BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah lakunya sehari-hari, baik di sekolah maupun dirumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak adalah murid yang menunjukkan kehidupan yang berguna dan bahagia Jadi, menurut Hurlock (dalam Amri,2013:161) disiplin adalah merupakan cara masyarakat mengajar anak berprilaku moral yang disetuji kelompok. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman disiplin, karena apabila orang tua di rumah dari awal mengajarkan dan mendidik anaknya untuk memahami dan mematuhi aturan maka akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain, anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin pula. Untuk itu pembentukan sikap disiplin harus ditanamkan dan dibiasakan sejak dini dalam kehidupan keluarga dan sekolah, karena disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Selain keluarga yang menjadi panutan utama dalam pembentukan sikap kedisiplinan, lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk membimbing perilaku siswa serta menanamkan sikap kedisiplinan adalah sekolah. Sekolah 1
2 merupakan salah satu faktor yang membentuk serta membina anggota masyarakat, khususnya mereka yang sedang mengikuti pendidikan formal. Dimana tugas sekolah adalah untuk membentuk kepribadian, sikap, moral dan mental para siswa. Terkait dengan hal tersebut maka pendidik harus bisa menanamkan pentingnya disiplin bagi anak didiknya, karena dengan memiliki kedisiplinan tinggi maka pendidik tersebut dikatakan berhasil untuk mendidik dengan benar. Menurut hurlock (dalam Amri,2013:161) disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berprilaku moral yang disetujui kelompok. Stra waji (dalam Amri,2013:162) menyatakan bahwa kedisiplinan dalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengadilan. Menurut Amri(2013:162) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sikap sesorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri. Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Dengan demikian maka disiplin adalah sikap seseorang yang menunjukkan berperilaku moral, ketaatan atau kepatuhan, tunduk terhadap peraturan serta pengawasan yang berlaku dilakukan dengan senang hati dan penuh kesadaran diri dengan tujuan mengembangkan diri agar berperilaku tertib untuk kebaikan bersama. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sangat penting dalam kehidupan peserta didik, tidak satupun dari keberhasilan manusia di dalam kehidupan ini tanpa melalui proses belajar. Namun untuk menciptakan proses belajar yang efektif harus diiringi dengan sikap disiplin. Pada hakekatnya belajar akan membawa seseorang kearah kedewasaan, artinya sesorang yang telah
3 melakukan proses pembelajaran maka akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar kerah kedewasaan baik dalam berfikir maupuun bertindak. Tindakan kearah kedewasaan itu ditunjukkan dengan sikap tegas, jujur, berdisiplin, bertanggung jawab dan tidak emosional. Maka dari itu untuk mencapainya tiap sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan cara menjunjung tinggi disiplin belajar bagi setiap siswa sehingga terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah sangat dominan dalam menghasilkan dan membentuk individu-individu yang berdisiplin tinggi. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman (dalam Amri,2015:164) pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut: (a) memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; (b) membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan; (c) cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya; (d) untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya; (e) menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah; (f) mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar; (g) peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya; (h) kebiasaan baik itu mneyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya. Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 12 Oktober 2016 yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas di kelas Vb SDN 101801 Delitua, dengan jumlah 32 siswa. Terlihat kedisiplinan yang masih kurang, 37,5% siswa
4 yang terlambat datang ke sekolah, 37,5% siswa yang tidak memakai seragam lengkap sesuai ketentuan sekolah, 20 siswa yang tidak bekerja dengan penuh bertanggung jawab. Pada jam pelajaran pun 10 orang siswa masih saja bercerita dengan teman sekelasnya membicarakan hal-hal yang seharusnya bisa dibicarakan ketika jam pelajaran telah usai. Untuk tingkat motivasi belajar siswa juga masih kurang memuaskan, terlihat ada 37,5% siswa yang bermain ketika waktunya belajar, 37,5% minat untuk membaca buku, 25% ketika ada pelajaran yang sulit dimengerti siswa hanya diam saja tak mau bertanya lagi dengan guru agar dijelaskan lebih lanjut. Menurut pendapat Shochib (2010:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV, dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Pendapat kedua para ahli tersebut juga didukung oleh Zamtinah (2013:6) menyatakan bahwa perilaku disipiln dipengaruhi oleh faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ada dua faktor penyebab timbulnya suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijakan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri. Menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Selain faktor anak pendidik juga mempengaruhi disiplin anak.
5 Dari penjelasan diatas motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa. Dalam hal ini maka pendidik dapat menjadi salah satu modelling dalam mengembangkan kedisiplinan siswa, misalnya saja ketika gurunya sering bercerita dengan guru lain di kelas pada saat proses pembelajaran maka akan ada timbul kata-kata dari mereka kok ibu itu kerjanya bercerita aja di kelas?. Nah maka dari itu kita sebagai pendidik harus dapat lebih mendisiplinkan diri agar dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa. Salah satu yang dapat dilakukan pendidik agar siswa dapat berperilaku disiplin adalah dengan memberikan motivasi yang lebih kuat dan mengontrolnya. Oleh karena itu, motivasi sangat dibutuhkan bagi peserta didik, mengingat bahwa motivasi merupakan suatu hal yang cukup penting dilakukan kepada peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan selama beberapa masa tertentu. Menurut Uno (2008:8) motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Lebih lanjutmenurut Mc.Donald dalam (Sardiman, 2011:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan di ikuti dengan munculnya disiplin diri. Dimana disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk peraturan. Menutut Winansih (dalam Kompri,2015:237) fungsi motivasi adalah sebagai berikut :
6 (1) Motivasi dapat mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerek atau motor yang melepeskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;(2) motivasi dapat menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai; (3) motivasi dapat menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Sardirman (2011:85) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaia prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi visi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Lebih lanjut menurut Djamarah (2011:156) fungsi motivasi: (1) motivasi sebagai pendorong perbuatan, pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minat belajar. (2) motivasi sebagai penggerak perbuatan, dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. (3) motivasi sebagai pengarah perbuatan, anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang diabaikan. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat maka siswa akan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi sehingga siswa berprestasi yang lebih baik pula, begitu pula sekolah yang kurang tegas dalam melaksanakan disiplin maka dapat mempengaruhi siswa dalam belajar terutama dalam hal keseriusan dan konsentrasi dalam proses belajar.
7 Penelitian tentang motivasi belajar dengan kedisiplinan siswa sudah banyak dilakukan orang lain, akan tetapi peneliti belum menemukan hal-hal yang spesifik dari disiplin anak sekolah dasar. Oleh karena itu, penelitian tentang motivasi sangat penting karena jika tidak dilakukan kita tidak akan tahu seberapa besarnya pengaruh motivasi terhadap tingkat kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di Kelas V SD Negeri No. 101801 Delitua Tahun Ajaran 2016/2017 1.2. Identifikasi Masalah Tinggi rendahnya tingkat kedisiplinan di Sekolah Dasar (SD) itu dipengaruhi oleh beberapa faktor Menurut pendapat Shochib (2010:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. orang tua sekarang cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap, hal ini dimungkinkan oleh kesibukan orang tua. (kompas 16 januari 1955) Dengan demikian faktor yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh kelompok sebaya
8 2. Pengaruh media massa ( TV/Film) 3. Lingkungan sekolah dan masyarakat. 4. Pemahaman diri tentang motivasi 5. Hilangnya sosok figur yang ideal dari keluarga (perhatian orang tua) 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan maka peneliti ini adalah Hubungan Motivasi Belajar Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di kelas V SDN 101801 Delitua. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan pembahasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan motivasi belajar dengan tingkat kedisiplinan siswa. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah 2. Mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah 3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan tingkat disiplin siswa. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian dalam pemberian hukuman edukatif yang lebih baik
9 dalam proses pembelajaran disekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pendidikan terutama yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa dalam proses berlangsungnya belajar mengajar disekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk kepentingan ilmu pengembangan dalam strategi guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut terhadap objek atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. 1.6.2. Manfaat Praktis Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkankedisiplinan siswa 2. Bagi guru, sebagai informasi dan masukan untuk menerapkan pemberian hukuman yang bersifat edukatif agar tingkat kedisiplinan siswa dapat terdongkrak naik. (rambu-rambu dalam pemberian hukuman) 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik dalam perbaikan pengajaran di SDN 101801 Delitua 4. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan panduan dalam rangka untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. 5. Bagi para peneliti pendidikan, dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.