICEF adalah pendidikan informal dengan menyasar individu dan juga lingkungan keluarga. Rentang waktu yang diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah dari tahun 2004 sampai 2008. Tahun 2004 merupakan tahun dimana UNICEF mengeluarkan kampanye Women and Children First untuk menanggulangi ketidaksetaraan gender di Tiongkok. Sedangkan tahun 2008 dipilih oleh peneliti karena pada tahun itu ketidaksetaraan gender terutama pada bidang pendidikan sudah mengalami penurunan, sehingga peneliti menggunakan tahun 2008 agar tidak ada batasan yang terlalu jauh.

7 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana ketidaksetaraan gender yang terjadi di Tiongkok, apa saja faktor penyebab ketidaksetaraan gender, pentingnya kesetaraan gender pada bidang pendidikan. 2. Untuk mengetahui bagaimana peran UNICEF sebagai organisasi internasional dalam menindaklanjuti ketidaksetaraan gender di Tiongkok, upaya-upaya yang unicef lakukan, bagaimana UNICEF mengkampanyekan Women and Children First, serta kendala dan keberhasilan yang telah UNICEF capai dalam ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan di Tiongkok. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini terbagi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis : Menambah wawasan dan pengetahuan tentang permasalahan pada bidang pendidikan yang terjadi saat ini, selain juga menambah wawasan tentang kesetaraan gender dalam bidang pendidikan, dan juga untuk menambah pengetahuan bagaimana peran yang diberikan UNICEF dalam mengatasi ketidaksetaraan gender di suatu negara.

8 2. Manfaat Praktis : Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah sumbangan informasi bagi segala pihak terkait fenomena serupa, terutama terkait peran UNICEF dalam mengatasi ketidaksetaraan gender pada bidang pendidikan di Tiongkok. 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Sistematika dari kelima bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab 1: Dalam bab ini penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematikan penulisan. Bab 2: Dalam bab ini penulis akan menguraikan tinjauan pustaka penelitian, yang terdiri dari kajian pustaka dan kerangka konseptual. Dalam kajian pustaka penulis memaparkan penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis, sedangkan dalam kerangka konseptual penulis menjelaskan konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Bab 3: Dalam bab ini penulis akan menguraikan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik penentuan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian data. Bab 4: Dalam bab ini penulis akan memaparkan gambaran secara umum mengenai Ketidaksetaraan gender di Tiongkok, ketidaksetaraan gender dalam pendidikan di Tiongkok, Kampanye Women and Children First dan Sosialisasi UNICEF melalui kampanye Women and Children First.

9 Bab 5: Dalam bab ini penulis akan menguraikan simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat penulis berikan terhadap hasil tersebut.