BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram et al., 2012). World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 15 juta penduduk di dunia menderita stroke setiap tahunnya. Sepertiga pasien meninggal, 1/3 pasien mengalami kecatatan dan 1/3 memiliki outcome yang bagus. Di Kanada diperkirakan terjadi 14.000 kematian setiap tahun yang disebabkan oleh stroke (Magistris et al., 2013). Setiap tahun diperkirakan 140.000 orang di United Kingdom terserang stroke pertama kali dan setidaknya 60.000 kematian disebabkan oleh stroke. (Hisham et al., 2013) Stroke meningkatkan masalah di negara berkembang, 87% kematian stroke terjadi di negara penghasilan rendah dan sedang (Brainin et al., 2011). Menurut Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. Prevalensi stroke di Indonesia meningkat seiring 1
2 bertambahnya umur. Prevalensi sama antara laki-laki dan perempuan, prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah dan yang tidak bekerja. Berdasarkan jenis patologi, stroke dikelompokkan menjadi 2 subtipe, yaitu stroke iskemik dan stroke perdarahan. Prevalensi stroke di Qena Governorate (Egypt) stroke iskemik adalah 797/100.000) lebih besar dari stroke perdarahan dengan prevalensi 125/100.000 (Khedr et al., 2014). Penelitian Diaz dkk menyatakan bahwa stroke iskemik terjadi 85% dari seluruh kasus stroke di Amerika Selatan (Diaz, 2013). Dari Unit Stroke RSUP pada tahun 2004-2009, prevalensi stroke iskemik lebih tinggi daripada stroke perdarahan (Setyopranoto, 2010). Stroke iskemik lebih sering terjadi dan memiliki rentang luaran yang lebar. Stroke perdarahan cenderung lebih destruktif dan berbahaya daripada stroke iskemik dengan kematian dan insidensi kecatatan neurologis yang berat daripada stroke iskemik (Lennox et al., 2010). National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan alat yang mengukur defisit neurologis akibat stroke secara kuantitatif (Schlegel et al., 2003). NIHSS
3 mempunyai kemampuan untuk memprediksi luaran setelah stroke dan membantu klinisi memberikan informasi yang akurat pada pasien dan membuat tujuan terapi yang realistik dan rencana kepulangan (Kwah et al., 2014). B. Rumusan Masalah Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler yang memiliki tingkat kematian yang tinggi. Selain itu, morbiditas penyakit stroke juga berat. Stroke terdiri dari 2 tipe, stroke iskemik dan perdarahan. Stroke iskemik lebih sering terjadi namun diduga memiliki morbiditas dan mortalitas yang lebih rendah daripada stroke perdarahan. C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat hubungan antara jenis patologi stroke dengan skor NIHSS pada saat masuk rumah sakit di RSUP dr.sardjito? D. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara jenis patologi stroke dengan skor NIHSS pada saat masuk rumah sakit di RSUP dr.sardjito
4 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran informasi bagi klinisi tentang hubungan antara jenis patologi stroke dengan skor NIHSS pada saat masuk rumah sakit sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan upaya preventif terhadap faktor risiko, penanganan fase akut untuk mengurangi morbiditas pada pasien paska stroke dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Penelitian ini agar pasien dapat mengetahui manifestasi klinis pada stroke sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dan penerapan pencegahan dini dari faktor risiko stroke. F. Keaslian Penelitian penelitian tentang pengaruh jenis patologi stroke maupun tentang faktor-faktor yang mempengaruhi skor NIHSS pada saat masuk rumah sakit sudah banyak dilakukan. Berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Putri, V.P., 2012. Hubungan antara Jenis Patologi Stroke dan Gangguan Fungsi Kognitif pada Pasien Stroke. Universitas Gadjah Mada. Disimpulkan bahwa jenis patologi stroke berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif berdasarkan skor MMSE. Prevalensi gangguan kognitif 2,57
5 kali pada stroke hemoragik dengan non hemoragik pada hari ke 7 paska stroke. Anindita, M.P., 2010. Hubungan antara Jenis Patologi Stroke dengan Outcome Fungsional Motorik pada Pasien Stroke di RSUP Dr.Sardjito. Universitas Gadjah Mada. Disimpulkan bahwa jenis patologi stroke berhubungan secara tidak signifikan dengan outcome fungsional motorik yang dinilai dengan Modified Rankin Scale. Stroke hemoragik berisiko 1.36 kali mengalami outcome fungsional yang buruk daripada stroke non perdarahan pada hari ke 7 paska stroke. Gofir, A.I., 2014. Hitung Angka Lekosit sebagai Salah Satu Prediktor Prognosis Functional Outcome dan Lama Perawatan Rumah Sakit pada Stroke Iskemik Akut. Medialitbangkes. Disimpulkan bahwa peningkatan angka lekosit yang tinggi secara signifikan dapat memberikan prediksi outcome klinis (berdasarkan skor NIHSS) yang buruk paska kejadian stroke iskemik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mencari hubungan jenis patologi stroke dengan skor NIHSS saat masuk rumah sakit, dilakukan di RSUP dr.sardjito pada tahun 2015.