BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan fokus perhatian dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka peningkatan kualitas manusia, sektor pendidikan memegang peranan

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu serta memajukan daya pikir manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh negara lain, seperti perubahan sistim pendidikan, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari input, proses dan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. matematika sehingga berpengaruh dengan prestasi belajar siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam proses belajar karena motivasi dapat mempengaruhi apa,

BAB I PENDAHULUAN. disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. semua orang, terutama menjadi guru maupun lingkungan masyarakat. Karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa indonesia adalah

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

MODEL PEMBERIAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan siswa yang berprestasi dengan kepribadian unggul.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara yang maju dan berkembang. fungsi pendidikan. Adapun fungsi pendidikan pada undang-undang RI No.

keluarga yang lain. Terutama dengan orang tua.. Karena orang tua menyediakan fasilitas belajar siswa,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan pelajaran pokok tiap jenjang pendidikan

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TANGGAPAN SISWA KELAS I, II TERHADAP DISIPLIN SEKOLAH DI SMA PERINTIS SUNGAI SIRIH TAHUN PELAJARAN 2003/2004

1. PENDAHULUAN. menghadapi persaingan yang semakin ketat pada era globalisasi dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

I. PENDAHULUAN. material, mesin, metode, lingkungan), sarana-parasarana, data, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional yang diamanatkan dalam

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pelanggaran terhadap peraturan yang berupa tata tertib sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Disiplin yang dimiliki siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah lakunya sehari-hari, baik di sekolah maupun dirumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak adalah murid yang menunjukkan kehidupan yang berguna dan bahagia Jadi, menurut Hurlock (dalam Amri,2013:161) disiplin adalah merupakan cara masyarakat mengajar anak berprilaku moral yang disetuji kelompok. Keluarga merupakan salah satu panutan utama dalam penanaman disiplin, karena apabila orang tua di rumah dari awal mengajarkan dan mendidik anaknya untuk memahami dan mematuhi aturan maka akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain, anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin pula. Untuk itu pembentukan sikap disiplin harus ditanamkan dan dibiasakan sejak dini dalam kehidupan keluarga dan sekolah, karena disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku, dan tata tertib kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar. Selain keluarga yang menjadi panutan utama dalam pembentukan sikap kedisiplinan, lembaga pendidikan yang sangat strategis untuk membimbing perilaku siswa serta menanamkan sikap kedisiplinan adalah sekolah. Sekolah 1

2 merupakan salah satu faktor yang membentuk serta membina anggota masyarakat, khususnya mereka yang sedang mengikuti pendidikan formal. Dimana tugas sekolah adalah untuk membentuk kepribadian, sikap, moral dan mental para siswa. Terkait dengan hal tersebut maka pendidik harus bisa menanamkan pentingnya disiplin bagi anak didiknya, karena dengan memiliki kedisiplinan tinggi maka pendidik tersebut dikatakan berhasil untuk mendidik dengan benar. Menurut hurlock (dalam Amri,2013:161) disiplin merupakan cara masyarakat mengajar anak berprilaku moral yang disetujui kelompok. Stra waji (dalam Amri,2013:162) menyatakan bahwa kedisiplinan dalah kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengadilan. Menurut Amri(2013:162) menyatakan bahwa kedisiplinan adalah sikap sesorang yang menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib yang telah ada dan dilakukan dengan senang hati dan kesadaran diri. Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Dengan demikian maka disiplin adalah sikap seseorang yang menunjukkan berperilaku moral, ketaatan atau kepatuhan, tunduk terhadap peraturan serta pengawasan yang berlaku dilakukan dengan senang hati dan penuh kesadaran diri dengan tujuan mengembangkan diri agar berperilaku tertib untuk kebaikan bersama. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan sangat penting dalam kehidupan peserta didik, tidak satupun dari keberhasilan manusia di dalam kehidupan ini tanpa melalui proses belajar. Namun untuk menciptakan proses belajar yang efektif harus diiringi dengan sikap disiplin. Pada hakekatnya belajar akan membawa seseorang kearah kedewasaan, artinya sesorang yang telah

3 melakukan proses pembelajaran maka akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar kerah kedewasaan baik dalam berfikir maupuun bertindak. Tindakan kearah kedewasaan itu ditunjukkan dengan sikap tegas, jujur, berdisiplin, bertanggung jawab dan tidak emosional. Maka dari itu untuk mencapainya tiap sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan dengan cara menjunjung tinggi disiplin belajar bagi setiap siswa sehingga terjadinya proses belajar mengajar yang efektif. Disiplin yang dimiliki oleh siswa akan membantu siswa itu sendiri dalam tingkah laku sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Siswa akan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapinya. Aturan yang terdapat di sekolah akan bisa dilaksanakan dengan baik jika siswa sudah memiliki disiplin yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah sangat dominan dalam menghasilkan dan membentuk individu-individu yang berdisiplin tinggi. Dalam hal itu, menurut Maman Rachman (dalam Amri,2015:164) pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut: (a) memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang; (b) membantu siswa memahami dan meyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan; (c) cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya; (d) untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya; (e) menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah; (f) mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar; (g) peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya; (h) kebiasaan baik itu mneyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya. Berdasarkan observasi dan wawancara pada tanggal 12 Oktober 2016 yang dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas di kelas Vb SDN 101801 Delitua, dengan jumlah 32 siswa. Terlihat kedisiplinan yang masih kurang, 37,5% siswa

4 yang terlambat datang ke sekolah, 37,5% siswa yang tidak memakai seragam lengkap sesuai ketentuan sekolah, 20 siswa yang tidak bekerja dengan penuh bertanggung jawab. Pada jam pelajaran pun 10 orang siswa masih saja bercerita dengan teman sekelasnya membicarakan hal-hal yang seharusnya bisa dibicarakan ketika jam pelajaran telah usai. Untuk tingkat motivasi belajar siswa juga masih kurang memuaskan, terlihat ada 37,5% siswa yang bermain ketika waktunya belajar, 37,5% minat untuk membaca buku, 25% ketika ada pelajaran yang sulit dimengerti siswa hanya diam saja tak mau bertanya lagi dengan guru agar dijelaskan lebih lanjut. Menurut pendapat Shochib (2010:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV, dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Pendapat kedua para ahli tersebut juga didukung oleh Zamtinah (2013:6) menyatakan bahwa perilaku disipiln dipengaruhi oleh faktor keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ada dua faktor penyebab timbulnya suatu tingkah laku disiplin yaitu kebijakan aturan itu sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri. Menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. Selain faktor anak pendidik juga mempengaruhi disiplin anak.

5 Dari penjelasan diatas motivasi merupakan faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa. Dalam hal ini maka pendidik dapat menjadi salah satu modelling dalam mengembangkan kedisiplinan siswa, misalnya saja ketika gurunya sering bercerita dengan guru lain di kelas pada saat proses pembelajaran maka akan ada timbul kata-kata dari mereka kok ibu itu kerjanya bercerita aja di kelas?. Nah maka dari itu kita sebagai pendidik harus dapat lebih mendisiplinkan diri agar dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa. Salah satu yang dapat dilakukan pendidik agar siswa dapat berperilaku disiplin adalah dengan memberikan motivasi yang lebih kuat dan mengontrolnya. Oleh karena itu, motivasi sangat dibutuhkan bagi peserta didik, mengingat bahwa motivasi merupakan suatu hal yang cukup penting dilakukan kepada peserta didik agar tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan selama beberapa masa tertentu. Menurut Uno (2008:8) motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Lebih lanjutmenurut Mc.Donald dalam (Sardiman, 2011:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang di tandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat akan di ikuti dengan munculnya disiplin diri. Dimana disiplin tersebut merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk peraturan. Menutut Winansih (dalam Kompri,2015:237) fungsi motivasi adalah sebagai berikut :

6 (1) Motivasi dapat mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerek atau motor yang melepeskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;(2) motivasi dapat menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di capai; (3) motivasi dapat menyeleksi perbuatan, menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan. Sardirman (2011:85) Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaia prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi visi seseorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Lebih lanjut menurut Djamarah (2011:156) fungsi motivasi: (1) motivasi sebagai pendorong perbuatan, pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minat belajar. (2) motivasi sebagai penggerak perbuatan, dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. (3) motivasi sebagai pengarah perbuatan, anak didik mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang diabaikan. Keberhasilan ini bergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswa. Dengan adanya motivasi yang kuat maka siswa akan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi sehingga siswa berprestasi yang lebih baik pula, begitu pula sekolah yang kurang tegas dalam melaksanakan disiplin maka dapat mempengaruhi siswa dalam belajar terutama dalam hal keseriusan dan konsentrasi dalam proses belajar.

7 Penelitian tentang motivasi belajar dengan kedisiplinan siswa sudah banyak dilakukan orang lain, akan tetapi peneliti belum menemukan hal-hal yang spesifik dari disiplin anak sekolah dasar. Oleh karena itu, penelitian tentang motivasi sangat penting karena jika tidak dilakukan kita tidak akan tahu seberapa besarnya pengaruh motivasi terhadap tingkat kedisiplinan siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Motivasi Belajar Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di Kelas V SD Negeri No. 101801 Delitua Tahun Ajaran 2016/2017 1.2. Identifikasi Masalah Tinggi rendahnya tingkat kedisiplinan di Sekolah Dasar (SD) itu dipengaruhi oleh beberapa faktor Menurut pendapat Shochib (2010:4) hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya tingkat kedisiplinan siswa antarala lain: karena pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa (film, TV dan pornografi), lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, atau hilangnya sosok atau figur idealnya. Lain halnya menurut Amri (2013:167) faktor yang mempengaruhi kedisiplinan tersebut antara lain yaitu: anak itu sendiri, lingkungan, pola kontrol orang tua, pemahaman diri dan motivasi. orang tua sekarang cenderung hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap, hal ini dimungkinkan oleh kesibukan orang tua. (kompas 16 januari 1955) Dengan demikian faktor yang teridentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh kelompok sebaya

8 2. Pengaruh media massa ( TV/Film) 3. Lingkungan sekolah dan masyarakat. 4. Pemahaman diri tentang motivasi 5. Hilangnya sosok figur yang ideal dari keluarga (perhatian orang tua) 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, diperoleh gambaran permasalahan yang begitu luas. Namun menyadari adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan maka peneliti ini adalah Hubungan Motivasi Belajar Dengan Tingkat Kedisiplinan Siswa di kelas V SDN 101801 Delitua. 1.4. Perumusan Masalah Berdasarkan pembahasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah apakah ada hubungan motivasi belajar dengan tingkat kedisiplinan siswa. 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat motivasi belajar siswa di lingkungan sekolah 2. Mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di lingkungan sekolah 3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan tingkat disiplin siswa. 1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan bahan kajian dalam pemberian hukuman edukatif yang lebih baik

9 dalam proses pembelajaran disekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pendidikan terutama yang berhubungan dengan kedisiplinan siswa dalam proses berlangsungnya belajar mengajar disekolah. Selain itu, penelitian ini bisa dijadikan bahan masukan untuk kepentingan ilmu pengembangan dalam strategi guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut terhadap objek atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini. 1.6.2. Manfaat Praktis Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut : 1. Bagi peserta didik, dapat dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkankedisiplinan siswa 2. Bagi guru, sebagai informasi dan masukan untuk menerapkan pemberian hukuman yang bersifat edukatif agar tingkat kedisiplinan siswa dapat terdongkrak naik. (rambu-rambu dalam pemberian hukuman) 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan yang baik dalam perbaikan pengajaran di SDN 101801 Delitua 4. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan panduan dalam rangka untuk meningkatkan kedisiplinan siswa. 5. Bagi para peneliti pendidikan, dapat dijadikan sebagai informasi dan referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.