BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. multicultural yang di dalamnya terdapat keberagaman baik dari segi budaya,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dan lebih maju dalam bidang IPTEK dan sains, dengan perbagai cara berhasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu, potensi manusia diposisikan sebagai makhluk yang istimewa

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia adalah makhluk yang paling mulia, karena manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah sedang giat menggalakkan pembangunan disegala bidang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi kebutuhan manusia. 1

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. karena terkadang banyak hal dan permasalahan yang dialami berasal dari pikiran

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam mengeksploitasi lingkungannya termasuk sering diabaikannya

BAB I PENDAHULUAN. akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan siswa sebagai bekal

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia merupakan suatu kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata. mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Hafidz Dzaqiyuddin Abdul Adzim Bin Abdul Qawi Al-Mundzir, Terjemah Ringkasan Shahih Muslim, Insane Kamil, Solo, 2012, hlm. 968.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha dan kerja keras melalui jalur pendidikan, sekolah, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan. baru seperti internet, media elektronik, media cetak dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan tuntunan yang didapatkan anak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, membentuk karakter diri, serta mengarahkan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Seperti halnya dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang- Undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Berdasarkan pernyataan diatas pendidikan secara umum bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, namun disisi lain yang lebih penting lagi adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama yaitu membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk beriman dan mempraktekkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi insan yang dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan agama merupakan salah satu bidang studi yang selalu ada dalam setiap kurikulum yang berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan takwa manusia serta berakhlakul karimah. hal. 8 1 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 1

2 Pendidikan agama merupakan salah satu dari tiga subyek pelajaran yang harus dimasukkan dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama merupakan salah satu dimensi kehidupan yang diharapkan dapat terwujud secara terpadu. 2 Selanjutnya kata pendidikan agama ini dihubungkan dengan Agama Islam, dan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat diartikan secara terpisah. Pendidikan agama Islam merupakan bagian dari pendidikan Islam dan pendidikan Nasional, yang menjadi mata pelajaran wajib di setiap lembaga pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, pendidik membimbing dan mengarahkan anak didik supaya menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan, yang harus dicerminkan dengan akhlak yang mulia. Maka, peran Guru Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan dalam menjalankan tugas tersebut. Pokok Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah meliputi : Tauhid (ketuhanan), Akhlak, Fiqih/Ibadah, Studi Al-Qur an, Al-hadist, dan Tarikh Islam. Materi dalam PAI sangat kental dengan penanaman moral, etika dan agama. Hal ini searah dengan materi yang diberikan dalam pendidikan seks. Pendidikan seks merupakan upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan manusia. 3 Dengan kata lain, pendidikan seks pada hakikatnya merupakan usaha untuk membekali berbagai pengetahuan tentang fungsi 2 Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal. 1 3 Nirna Surtiretna, Bimbingan Seks bagi Remaja, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 2

3 organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Pendidikan seks bisa dikatakan suatu pesan moral. Seks, memang masih dianggap tabu untuk dibicarakan oleh sebagian masyarakat kita, terutama orang tua. Mungkin dalam anggapan atau stigma orang tua atau kebanyakan orang, kata ini selalu dihubungkan dengan hal-hal yang berbau atau berkonotasi porno, kotor, mesum, dan semacamnya. Padahal, anggapan ini belum sepenuhnya benar, bahkan bisa jadi keliru. Sedangkan di sini yang dimaksud dengan pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penjelasan kepada anak tentang masalah yang berkaitan dengan seks, naluri dan perkawinan. 4 Pendidikan seks mangajarkan, memberi pengertian dan menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks, naluri dan perkawinan kepada anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami hal-hal diatas. Dengan demikian, ketika anak mencapai usia remaja dan dapat memahami persoalan hidup, ia mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, bahkan tingkah laku islam yang lurus menjadi adat dan tradisi bagi anak tersebut. Pengetahuan tentang seks sangat diperlukan oleh anak-anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada mereka di kemudian hari. Banyak sekali masalah-masalah kenakalan remaja terutama pergaulan bebas yang timbul berkaitan dengan kekurangtahuan mereka mengenai seks. Untuk mencegah timbulnya masalah-masalah tersebut maka anak diberi penjelasan mengenai pendidikan seks sedini mungkin. 4 Abdullah Nashih Ulwah & Hassan Hathout, Pendidikan Seks Menurut Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 21

4 Menanggulangi pergaulan bebas khususnya yang terjadi pada anak-anak SMP bukanlah perkara yang dapat dilakukan dengan mudah. Kejahatan seksual misalnya, banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja. Menurut catatan kepolisian, pada umumnya jumlah anak laki-laki yang melakukan kejahatan dalam suatu lingkup gang-gang diperkirakan lima puluh kali lipat dari anak perempuan, sebab anak perempuan lebih banyak jatuh pada limbah pelacuran, promiskuitas (bergaul bebas dan seks bebas dengan banyak pria) dan menderita gangguan mental, serta perbuatan minggat dari rumah dan keluarganya. 5 Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang memberikan bimbingan mengenai pendidikan seks adalah SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung. Lembaga ini memberikan program Halaqah Tsaqofah Islam setiap hari Sabtu dan Dhuha Bersinar setiap hari, dimana dalam kegiatan tersebut guru memberikan bimbingan mengenai pemecahan permasalahan kekinian remaja muslim, dan terbukti adanya penerapan pendidikan seks dalam kegiatan tersebut. Memang, tidak ada mata pelajaran khusus yang membahas tentang pendidikan seks, namun semua guru mata pelajaran ( bukan hanya guru mata pelajaran PAI) dituntut harus menguasai materi tentang keagamaan, sehingga mampu membimbing siswanya sesuai kaidah Islam dan mengarahkan siswa agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Adanya berbagai kegiatan yang mengarah pada pendidikan seks dalam lembaga tersebut diupayakan sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyah Tulungagung. hal. 7 5 Kartini Kartono, Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011),

5 SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyah Tulungagung berada di desa Ngujang yang letaknya sangat dekat dengan daerah lokalisasi. Memang, pada tahun 2012 pemerintah Tulungagung telah resmi menutup lokalisasi tersebut. Namun, faktanya wisma atau rumah-rumah bordil telah dirubah menjadi aneka kafe dan karaoke, sehingga tidak menutup kemungkinan kalau pekerja seks masih melaksanakan transaksi prostitusi di daerah tersebut. Menurut peneliti, penelitian ini penting karena lokasi sekolah sangat dekat dengan daerah lokalisasi dan sangat rawan sekali terjadi pergaulan bebas. Terbukti saat permulaan berdirinya SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyah Tulungagung, ada beberapa siswa yang asli dari daerah Ngujang sangat memerlukan perhatian khusus. Mereka berani keluar sekolah hanya untuk merokok di rel kereta api dan ada juga yang berpacaran diarea sekolah. Guru merupakan pendidik profesional karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. 6 Sehingga, peran guru sebagai educator, motivator dan fasilitator dalam memberikan pendidikan yang jujur mengenai seks sangat menentukan terbentuknya pribadi yang baik dan persepsi yang benar mengenai seks pada peserta didik agar tidak terjerumus pergaulan bebas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Pendidikan Seks sebagai Tindakan Preventif Menanggulangi Pergaulan Bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyah Tulungagung. 6 Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 39

6 B. Fokus Penelitian Dari konteks penelitian di atas, fokus penelitian yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai educator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung? 2. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai motivator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung? 3. Bagaimana peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai fasilitator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai educator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung 2. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai motivator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung 3. Untuk mengetahui peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai fasilitator

7 dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian berjudul Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Pendidikan Seks sebagai Tindakan Preventif Menanggulangi Pergaulan Bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyah Tulungagung. ini akan memberikan beberapa kegunaan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya khazanah ilmiah, khususnya mengenai peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai educator, motivator dan fasilitator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas. 2. Secara praktis a. Bagi IAIN Tulungagung Sebagai sumber informasi dan dapat digunakan untuk menambah referensi dunia ilmu pengetahuan dan sebagai sumber belajar atau bacaan bagi mahasiswa. b. Bagi Guru SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif

8 menanggulangi pergaulan bebas. c. Bagi Siswa SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung Hasil penelitian ini diharapkan siswa dapat mengerti, memahami dan mampu menerapkan ilmu yang terdapat dalam pendidikan seks sehingga tidak terjerumus dalam pergaulan bebas. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam atau dengan tujuan verifikasi sehingga dapat memperkaya temuan-temuan penelitian baru. e. Bagi Penulis Bagi penulis agar dapat memperoleh informasi dan wawasan yang lebih mendalam tentang peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas. E. Penegasan Istilah 1. Secara Konseptual a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh orang atu lembaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 7 Dimana dalam penerapannya ada sepuluh jenis peran guru yang hal. 333 7 WJS, Poewadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985),

9 biasa disingkat dengan EMASLIMDEF yaitu: Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovatif, Motivator, Dinamisator, Evaluator, Fasilitator. Namun, disini penulis hanya akan memfokuskan peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Educator, Motivator, dan Fasilitator. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. 8 Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang mengajarkan ajaran agama islam. Jadi peran Guru Pendidikan Agama Islam yang penulis maksud adalah peran seorang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai educator, motivator, dan fasilitator mengajar di sekolah yang memberi bimbingan sekaligus arahan terhadap peserta didik yang berhubungan dengan materi ajaran agama islam dan mengarahkan siswa kepada yang lebih baik dan sempurna. b. Pendidikan Seks Pendidikan seks adalah pemberian pengalaman yang benar pada anak, agar dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dalam kehidupannya di masa depan sebagai hasil dari pemberian pengalaman kepada si anak, dan si anak akan memperoleh sikap mental yang baik terhadap masalah seks dan masalah keturunan. 9 8 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 9 9 Abdul Aziz, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental II, Terjemah Zakiah Darajat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 281

10 c. Tindakan Preventif Tidakan preventif adalah sebuah tindakan yang diambil untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang tidak diinginkan di masa depan. d. Pergaulan Bebas Pergaulan Bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang melewati batas, melanggar norma agama maupun norma kesusilaan meliputi perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang-undangan diluar KUHP (pidana khusus). 10 2. Secara Operasional Sebagaimana yang dimaksud dari judul Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membimbing Pendidikan Seks sebagai Tindakan Preventif Menanggulangi Pergaulan Bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung adalah suatu usaha, upaya, tidakan, peran serta Guru Pendidikan Agama Islam dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung. Dimana dalam penerapannya ada sepuluh jenis peran guru yang biasa disingkat dengan EMASLIMDEF yaitu: Educator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovatif, Motivator, Dinamisator, Evaluator, Fasilitator. Namun, disini penulis hanya akan memfokuskan peran Guru Pendidikan 10 Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2008), hal. 12

11 Agama Islam sebagai Educator, Motivator, dan Fasilitator yang dianggap penulis relevan sebagai peran guru dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas. peran guru sebagai educator (pendidik) berusaha membina budi pekerti serta memberikan pengarahan kepada mereka dan membimbing tentang pendidikan seks, sebagai motivator mampu memberikan dorongan kepada semua anak didiknya untuk dapat memahami pendidikan seks dan guru sebagai fasilitator mampu memberikan arahan dan petunjuk agar tidak terjerumus pergaulan bebas. F. Sistematika Pembahasan Untuk dapat melakukan pembahasan yang sistematis, maka peneliti menggunakan sistematika pembahasan yang jelas. Adapun sistematikanya sebagai berikut: a. BAB I pendahuluan, terdiri dari : a) Konteks Penelitian, b) Fokus Penelitian, c) Tujuan Penelitian, d) Kegunaan Penelitian, e) Penegasan Istilah, f) Sistematika Pembahasan b. BAB II Kajian Pustaka, terdiri dari : a) Diskripsi teori, b) Penelitian terdahulu c) Paradigm penelitian c. BAB III Metode Penelitian, terdiri dari : a) Rancangan Penelitian, b) Kehadiran Peneliti, c) Lokasi Penelitian, d) Sumber Data, e) Teknik Pengumpulan Data, f) Analisis Data, g) Pengecekan Keabsahan Data, h) Tahap-tahap Penelitian d. BAB IV Hasil Penelitian, terdiri dari : a) Deskripsi data, b) Temuan penelitian

12 c) analisis data. e. BAB V Pembahasan, membahas mengenai Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai educator, motivator dan fasilitator dalam membimbing pendidikan seks sebagai tindakan preventif menanggulangi pergaulan bebas di SMP Plus Al Irsyad Al Islamiyyah Tulungagung f. BAB VI penutup, terdiri dari : a) Kesimpulan yang mempermudah pembaca dalam mengambil intisari, b) Saran.