BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), atau ASEAN Economic Community (AEC), mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Januari 2016. Pembentukan MEA berasal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Awalnya kesepakatan yang dicapai dalam KTT tersebut bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara-negara yang tergabung dalam ASEAN agar dapat menyaingi Tiongkok dan India. Selanjutnya pada KTT yang diselenggarakan di Bali bulan Oktober 2003, para petinggi ASEAN mendeklarasikan pembentukan MEA akan dilakukan di tahun 2015 (National Geographic, 2014). Tujuan utama dari pembentukan MEA adalah untuk meningkatkan stabilitas ekonomi di wilayah ASEAN. Secara lebih rinci, MEA ditargetkan sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi dengan daya saing yang tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi dalam ekonomi global. Keempat karakteristik MEA tersebut mendorong terciptanya suatu pasar global dengan aliran bebas antar negara-negara ASEAN dalam wujud barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, serta modal (Suroso, 2015). Berlakunya MEA secara efektif di awal tahun ini dapat menjadi momentum berharga bagi Indonesia untuk meningkatkan kiprahnya dalam perdagangan global, terutama dalam bidang otomotif. Salah satu poin penting yang menjadikan Indonesia sebagai basis produksi otomotif setelah Thailand yaitu Indonesia 1
memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi global. Selain itu, Indonesia juga memiliki pangsa pasar besar bagi industri otomotif (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, t.t.). Menurut Apinino (2015), perkembangan industri otomotif pada umumnya dipengaruhi oleh dua hal, yaitu daya beli dan kebutuhan. Uniknya di Indonesia, perkembangan otomotif hanya dipengaruhi oleh daya beli saja. Setiap orang yang memiliki uang dapat membeli mobil secara spontan meskipun sebenarnya ia tidak terlalu membutuhkan. Menteri Perindustrian Saleh Husin (Kabinet Kerja 2014 2019) menambahkan, Penjualan mobil di ASEAN telah mencapai angka lebih dari 3,1 juta unit pada 2015. Indonesia mampu mengisi pasar dengan jumlah penjualan domestik dan ekspor hampir mendekati 1,3 juta unit. Dari sisi penjualan domestik, Indonesia tetap merupakan pasar terbesar di ASEAN (Batampos, 2016). Keterangan ini didukung oleh data pasar otomotif ASEAN milik Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia) selama tahun 2007 2014 di bawah ini. 2
Gambar 1.1 ASEAN auto market by country 2007 2014 (Gaikindo) Secara komparatif dengan negara tetangga, Indonesia menduduki posisi tiga besar pangsa pasar otomotif ASEAN. Pada tahun 2007 Thailand masih memimpin pasar otomotif ASEAN dengan penjualan sejumlah 631.251 unit, disusul dengan Malaysia, dan Indonesia di urutan ketiga. Di tahun 2014 Indonesia berhasil menyaingi pasar otomotif Thailand dengan penjualan sebanyak 1.208.019 unit, diikuti dengan Thailand 881.832 unit, dan Malaysia 666.465 unit. 3
Gambar 1.2 ASEAN auto production by country 2007 2014 (Gaikindo) Secara kapasitas produksi masing-masing negara dalam memenuhi permintaan pasar, Indonesia dapat dikatakan memiliki trend yang cukup menjanjikan. Tidak hanya peningkatan produksi secara progresif, Indonesia juga mampu menyambut penurunan produksi Thailand secara drastis di tahun 2013 dengan kurva yang semakin condong ke kanan atas. Sayangnya euforia peningkatan pasar dan produksi otomotif Indonesia terbentur dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang mulai 4
menyentuh angka 13.000 (per bulan Maret 2016). Nilai dollar mulai menguat pasca ditetapkannya keputusan International Monetary Fund (IMF) untuk memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang ketiga kalinya dalam kurun waktu kurang dari satu tahun terakhir. Menghadapi tahun 2016 ini, para pelaku bisnis otomotif di Indonesia melihat MEA justru sebagai ancaman. Mereka khawatir kegiatan bisnis akan rentan terpengaruh volatilitas nilai tukar mata uang asing. Saat terjadi depresiasi nilai rupiah seperti sekarang ini pasar otomotif menjadi sulit berkembang karena daya beli masyarakat, terutama masyarakat lokal, menurun. Imbasnya konsumen cenderung berperilaku lebih selektif dalam melakukan jual-beli barang dan jasa. Dengan adanya isu-isu ekonomi di atas, posisi pelaku bisnis otomotif semakin terdesak. Kenaikan nilai tukar, inflasi, biaya tenaga kerja, dll. turut andil dalam kenaikan kos produk. Tidak hanya kos CBU (Completely Build Up) 1, CKD (Completely Knock Down) 2, dan IKD (Incompletely Knock Down) 3 saja yang mengalami peningkatan, spare part pun mengalami kenaikan kos yang lebih fluktuatif. Kendati demikian, perusahaan tetap dituntut untuk dapat menawarkan harga yang kompetitif oleh pasar. Produk spare part yang terkena dampak paling besar yaitu fast moving part. Hal ini disebabkan karena konsumen cenderung lebih sensitif terhadap perubahan harga pada produk fast moving. Krisis ini dirasakan 1 CBU adalah kendaraan bermotor yang diimpor dari negara produsen dalam keadaan utuh, bukan jenis yang dirakit di dalam negeri. 2 CKD adalah kendaraan bermotor yang diimpor dari negara produsen secara terpisah dengan komponen lengkap untuk dirakit di dalam negeri. Komponen yang wajib ada dalam CKD adalah mesin, sasis, transmisi dan gardan. 3 IKD adalah kendaraan bermotor yang diimpor dari negara produsen secara terpisah dan tidak lengkap. 5
oleh mayoritas industri otomotif di Indonesia, tak terkecuali MSol Corp. sebagai salah satu pemain besar dalam bidangnya. Dalam menghadapi situasi tersebut analisis terhadap struktur kos dapat membantu perusahaan untuk melihat komponen pembentuk kos secara komprehensif. Selain itu, dengan mengetahui komponen terbesar pada kos produk, perusahaan juga dapat melakukan improvement secara tepat untuk mengelola dan meminimalisir kenaikan kos produk akibat perubahan kondisi ekonomi. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis akan menganalisis perubahan serta struktur kos produk pada MSol Corp. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Terkait dengan kondisi yang telah dipaparkan di atas, peneliti akan menginvestigasi: 1) Produk spare part apa yang termasuk dalam kategori fast moving part (produk paling laku di pasaran)? 2) Produk fast moving apa yang selalu mengalami kenaikan kos pada setiap periode? 3) Bagaimana struktur kos pada fast moving part? 4) Apa komponen kos terbesar dalam struktur kos fast moving part? 5) Apa komponen kos yang menjadi penyebab kenaikan kos fast moving part? 6) Bagaimana strategi perusahaan dalam menghadapi kenaikan kos fast moving part? 6
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini antara lain: 1) Mengetahui produk spare part yang memiliki permintaan pasar paling banyak. 2) Mengetahui fast moving part yang selalu mengalami kenaikan kos pada setiap periode. 3) Mengetahui struktur kos pada fast moving part. 4) Mengetahui komponen kos terbesar pada struktur kos fast moving part. 5) Mengetahui penyebab kenaikan kos pada fast moving part. 6) Mengetahui strategi perusahaan dalam menghadapi kenaikan kos fast moving part. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi kepada perusahaan terkait sehingga perusahaan tersebut mampu menjalankan bisnisnya secara efektif dan efisien. Salah satunya yaitu memberikan masukan mengenai komponen penyusun product cost sehingga perusahaan mampu mengelola kos dengan lebih efektif dan efisien guna meningkatkan daya saing dengan kompetitor. 2) Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi referensi studi kasus analisis sktruktur kos pada perusahaan otomotif di penelitian-penelitian selanjutnya. 7
1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1.5.1. Bab 1 Pendahuluan Bab ini membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. 1.5.2. Bab 2 Landasan Teori Bab ini akan menguraikan telaah teoritis yang menjadi dasar penelitian. Teori yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah teori cost accounting, cost, cost classification, cost structure, cost competitiveness, dan struktur kos spare part pada MSol Corp. 1.5.3. Bab 3 Metode Penelitian Bab ini akan menyajikan gambaran umum perusahaan, desain penelitian, dan subjek penelitian. 1.5.4. Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai data historis perusahaan, analisis hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. 1.5.5. Bab 5 Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran. 8