BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu yang mencakup banyak bidang atau multidimensi yang melewati batas-batas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri Madura, 27 Oktober 2015

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

BAB I PENDAHULUAN. Association of South East Asian Nation (selanjutnya disebut ASEAN)

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas ASEAN atau ASEAN Community merupakan komunitas negaranegara

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

: Institute Of Southeast Asian Studies

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasaran pembahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

Kerja sama ekonomi internasional

ASEAN YANG BERDAYA SAING, INOVATIF, DAN DINAMIS. DR. Mhd. Saeri, M.Hum. (PSA Universitas Riau) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. satu kriterianya dilihat dari daya saing produk-produk ekspornya. Yang menjadi

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

PENGARUH PEMBERLAKUAN AREA PERDAGANGAN BEBAS ASEAN DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan nama Deklarasi Bangkok. Deklarasi ini disahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. The Association of South East Asian Nations atau yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip umum perdagangan bebas adalah menyingkirkan hambatan-hambatan

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dibentuk sebagai organisasi regional pada 8 Agustus 1967 di Bangkok

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN DAN PENGATURAN KEBIJAKAN PERSAINGAN USAHA DI ASEAN Sejarah Masyarakat Ekonomi ASEAN

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PENINGKATAN PELAKSANAAN PERJANJIAN-PERJANJIAN ASEAN Oleh: Dina Kurniasaril

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB 1 PENDAHULUAN. Think Globally, hal.22. Strategi kebijakan..., Haka Avesina 1 Asykur, FISIP UI, Universitas Indonesia

INOVASI GOVERNMENTAL MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi institusional regional atau kawasan jika ditelusuri kembali asalnya, mulai berkembang sejak berakhirnya Perang Dingin dimana kondisi dunia yang bipolar hilang. Dunia kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya organisasi kawasan berdasarkan kesepakatan adanya kesatuan kawasan. Regional sendiri menurut (Väyrynen, 2003), lebih bermaksud pada adanya kedekatan dan spesifikasi kondisi geografis dimana negara-negara yang saling berdekatan satu sama lain dengan kultur yang hampir sama membentuk kawasan. Hal ini hampir serupa dengan definisi dari regionalisme yang diungkapkan oleh (Fawcett, 2004) dimana regionalisme merupakan usaha untuk menjalin kerjasama formal diantara negara-negara kawasan. Regionalisme dalam pandangan ekonomis juga merupakan suatu bentuk kebijakan yang diciptakan untuk mengurangi adanya batasan perdagangan pada negara-negara kawasan yang bersangkutan (Väyrynen, 2003). Hal ini juga terjadi di Asia Tenggara dimana regionalisme mulai terjalin ketika ASEAN mulai berdiri pada 1967 sebagai sebuah organisasi yang membawahi negara-negara kawasan Asia Tenggara dengan latar belakang kultur dan sejarah yang sama. Regionalisme di Asia Tenggara tidak hanya berhenti sejak berdirinya ASEAN saja, melainkan keterlibatan lebih banyak negara kawasan untuk bergabung dari yang awalnya hanya negara inisiator saja menjadi sepuluh negara dan dengan mengeluarkan kebijakankebijakan yang mengarah pada integrasi kawasan. Hal ini kemudian mendorong terbentuknya ASEAN Community 2015 yang berdasar pada tiga pilar utama yaitu politik dan keamanan,

ekonomi, dan sosial budaya, dengan tetap mengutamakan prinsip non-intervensi (Narine, 2012). Integrasi ekonomi, sesuai dengan tujuan pembentukannya, yaitu untuk menurunkan hambatan perdagangan dan berbagai macam hambatan lainnya diantara satu negara dengan negara lainnya. Dengan demikian, integrasi ekonomi akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga (karena tarif berkurang), meningkatkan daya saing antara mitra dagang melalui biaya-biaya yang lebih rendah dan dengan skala ekonomi yang lebih luas. Untuk beberapa pengaturan integrasi ekonomi, tujuan akhirnya adalah pasar tunggal dimana di dalam pasar tersebut terdapat arus barang yang bebas, jasa-jasa, modal, dan tenaga kerja, dan penyelarasan kebijakan ekonomi dan moneter antar negara/wilayah. Tujuan yang paling mendasar dari integrasi ekonomi ini adalah untuk meningkatkan volume perdagangan barang dan jasa, meningkatkan mobilitas kapital dan tenaga kerja, meningkatkan produksi, meningkatkan efisiensi produksi serta meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan. Pembentukan integrasi ekonomi pada akhirnya akan menciptakan dampak meningkatnya kesejahteraan negara-negara anggota secara keseluruhan karena akan mengarah pada peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif. (Battacharyay, 2000) Berkaitan dengan integrasi ekonomi, pada tahun 1992 diciptakan area perdagangan bebas antara sesama negara ASEAN yang bernama Asean Free Trade Area (AFTA) sebagai bentuk kerjasama di bidang ekonomi yang bertujuan untuk mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan yang berlaku di negara-negara ASEAN yang diharapkan akan meningkatkan arus lalu lintas barang antar negara-negara ASEAN.

AFTA (Asean Free Trade Area) yang dibentuk untuk menciptakan satu pasar tunggal di kawasan ASEAN, berfungsi untuk menampung seluruh produksi negara-negara ASEAN, baik bentuk barang, jasa-jasa, tenaga kerja, dan Investasi dengan menghilangkan segala bentuk tarif sesuai dengan misi para pemimpin negara-negara ASEAN yang ingin membentuk ASEAN Economic Community (AEC) dimana waktu pembentukannya ditentukan pada tahun 2020. Penerapan ASEAN Economic Community (AEC) atau Komunitas Ekonomi ASEAN yang dimulai pada 31 Desember 2015 akan menjadi babak baru bagi pengembangan perekonomian ASEAN. Penerapan ASEAN Economic Community ini sebenarnya dipercepat dari jadwal semula yakni pada tahun 2020 menjadi tahun 2015. AEC dimaksudkan untuk menjadi pasar tunggal dan basis produksi, dengan pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran modal lebih bebas. AEC juga diharapkan dapat membantu perkembangan ekonomi yang merata di kawasan dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi-sosial pada tahun 2015. (Secretariat, Economic Integration and Coopretion, 2004) Permasalahan lain yang muncul dari dalam ASEAN sendiri adalah masih adanya ketimpangan pembangunan ekonomi yang sangat besar antar negara anggota di ASEAN. Hal ini dapat dilihat dari salah satu indikator yaitu pendapatan perkapita. Data menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan perkapita ASEAN-6 (Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, Filipina dan Brunei) 10 kali lebih besar daripada Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. Negaranegara seperti Malaysia dan Singapura sudah jauh meninggalkan negara-negara yang baru saja bergabung dengan ASEAN, yaitu Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam (CLMV).

Adanya ketimpangan pembangunan ekonomi yang terjadi antara anggota ASEAN tersebut muncul karena prestasi pembangunan negara-negara ASEAN berbeda satu sama lain. Ada kelompok negara yang sudah berorientasi ekspor dengan industrialisasinya seperti Singapura, Thailand, Indonesia, Malaysia,dan Filipina sedangkan negara lainnya masih mengandalkan sektor pertanian untuk menopang perekonomiannya. Dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun ASEAN telah memasuki babak baru dalam sejarah organisasi regional tersebut, yaitu pembentukan ASEAN Economic Community. Namun pada kenyataannya, walaupun realita di lapangan menunjukkan bahwa sampai saat ini syarat-syarat yang ada masih belum bisa dipenuhi oleh negara-negara anggota ASEAN, para pemimpin ASEAN masih ingin melanjutkan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. (Indonesia K. P., Menuju ASEAN Economic Community 2015, 2013) Isu mengenai ketimpangan pembangunan sudah menjadi perhatian para pemimpin ASEAN sejak lama. Program seperti Initiative for ASEAN Integration (IAI) yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 2004 ini adalah contoh wujud perhatian ASEAN terhadap isu ketimpangan ini. IAI sebagai salah satu program untuk membantu CLMV untuk mengejar ketertinggalan juga belum memberikan dampak signifikan. Program-program IAI kemudian dicantumkan dalam AEC Bluprint pada tahun 2008. Pada kenyataanya, realita saat ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan masih sangat besar. Masalah kemiskinan, kurangnya tenaga kerja terampil, angka pengangguran tinggi, infrastruktur yang buruk, rendahnya daya saing dan kurangnya pendidikan masih menjadi masalah serius bagi negaranegara CLMV. AEC Blueprint juga menjadi batu loncatan untuk pembangunan ASEAN yang signifikan. Selama ini regional community building di ASEAN bersifat terbuka dan tidak

mengikat sehingga ASEAN sebagai organisasi tidak memiliki kapasitas untuk menekan baik di tingkat nasional satu negara ataupun di tingkat regional. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses ASEAN melakukan integrasi ekonomi melalui ASEAN Economic Community tahun 2015? C. Kerangka Dasar Pemikiran Unruk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah didalam penulis memakai sebuah teori atau konsep. Peneliti berusaha menjawab rumusan masalah dalam kerangka dasar pemikiran, yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Teori Integrasi Ekonomi dan Konsep Indentitas. Teori Integrasi Ekonomi Secara umum integrasi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah proses di mana sekelompok Negara berupaya untuk meningkatkan tingkat kemakmurannya. Namun menurut Venables (2000) integrasi ekonomi regional terjadi saat beberapa Negara membentuk sebuah fakta perdagangan bebas yang tujuannya membuka akses perdagangan seluas mungkin satu sama lain. Venables juga menekankan makna integrasi regional ke sebuah pemahaman mendalam tentang perdagangan internasional lebih dari sekedar penghapusan tarif impor dan kuota untuk menghilangkan segmentasi pasar dengan menyerukan totalitas integrasi kedalam ranah yang lebih tinggi. (Suryanta, 2012)

Sedangkan Solvatore (1997) menguraikan integrasi ekonomi atas beberapa bentuk; Pertama, Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangements) dibentuk oleh Negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan di antara mereka dan membedakannya dengan Negara-negara yang bukan anggota. Kedua, kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area) di mana semua hambatan perdagangan baik tariff maupun non tariff di antara Negara-negara anggota dihilangkan sepenuhnya, namun masingmasing Negara anggota masih berhak menentukan sendiri apakah mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap Negara-negara non anggota. Ketiga, persekutuan Pabean (Custom Union) mewajibkan semua Negara anggota untuk tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan di antara mereka, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap Negara lain nonanggota. Keempat, Pasaran Bersama (Common Market) yaitu suatu bentuk integrasi di mana bukan hanya perdagangan barang saja yang dibebaskan namun arus factor produksi seperti tenaga kerja dan modal juga dibebaskan dari semua hambatan. Kelima, Uni ekonomi (Economic Union) yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada dalam suatu kawasan atau bagi negara-negara yang melakukan kesepakatan. (Ridwan, 2009) Integrasi regional yang dikembangkan oleh negara anggota ASEAN banyak dipengaruhi oleh pendekatan konstruktivisme. Adopsi proposisi dan asumsi kontruktivisme tidak lepas dari faktor sejarah dan konteks sosial yang tengah berlangsung dalam kawasan ASEAN. Berbagai pendekatan mencoba menjelaskan fenomena ASEAN dari awal pembentukan, masa krisis Asia, sampai globalisasi. Pemilihan teori ini dilandaskan pada pemahaman penulis bahwa keterlibatan dan kepatuhan negara dalam suatu integrasi regional jika tidak berdasarkan

pemanfaatan materil yang secara matematis dapat ditentukan, maka berdasarkan tatanan identitas yang berkembang di antara Negara anggota untuk bersepakat mencapai suatu tujuan bersama. Konstruktivisme kemudian hadir untuk membawa angin segar bagi pola interaksi negara anggota ASEAN. Upaya pemulihan negara-negara anggota dari krisis yang membuktikan bahwa ASEAN masih sanggup bertahan dalam konstelasi internasional dijelaskan konstruktivisme melalui penguatan identitas bersama. Asumsi pentingnya ideologi dan identitas dalam konstruktivisme mampu menggeneralisasi kohesi regional dalam menghadapi ancaman, termasuk ancaman keamanan dan ekonomi yang dapat dicapai melalui integrasi regional. Dengan menganalisa teori integrasi dalam penelitian integrasi ekonomi ASEAN menuju tahap ASEAN Economic Community tahun 2015. ASEAN sebagai kawasan regionalism telah memulai integrasi ekonomi dimana diberlakukannya ASEAN Economic Community tahun 2015. ASEAN Economic Community (AEC) pada dasarnya adalah perluasan dari integrasi ekonomi regional yang telah dimulai beberapa tahun silam, tepatnya pada saat pembentukan AFTA tahun 1992. Diberlakukanya ASEAN Economic Community yang lebih lebih awal dari rencana sebelumnya yaitu tahun 2020 sangat mengejutkan karena dilihat dari kesiapan Negaranegara anggota yang bisa dikatakan masih banyak tidak memenuhi syarat. Kemudian, tahap integrasi ekonomi menurut Solvatore (1997) yang melalui empat tahap untuk benar benar menjadi sebuah ASEAN Economic Community. Dimana tujuan ASEAN Economic Community ini akan membebaskan hambatan-hambatan perdagangan untuk Negara anggota. Hambatan yang dimaksud pun ialah bebasnya segala tariff perdagangan, jasa, dan modal.

Tahapan-tahapan ini berlangsung terpisah di mana sebelum melangkah ke tahapan lebih tinggi, perlu diselesaikan terlebih dahulu tahapan yang lebih rendah. AEC merupakan langkah lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free TradeArea/AFTA). Komponen arus perdagangan bebas barang tersebut meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non-tarif sesuai skema AFTA. Namun, sebelum perjanjian AFTA disepakati, selang beberapa decade setalah dibentuknya ASEAN sebagai kawasan regionalism. ASEAN membentuk instrumen ekonomi yang pertama melalui PTA yang ditandatangani pada tanggal 24 februari 1977 di Manila, Filipina. PTA ini merupakan kesepakatan di ASEAN untuk menurunkan tarif sejumlah produk dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perdagangan intra-asean. Seiring perkembangan waktu, ASEAN sepakat untuk lebih memperdalam kerja sama ekonomi dengan menyepakati CEPT-AFTA yang ditandatangani oleh para Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 28 Januari 1992 di Singapura. Kesepakatan ini merupakan perjanjian perdagangan bebas ASEAN di bidang barang yang pertama kali. CEPT-AFTA dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan melalui percepatan liberalisasi perdagangan dan investasi intra-asean. (Community, 2015) ASEAN berpandangan bahwa selain meliberalisasi Perdagangan di sektor Barang, juga dipandang perlu untuk meliberalisasi Perdagangan di sektor Jasa. Integrasi sektor Jasa ASEAN dimulai dengan penandatangan AFAS oleh Menteri Ekonomi ASEAN pada tanggal 15 Desember 1995. Perkembangan kerja sama ekonomi di ASEAN, ASEAN memandang perlu untuk semakin meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kawasan melalui kerja sama investasi. Oleh karenanya, para Menteri Ekonomi ASEAN menandatangani AIA pada tanggal 7 Oktober 1998 di Makati, Filipina yang bertujuan untuk menciptakan rezim investasi yang semakin

liberal dan transparan di kawasan. Kemudian pada tanggal 29 November 2004, para Pemimpin Negara ASEAN menyepakati 11 sektor utama yang akan diintegrasikan, melalui penandatanganan ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors yang mencakup: Produk Berbasis Agro, Otomotif, E-ASEAN, Elektronik, Perikanan, Kesehatan, Produk Berbasis Karet, Tekstil dan Pakaian Jadi, Kepariwisataan dan Produk Berbasis Kayu. (Community, 2015) Pada Pertemuan KTT ASEAN ke-12 tanggal 13 Januari 2007, para Pemimpin Negara ASEAN sepakat untuk mempercepat pembentukan ASEAN Community, termasuk Pilar Ekonomi dari tahun 2020 ke tahun 2015. Pertemuan KTT ASEAN ke-13 di Singapura tanggal 20 November 2007, para Pemimpin Negara ASEAN menandatangani ASEAN Charter yang menjadi dasar hukum ASEAN dan semakin memperkuat eksistensi ASEAN di dunia. Untuk Pilar Ekonomi, para Pemimpin ASEAN juga menandatangani ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint yang menjadi acuan dalam mencapai ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Tahun 2008 merupakan tahun pertama berlakunya ASEAN Charter dan AEC Blueprint. Pemberlakuan AEC Blueprint dilakukan dalam 4 tahap yaitu Tahap I tahun 2008-2009, Tahap II tahun 2010-2011, Tahap III tahun 2012-2013, dan Tahap IV tahun 2014-2015. (Community, 2015) Dalam rangka menyempurnakan Perdagangan Barang di ASEAN, para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat untuk menandatangani ATIGA pada tanggal 26 February 2008 di Thailand. Disamping itu, pada saat yang sama dan untuk semakin menjamin rezim investasi yang semakin terbuka dan transparan, para Menteri Ekonomi ASEAN juga menandatangani ACIA. Mewujudkan suatu Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (Pilar II ASEAN Economic Community), pada tanggal 17 November 2011 di Bali, Indonesia, para Pemimpin

Negara ASEAN sepakat untuk mengadopsi ASEAN Framework for Equitable Economic Development (AFEED). (Community, 2015) Pada KTT ASEAN ke-19 di Bali tanggal 14-19 November 2011, para Pemimpin ASEAN menyepakati ASEAN Framework Agreement for Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang merupakan penguatan dari Persetujuan Perdagangan Bebas antara ASEAN dan Negara Mitranya, sejalan dengan Pilar ke-iv ASEAN Economic Community untuk menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global. Pada tanggal 22 November 2015, para kepala negara ASEAN menandatangani dua Deklarasi penting yang merupakan tonggak bersejarah dalam perjalanan integrasi ASEAN. Bisa dilihat tahap-tahap perjanjian yang telah dilalui ASEAN adalah bentuk dari integrasi ekonomi ASEAN. (Community, 2015) Dalam upaya menganalisa konstruksi sosial yang terjadi tidak hanya dibutuhkan basis material namun juga faktor intersubjektif, khususnya peranan norma, proses sosialiasi dan pembangunan identitas dalam membentuk komunitas. Norma-norma ASEAN turut berperan dalam regionalisme di Asia Tenggara dan pembentukan identitas regional. D. Hipotesis Dengan menggunakan teori integrasi proses perkembangan regionalism ASEAN, yang mengikuti tahap integrasi ekonomi. Maka penulis menarik hipotesa sementara, bahwa ASEAN melakukan integrasi ekonomi melalui ASEAN Economic Community tahun 2015 melalui beberapa proses perjanjian perdagagangan bebas. Model proses perjanjian tersebut di bagi menjadi empat bagian :

1. Tahap pertama, Preferential Trading Area (PTA) yang terbukti dari dalam perjanjian Preferential Trading Arrangements ASEAN. 2. Kedua, Perdagangan Bebas (Free Trade Area) yang terbukti dalam perjanjian ASEAN Free Trade Area (AFTA). 3. Ketiga, Persekutuan Pabean (Custom Union) yang terbukti dalam perjanjian ASEAN Framework Agreement on Services, ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) dan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). 4. Keempat, Pasaran Bersama (Common Market) yang terbukti dalam perjanjian ASEAN Economic Community 2015. 5. Kelima, Uni Ekonomi (Economic Union) ASEAN Economic Community 2015. E. Tujuan Penelitian Tujuan dan kegunaan akademis yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: melalui AEC. 1. Untuk membuat kajian mendalam mengenai proses integrasi ekonomi ASEAN 2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi dunia pendidikan, dan tujuannya adalah untuk memberi pengetahuan masyarkat, dan kalangan akademis, sehingga timbulnya pengertian tujuan dari integrasi ekonomi ASEAN melalui AEC. F. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membuat jangkauan dan batasan penelitian hanya pada proses integrasi ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Dimana, integrasi ekonomi ini dibentuk dengan tujuan perkembangan ekonomi antar kawasan di ASEAN merata. Bagaimana proses integrasi tersebut dilakukan agar tercapainya kesetaraan perkonomian kawasan. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan penulis akan mengambil dan membahas sumber-sumber lainnya selama masih berkaitan erat dengan pokok permasalahan yang dibahas pada tulisan ini. G. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjawab pertanyaan yang muncul pada awal penelitian. Metode ini adalah metode penelitian ilmu sosial yang bersifat deskriptif dan berusaha untuk menginterpretasikan gejala yang terjadi pada sebuah konteks sosial. Pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan memanfaatkan data-data sekunder yaitu yang diperoleh melalui library research diantaranya bersumber dari buku, e-book, jurnal, dokumen, media massa, artikel dari internet mengenai ASEAN Economic Community. Penelitian ini menggunakan teknik analisa data secara kualitatif yang melibatkan hubungan secara kausalitas. Teknik analisa data dilakukan melalui analisa non-statistik dimana data yang bersifat kuantitatif seperti angka, tabel, grafik yang tersedia diuraikan dan ditafsirkan ke dalam bentuk kalimat atau paragraf. Teknik analisa data tersebut dilakukan melalui beberapa tahap yaitu mengklasifikasikan data, mereduksi data, dan memberi interpretasi pada data yang telah diseleksi dengan menggunakan teori dan konsep.

H. Sistematika Penulisan Untuk membuktikan hipotesa dalam penulisan penelitian ini menjadi sebuah karya tulis, penulis membagi dalam beberapa bab dimana diantara bab-bab tersebut saling berkaitan sehingga menjadi satu kesatuan utuh. Pengelompokan ini dimaksudkan agar penulis dapat membedakan jenis permasalahannya yang diteliti, kemudian dikomparasikan sehingga menjadi satu kesatuan. Bab I berisi pendahuluan penulisan yang dirangkai oleh latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, kerangka dasar pemikiran, dan metode penelitian. Bab II berisi perkembangan regionalism Asia Tenggara, Ketimpangan Pembangunan Negara Anggota, dan Konsep AEC Blueprint Bab III berisi pembahasan tahapan integrasi ekonomi ASEAN menuju ASEAN Economic Community. Bab IV berisi kesimpulan penelitian mengenai bagaimana integrasi ekonomi ASEAN dalam pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) tahun 2015.