BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah alat terpenting bagi manusia, dilihat dari fungsinya bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan bangsa tertentu (Tayar Yusuf dan Saeful Anwar, 1997:187). Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Daryanto, 1998:51). Menurut Gulayaini (2007:7) Bahasa adalah : / Allugatu: alfāẓun yu abbiru bihā kullu qaumin an maqāṣidihim/ Bahasa: lafal yang digunakan oleh setiap orang (kaum), dalam menyampaikan maksud atau kehendak mereka. Menurut Keraf dalam Hassan (2001: 13) Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi, lambang suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi baik di Negara-negara Arab maupun di dunia Interasional. Bahasa Arab termasuk rumpun bahasa Smit yaitu bahasa yang dipakai oleh bangsa-bangsa yang bermukim di sekitar Sungai Tigris dan Furat, dataran Syria dan Jazirah Arabia (Timur Tengah) dan bahasa ini menjadi berkembang dengan pesatnya setelah Islam (agama yang dibawa nabi Muhammad saw) datang dan menjadikannya sebagai bahasa kitab sucinya (Al-Qur`an). (Abdul Muin, 2004:vii). Bahasa Arab tak ubahnya seperti bahasa-bahasa lain di dunia. Tujuan mempelajarinya minimal ada dua alasan, pertama untuk alat komunikasi, yang harus dipelajari bila kita ingin bergaul dengan pemakai bahasa tersebut, kedua karena bahasa Arab merupakan bahasa agama
yang mengharuskan pemeluknya mempelajarinya minimal untuk kesempurnaan amal ibadahnya. (Abdul Muin, 2004:vii). Al-Qur`an dan Hadits-hadits nabi yang berdialek quraisy dianggap sebagai contoh bahasa Arab yang sempurna, dan kedua pokok ajaran Islam itu ditulis dengan bahasa Arab. Oleh karena itu bagi siapa yang ingin mempelajari, memahami, serta menggali ajaran Islam haruslah mempelajari bahasa Arab. (Abdul Muin, 2004 : 23). Cara untuk mempelajari, memahami serta mendalami hukum (ajaran) Islam pada dasarnya dapat dilakukan dengan mempelajari bahasa Arab. Cara lain dapat dilakukan melalui hasil terjemahan-terjemahan yang diproduksi oleh para ahli terjemah yang disponsori oleh Penerbit ataupun Lembaga tertentu. Kata penerjemahan mengandung pengertian proses alih pesan, sedangkan kata terjemahan artinya hasil dari suatu penerjemahan (M. Rudolf Nababan, 2003:18). Suhendra Yusuf (1994:8) menyatakan terjemah diartikan sebagai semua kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan dari informasi asal ke informasi sasaran. Muhammad Ali Al Khuli (1982:291) mengatakan bahwa /At-tarjamatu : taḥwīlu naṣṣin au jumlatin au kalimatin fī lugatin ila mā yunāẓiruha fī lugati ukhra/ Penerjemahan adalah proses perubahan (pengalihan) teks, kalimat, kata dari satu bahasa (bahasa sumber) ke dalam padanannya pada bahasa lain (bahasa penerima). Widyamartama (1989:11) mengatakan bahwa penerjemahan adalah memindahkan suatu amanat dari bahasa sumber ke dalam bahasa penerima (sasaran) dengan cara, pertama-tama mengungkapkan maknanya dan kedua mengungkapkan gaya bahasanya. Mauritas D.S (1999:2) berpandangan bahwa penerjemahan adalah mengalihkan makna yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan bentuk yang sewajar mungkin menurut aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa sasaran.
Dari definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa penerjemahan adalah usaha memindahkan pesan atau amanat dari teks bahasa sumber (dalam konteks ini bahasa Arab), ke dalam bahasa penerima (dalam konteks ini bahasa Indonesia), dengan padanan yang paling dekat dan wajar dari segi arti dan gaya bahasa. Setiap proses penerjemahan memiliki tujuan, adapun tujuan penerjemahan sebagai berikut ; 1. Untuk menyampaikan berita, informasi dan pesan dalam bentuk bahasa penerima. akan tetapi, dalam menyampaikan berita melalui bahasa penerima, diperlukan beberapa penyesuaian tata bahasa dan perbendaharaan kata. 2. Untuk menghasilkan suatu karya terjemahan dari bahasa sumber dengan membawa makna yang sama pada bahasa penerima. 3. Untuk menyebarkan ilmu pengetahuan. ( E.Sadtono,1985 : 9). Penerjemahan merupakan proses pengungkapan makna bahasa sumber ke dalam bahasa penerima. proses ini dilakukan dengan tiga tahap utama: memahami makna nas sumber, mengungkapkan pemahaman tersebut di dalam nas penerima, dan menyusun kembali hasil pengungkapan tersebut agar sesuai dengan karakteristik nas penerima. Pengungkapan pemahaman dalam proses penerjemahan merupakan tahap paling penting. Pada tahap ini penerjemah menggunakan Metode, Prosedur dan Teknik penerjemahan. Metode merupakan cara penerjemahan yang digunakan untuk mengalihkan makna yang terkandung dalam suatu nas sebagai wacana yang lengkap. Sementara itu, prosedur dipandang sebagai cara penerjemahan yang digunakan untuk mengalihkan makna yang terdapat dalam suatu kalimat dan unit-unit terjemahan yang lebih kecil (frase, kata) yang merupakan bagian dari wacana itu. Adapun teknik merupakan cara penerjemahan yang digunakan untuk mengalihkan makna yang terdapat di dalam unsur-unsur sintaktis yang merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah kalimat (Syihabuddin, 2002:201). Karena objek prosedur adalah kalimat, frase, kata dan semuanya itu sangat banyak jenisnya dan variatif, maka tidaklah heran jika prosedur penerjemahan pun sangat banyak dan variatif (Syihabuddin, 2002:67). Dalam teori terjemahan terdapat banyak prosedur. Namun
prosedur penerjemahan yang paling pokok dan inti ialah Prosedur Transposisi, Prosedur Ekuivalensi, dan Prosedur Transfer (Syihabuddin, 2002:203). Dan yang akan penulis bahas dalam penulisan ini adalah Prosedur Transfer. Newmark (1988:85) dalam Syihabuddin (2002:79) mengemukakan bahwa Transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang berkenaan dengan perubahan aspek gramatikal dari bahasa sumber ( BS ) ke bahasa penerima ( BP). Catford (1965:94) dalam Syihabuddin (2002:108) memandang Ekuivalensi sebagai ciri situsional yang relevan antara bahasa sumber dan bahasa penerima. Ciri situsional ini dipandang oleh Mouaket (1988:162) sebagai nilai-nilai komunikatif antara bahasa sumber dan bahasa penerima. Prosedur Transfer dipahami sebagai prosedur pengalihan suatu unit linguistik dari bahasa sumber (BS) ke dalam bahasa penerima (BP) dengan menyalin huruf demi huruf atau melakukan transliterasi (Syihabuddin,2002 : 70). Newmark (1988:81) Mendefenisikan istilah Prosedur Transfer sebagai proses pengalihan sebuah kata dari bahasa sumber ke bahasa penerima. Contoh prosedur Transfer :.. /Qul āmannā bi l-lāhi wa mā unzila 'alainā wa mā unzila 'ala ibrāhīma wa isma īla wa ishāqa wa ya'qūba / Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya'qub Pada kata /Ibrāhīma /ditransfer ke bahasa penerima (BP) menjadi Ibrahim. Cara ini memperlihatkan beberapa gejala penyesuaian, yaitu penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /r/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP dan vokal panjang [i:] pada huruf /h/ menjadi vokal pendek [i] di dalam BP, penulisan huruf pertama kata yang ditransfer ke dalam BP dengan huruf kapital, serta penghilangan bunyi /a/ pada huruf /m/ di akhir kata. Ibrahim merupakan nama
salah seorang nabi Allah swt yang bernama lengkap Ibrahim bin azar alias Tarih bin Nahur bin Syarukh bin Raghu bin Falikh bin `Amir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh ( As- Suyuti II : 142). Pada kata /Ismā īla/ ditransfer menjadi Isma l di dalam BP. Transfer ini memperlihatkan beberapa gejala pennyesuaian berupa penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /m/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP dan vokal panjang [i:] pada huruf /ain/ menjadi vokal pendek [i] di dalam BP, penulisan huruf /ain/ di dalam bahasa penerima menjadi < a> sesuai dengan pedoman transliterasi, dan penulisan huruf pertama kata yang ditransfer ke BP dengan huruf kapital, serta penghilangan bunyi /a/ pada huruf /l/ di akhir kata. Isma il merupakan nama salah seorang nabi Allah swt. Dia adalah putra tertua Ibrahim, yang bersaudara dengan Ishak (al-ashfahani II:138). Sedangkan pada kata /Ishāqa/ ditansfer ke bahasa penerima menjadi Ishaq. Dalam proses ini juga terdapat penyesuaian yaitu penghilangan vokal panjang [a:] pada huruf /h/ menjadi vokal pendek [a] di dalam BP, serta penulisan huruf pertama kata yang ditransfer ke dalam BP dengan huruf kapital, karena ia merupakan nama orang dan pemadanan fonem huruf /q/ ke dalam bahasa Indonesia menjadi /q/ yang sesuai dengan pedoman transliterasi serta penghilangan bunyi /a/ pada huruf /q/ di akhir kata. Ishaq as adalah salah satu nabi Allah swt yang juga putra Ibrahim as. Dia dilahirkan 14 tahun setelah Ismail as dan hidup selama 180 tahun. Kata Ishaq berasal dari bahasa Ibrani (as-suyuthi II:138). Pada kata /ya qūba/ terdapat juga prosedur transfer menjadi Ya qub. Dalam hal ini terjadi pemadanan huruf /q/ ke dalam bahasa penerima menjadi /q/ yang sesuaian dengan pedoman transliterasi, serta gejala penghilangan vokal panjang [u:] pada huruf /q/ menjadi vokal pendek [u] di dalam BP, dan penghilangan bunyi /a/ pada huruf /b/ di akhir kata. Ya qub.." as juga merupakan seorang dari ke-25 nabi-nabi Allah swt yang wajib kita ketahui.... /Inna awwala baytin wuḍi'a linnāsi lallaẓī bi bakkata/ Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah...
Kata /Bakkatu/ merupakan nama klasik untuk Mekah. Mekah dinamai Bakkah, karena Mekah merupakan tempat manusia berdesak-desakan saat tawaf dan Mekah menundukkan kepala orang-orang yang angkuh (Al-Ashfahani:55). Jadi Bakkah merupakan nama geografis yang ditransfer ke bahasa penerima karena tidak ada padanannya. Al-Qur an merupakan media interaksi antara Tuhan dengan hamba-nya (Qardhawi, 1997). Alat yang digunakan dalam berinteraksi adalah tulisan dalam bahasa Arab (dalam hal ini bahasa Arab). Sebagaimana dalam firman-nya yang terjemahannya Sesungguhnya telah Kami turunkan Al-Quran dengan bahasa Arab, supaya kamu memahaminya (QS, Yusuf:2). Syamil Al-Qur an adalah Al-Qur`an terjemahan per-kata yang menampilkan arti setiap kata dalam Al-Qur`an dalam bentuk bahasa Indonesia dan arti kata tersebut diletakkan tepat di bawah kata yang berbahasa Arab. Sebagai fungsinya yaitu Al-Qur`an tarbiyah (pendidikan), maka bagi umat Islam yang belum mengenal ataupun mengetahui bahasa Al-Qur`an, Syamil Al- Qur`an akan membimbing dan mempermudah dalam menguasai, memahami kandungan Al- Qur`an. Syamil Al-Qur`an adalah hasil dari buah kerjasama antara Lajnah Pentashih Mushaf Al- Qur`an Departemen Agama RI dan CV Haekal Media Center dalam penerbitannya. Adapun Surah Al-Baqarah adalah surah ke-2 dari 114 surah yang ada di dalam Kitab suci Al-Qur`an, terdiri dari 286 ayat dan surah ini termasuk jenis surah Madaniyyah, yaitu surah yang diturunkan setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Penulis sangat tertarik untuk mengkaji permasalahan ini, didorong oleh kurangnya referensi bidang penerjemahan, khususnya penerjemahan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, padahal dewasa ini bidang ini berkembang pesat sebagaimana terlihat dari banyaknya buku hasil terjemahan. Di samping itu bidang ilmu terjemahan merupakan mata kuliah yang diajarkan di program studi Sastra Arab Fakultas Sastra USU, Dengan demikian penulisan ini disuguhkan untuk para mahasiswa dan masyarakat luas yang memiliki minat dalam bidang penerjemahan untuk dijadikan sebagai batu loncatan dalam meneliti lebih intensif hal yang berkaitan dengan terjemahan. Dan judul ini juga belum pernah dibahas atau diteliti sebelumnya oleh mahasiswa program studi Sastra Arab.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian penulis sebelumnya, rumusan masalah pada penulisan ini, yaitu; 1. Bagaimanakah prosedur transfer dalam penerjemahan Surah Al-Baqarah pada Syamil Al-Qur'an. 2. Apakah konsisten prosedur transfer yang diterapkan pada terjemahan surah Al-Baqarah pada Syamil Al-Qur`an. C. Tujuan Penulisan Penulisan ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan prosedur transfer dalam penerjemahan Surah Al-Baqarah pada Syamil Al-Qur`an. 2. Untuk mengetahui sejauh mana konsistennya hasil terjemahan surah Al-Baqarah pada Syamil Al-Qur`an menurut prosedur transfer. D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan ini adalah : 1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pembaca dan peminat bahasa Arab. 2. Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan Ilmu Terjemahan, khususnya dalam Ilmu Terjemahan Arab-Indonesia. 3. Diharapkan mampu menjadi motivasi di kalangan mahasiswa Bahasa Arab untuk lebih jauh meneliti hal yang berkaitan dengan terjemahan. 4. Sebagai salah satu tambahan perbendaharaan kepustakaan di bidang Ilmu Terjemahan. E. Metode Penulisan Metode atau yang disebut juga dengan sistematika kerja dalam penulisan karya ilmiah merupakan satu hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja, hal ini bertujuan untuk menciptakan suatu karya ilmiah yang sesuai dengan standarisasi penulisan karya ilmiah.
Purwadarminta (1984:649) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang telah teratur dan terfikir baik-baik untuk mencapai suatu jalan atau cara. Metode menyangkut masalah kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran penulisan. Metode yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah metode Deskriptif yang objek penulisannya diambil melalui perpustakaan (Library Research). Tahap-tahap pengumpulan data dilakukan sebagai berikut : 1. Melihat terjemahan surah Al-Baqarah pada syamil Al-qur`an. 2. Mencari data-data yang berkaitan dengan terjemahan secara prosedur transfer. 3. Mengumpulkan data-data prosedur transfer. 4. Membaca dan Menganalisa tiap data, pertama dengan melihat dan menganalisa prosedurnya, kedua melihat hasil terjemahan prosedur transfer apakah sudah konsisten.