BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA. a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOGIRI NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WONOGIRI RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sgmendung2gmail.com

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 51 TAHUN TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 1982 dikatakan bahwa salah

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN KELUARGA BERENCANA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG (UU) NOMOR: 10 TAHUN 1992 (10/1992) TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 153 TAHUN 2014 TENTANG GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 30 PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelahiran dalam rangka mewujudkan hak-hak pasangan usia subur untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

jangka panjang yang berkaitan dengan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR RIWAYAT HIDUP... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

PERKAWINAN KELUARGA SAKINAH

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. KB, keinginan dalam memiliki sejumlah anak, serta nilai anak bagi PUS.

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

VISI, MISI DAN GRAND STRATEGI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN GRAND DESIGN BIDANG PENGENDALIAN KUANTITAS PENDUDUK TINGKAT PROVINSI JAMBI TAHUN

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROGRAM KELUARGA BERENCANA Menurut WHO (world Health Organization) Expert Committee Tahun 1970 keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan b. Mendapat kelahiran yang memang diinginkan c. Mengatur interval diantara kehamilan d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga Berhubugan dengan hal tersebut maka diperlukan pengaturan hukum untuk memperkuat program- program keluarga berencana agar masarakat tertarik dan yakin terhadap program yang dicanangkan program KB, terutama generasi penerus bangsa bisa menjaga diri agar tidak terjerumus kedalam sex bebas dan narkoba yang dapat menghancurkan jati diri anak bangsa. 9 Maka program keluarga berencana dilandasi dengan peraturan hukum agar agar masarakat tidak ragu dengan program keluarga berencana yang telah di tetapkan oleh pemerintah dengan peraturan yang sah dan dibarengi peraturan 9 http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/diakses pada tanggal 12 Desember 2014.Pukul : 2.50 Wib.

hukum dengan dikeluarkannya undang undang no 52 tahun 2009 tentang program keluarga berencana. A. Landasan Hukum Program Keluarga Berencana (KB) Di Indonesia Inilah beberapa landasan Hukum keluarga berencana di Indonesia, mengapa Program Keluarga Berencana diperbolehkan. 10 a.pasal 20, Pasal 26 ayat (2), Pasal 26 ayat (3), Pasal 28B ayat (1), Pasal 28B ayat (2), Pasal 28C ayat (1), Pasal 28J ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. d. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. e. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. f. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. g. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. h. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga Sejahtera. i. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependuduk 10 http//www.bkkbn.go.id/viewprofil.aspx?profilid=3/diakses pada tanggal 12 Desember 2014 Pukul : 03. 29 Wib.

j. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional k. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota l. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah m. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014. n. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional r. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. s. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata kerja Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi. t. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Dengan dasar hukum inilah program keluarga berencana dijalankan dan dijadikan sebagai Pedoman untuk mencapai tujuan-tujuan dalam program

keluarga berencana.yang mana dapat mengikat setiap manusia dalam menjalankan program Keluarga Berencana dan memberikan sangsi yang sesuai dengan ketentuan bagi yang melanggar peraturan hukum. B. Tujuan dan manfaat program keluarga berencana a.tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan Program Keluarga berencana adalah mewujudkan cita cita keluarga Indonesia dengan mewujudkan pembangunan nasional yang mencakup semua dimensi dan aspek kehidupan termasuk perkembangan kependudukan bahwa penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan karena jumlah penduduk yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Bahwa dalam mewujudkan pertumbuhan penduduk yang seimbang dan keluarga berkualitas dilakukan upaya pengendalian angka kelahiran dan penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengenbangan kualitas penduduk pada seluruh dimensi, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan sehingga penduduk menjadi sumber daya manusia yang tangguh bagi ketahanan

nasional, serta mampu bersaing dengan bangsalain dan dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata. 11 Undang-Undang No. 52 Tahun 2009 memberikan peluang yang seluasluasnya kepada masarakat untuk ikut serta dengan para petugas dalam mengelola dan melaksanakan Gerakan Keluarga Berencana, Pembangunan Keluarga Sejahtera di lingkungannya. 12 Mengingat peranan Badan Keluarga Berencana sebagai Badan Kordinasi, maka faktor kesepakatan untuk pelaksanaan program merupakan titik yang strategis.untuk mencapai kesepakatan ini, salah satu diantaranya dan juga merupakan yang utama adalah melalui forum rapat- rapat kordinasi.selain forum untuk mencapai kesepakatan sekaligus juga sebagai forum untuk tukar menukar informasi dan menyampaikan ide ide Keluarga Berencana dan pembangunan keluarga sejahtera. Yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap masarakat khususnya calon ibu muda dan kaum ibu dengan paritas rendah, tentang cara bagaimana mengelola kehidupan rumah tangga yang baik dan mengatur keuangan didalam rumah tangga dan kurun reproduksi sehat yang meliputi waktu yang tepat untuk menikah, memperoleh keturunan, menghentikan kesuburan, cara hamil yang sehat, cara pemeliharaan kehamilan, dan cara melahirkan yang sehat. 11 Undang Undang No 52 Tahun 2009, Tentang Perkembangan Kependudukan dan Ketahanan keluarga 12 Ngaliun Sunandar, Peran Badan Keluarga Berencana, Jakarta, BKKBN, 1996. Hal : 4

Menurunkan jumlah kehamilan ibu yang termasuk golongan resiko tinggi, meningkatkan pemakaian Kontrasepsi efektif terpilih sesuai dengan kurun reproduksi tersebut dan meningkatkan pengetahuan tentang tempat tempat pelayanan untuk para ibu hamil, untuk persalinan, masa nifas, pemiliharaan bayi. 13 Sasaran pembangunan keluarga sejahtera adalah keluarga secara utuh, dengan fokus perhatiaan diberikan kepada ibu.hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa ibu merupakan anggota keluarga yang paling rentan namun mempunyai potensi yang sangat besar dalam peningktan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu seorang ibu dianjurkan untuk mempunyai pengetahuaan, kesadaran dan penghayatan terhadap makna kehidupan dan pelaksanaan fungsi keluarga pada saat usia anak dewasa dan saling pengertian antara suami istri tentang pertumbuhan biologis. Untuk itu, sejak tahun 1991 telah dikembangkan Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS) dengan berbagai kegiatan yang berakar di desa. Namun demikian demi mengantisipasi masa depan yang lebih dinamis, sekedar kampanye disarankan belum cukup untuk dapat mengungkit kesejahteraan ibu. Oleh karena itu Bidan yang telah diupayakan pemerintah untuk berada pada setiap desa, dapat diterima dan dimanfaatkan demi kepentingan kesejahteraan ibu. 13 Haryono Suryono, Gerakan Ibu Sehat Sejahtera, Jakart 1993 Hal : 2

Sebagai media untuk membantu meningkatkan pengetahuan masarakat tentang kesejahteraan wanita, dibentuklah Pusat Informasi Keluarga Sejahtra di Desa,dimana kader PIKSA dapat memberikan pengetahuaan pengetahuaan dasar mengenai masalah keluarga, khususnya mengenai masalah kesehatan keluarga, diharapkan pula penyelenggara kader ( PIKSA ) dapat menjadi penggerak kegiatan kegiatan yang kondusif untuk dapat meningkatkan kesejahtraan ibu. b. Manfaat Program Keluarga Berencana Manfaat Keluarga Berencana bagi masarakat sangatlah banyak terutama kepada pasangan suami istri yang baru menikah. 14 Manfaat Keluarga Berencana tersebut antara lain : 1. Manfaat Program Keluarga Berencana secara Umum Dapat mengendalikan pertumbuhan penduduk Meningkatkan kesejahteraan masarakat Meningkatkan ketahanan nasional 2. Manfaat Program Keluarga Berencana secara Khusus Manfaat Keluarga berencana untuk Ibu Manfaat Keluarga Berencana untuk Bapak Manfaat Keluatga Berencana untuk Anak Manfaat Keluaraga Berencana untuk Keluarga 3.Manfaat Keluarga Berencana untuk Ibu 14 NCA/IND, Manfaat Keluarga Berencana Bagi Anda, Jakarta, 1996

Ibu lebih sehat Lebih cantik Awet muda (Insya allah) panjang umur Lebih disayang suami 4.Manfaat Keluarga berencana untuk Bapak Kebutuhan biologis lebih terpenuhi Beban tanggungan lebih ringan Hati dan fikiran lebih tenang Prestasi kerja lebih meningkat Hidup lebih bahagia dan sejahtera 5.Manfaat Keluarga Berencana untuk Anak Anak lebih terurus Anak lebih sehat Anak lebih memperoleh kasih sayang Anak lebih ceria dan bahagia Anak lebih maju sekolahnya 6.Manfaat Keluarga Berencana Bagi Keluarga Suami istri lebih mesra Ekonomi keluarga lebih mudah diatur Suasana rumah tangga lebih menyenangkan

Keluarga lebih harmonis dan bahagia Ketahanan keluarga lebih baik Anak akan lebih cerdas C. Instansi yang Berwenang Dalam Mengelola Program Keluarga Berencana Berdasarkan Undang Undang No 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 20007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, maka untuk perluasan program keluarga berencana di daerah pemerintah membuat instansi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Pemberdayaan Anak sebagai pengelola Program Keluarga Berencana di daerah, sedangkan di pusat yang mengelolan Program Keluarga Berencana adalah BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional). 15 Pemerintah menetapkan kebijakan dan program jangka menengah dan jangka panjang yang berkaitan dengan pengelolaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga yang bertujuan untuk mencerdaskan keluarga bangsa Indonesia dengan melakukan pelatihan keterampilan ibu rumah tangga agar dapt membantu perekonomian keluarga. Untuk melaksanakan kebijakan program jangka menengah dan jangka panjang sebagaimana dimaksud dilakukan: 15 Undang Undang No 25 Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga

a. Pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi, penelitian, pengembangan, dan penyebarluasan informasi tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. b. Perkiraan secara berkelanjutan dan penetapan sasaran perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga. c. Pengendalian dampak pembangunan terhadap perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga serta lingkungan hidup. d. Pemerintah bertanggung jawab dalam : 1) menetapkan kebijakan nasional 2) menetapkan pedoman yang meliputi norma, standar, prosedur, dan kriteria 3) memberikan pembinaan, bimbingan, supervisi, dan fasilitasi 4) sosialisasi, advokasi, dan koordinasi. e. Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam: 1) menetapkan pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga di Kabupaten/Kota. 2) sosialisasi, advokasi, dan koordinasi pelaksanaan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sesuai dengan kebutuhan, aspirasi, dan kemampuan masarakat setempat. f. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib meningkatkan akses dan kualitas informasi,pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsi dengan cara:

1) menyediakan metode kontrasepsi sesuai dengan pilihan pasangan suami istri dengan mempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak, kondisi kesehatan, dan norma agama; 2) menyeimbangkan kebutuhan laki-laki dan perempuan. 3) menyediakan informasi yang lengkap, akurat,dan mudah diperoleh tentang efek samping, komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi, termasuk manfaatnya dalam pencegahan penyebaran virus penyebab penyakit penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menular karena hubungan seksual. 4) meningkatkan keamanan, keterjangkauan, jaminan kerahasiaan, serta ketersediaan alat, obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi. 5) meningkatkan kualitas sumber daya manusia petugas keluarga berencana. 6) menyediakan pelayanan ulang dan penanganan efek samping dan komplikasi pemakaian alat kontrasepsi. 7) melakukan promosi pentingnya air susu ibu serta menyusui secara ekslusif untuk mencegah kehamilan 6 (enam) bulan pasca kelahiran, meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak. 8) memberikan informasi tentang pencegahan terjadinya ketidak mampuan pasangan untuk mempunyai anak setelah 12 (dua belas) bulan tanpa menggunakan alat pengaturan kehamilan bagi pasangan suami isteri.

Adapun kewenangan Pemerintah Daerah menurut Pasal 8 Undang Undang No 38 Tahun 2007 yang di berikan Pemerintah pusat dalam pengelolaan desentralisasi adalah : a. perencanaan dan pengendalian pembangunan; b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum; e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan pendidikan; g. penanggulangan masalah sosial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan; i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup; k. pelayanan pertanahan; l. pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; Dukungan yang diberikan dalam bentuk program program rintisan pelaksanaan kebijaksanaan kependudukan pengendalian kuantitas,

peningkatan kualitas, pengarahan mobilitas serta peningkatan produktifitas penduduk dan kualitas keluarga. 16 Dukungan ini dimaksudkan untuk memantapkan pelembagaan pembangunan Keluarga Sejahtera dan penduduk yang memberikan situasi yang semakin kondusif dengan mewujudkan masarakat yang mempunyai SDM yang semakin tangguh dan mandiri.keluargasa kinah mawadah dan warrahmah adalah dambaan setiap insan yang berkeluarga, namun dibalik kata kata yang sering terucap saat mengiringi pernikahan, ada sebuah tanggung jawab besar untuk satu hal yang jelas dengan merencanakan dengan matang pembangunan keluarga dengan konsep untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang kondusif akan memberikan efek baik bagi si anak, dari keluarga anak akan belajar budi pekerti dan dalam lingkungan masarakat sekitar, karakter anak akan terbentuk dan sedikit banyak lingkungan pun berperan besar dalam pola pikir dan tindakan anak, anak yang tumbuh di lingkungan religius cenderung akan mengikuti apa yang dilihat dan didengar di dalam lingkungan religius pola tingkah laku anak yang tinggal dilingkungan yang positif akan mempengaruhi kepribadian anak sehingga tidak mudah tergoda dengan perbuatan yang menyimpang, karena si anak sudah didasari dengan perbuatan yang positif. 16 Undang Undang No 38 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kabupaten Tapanuli Selatan