BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

optimum pada KAO, tahap III dibuat model campuran beton aspal dengan limbah

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. aspal dan bahan tambah sebagai filler berupa abu vulkanik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dipresentasikan pada gambar bagan alir, sedangkan kegiatan dari masing - masing

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada penulisan ini merupakan serangkaian penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan selama penelitian di laboratorium adalah sebagai berikut:

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

dahulu dilakukan pengujian/pemeriksaan terhadap sifat bahan. Hal ini dilakukan agar

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut adalah diagram alir dari penelitian ini : MULAI. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perihal pengaruh panjang serabut kelapa sebagai bahan modifier pada campuran

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Inti Jalan

Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

Penelitian ini menggunakan tiga macam variasi jumlah tumbukan dan

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

ANITA RAHMAWATI, ST., MSc. (NIDN )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alur seperti pada gambar 5.1.

Bab IV Penyajian Data dan Analisis

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III Landasan Teori LANDASAN TEORI. A. Bahan Penyusun Campuran Perkerasan Lapis Aus

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Dengan kata lain, penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Pada pembuatan aspal campuran panas asbuton dengan metode hot mix (AC

S. Harahab 1 *, R. A. A. Soemitro 2, H. Budianto 3

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian

PENGARUH SAMPAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN TAMBAH TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. aspal optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Lampiran 1. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar. 1/2" (gram)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Studi Penggunaan Aspal Modifikasi Dengan Getah Pinus Pada Campuran Beton Aspal

BAB III METODELOGI PENELITIAN. pemeriksaan mutu bahan yang berupa serat ijuk, agregat dan aspal, perencanaan

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PENGARUH PERUBAHAN RASIO ANTARA FILLER DENGAN BITUMEN EFEKTIF TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LASTON JENIS LAPIS AUS

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian Pelaksanaan pengujian dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, yaitu pengujian bahan seperti pengujian agregat dan aspal, penentuan gradasi campuran serta dilanjutkan dengan pengujian Marshall. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan Perkerasan Jalan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya, tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Mulai Studi Pustaka Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Bahan Aspal 60/70: 1. Penetrasi 2. Titik Lembek 3. Titik Nyala 4. Kehilangan Berat 5. Berat Jenis 6. Daktilitas Agregat Kasar: 1. Keausan Agregat 2. Berat Jenis 3. Penyerapan Air Agregat Halus: 1. Berat Jenis 2. Penyerapan Air Steel slag: 1. Keausan Slag 2. Berat Jenis 3. Penyerapan Air Tidak Memenuhi Spesifikasi Pengujian Ya A Ya Gambar 4.1 Bagan Alir pengujian Marshall secara umum 27

28 A Perencanaan Campuran Pengujian Marshall Analisis Hasil Pembahasan Kesimpulan Selesai Gambar 4.1 Lanjutan Pada penelitian ini, campuran yang digunakan merupakan campuran Laston Modifikasi (AC-Modifikasi) dimana dilakukan penggantian pada agregat kasar tertahan saringan 1/2 dan 3/8 dengan menggunakan limbah baja (Steel slag) sebanyak 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Tahapan penelitian laboratorium untuk campuran yang dimodifikasi dapat dilihat pada Gambar 4.2. Mulai Studi Pustaka Persiapan alat dan bahan Pengujian bahan B A Gambar 4.2 Bagan Alir Penelitian Campuran Modifikasi

29 B A Agregat kasar 1. Keausan agregat 2. Berat jenis 3. Absorbsi air Agregat halus 1. Berat jenis 2. Absorbsi air AC pen 60/70 1. Penetrasi 2. Titik lembek 3. Titik nyala 4. Kehilangan berat dan miyak 5. Berat jenis Steel slag 1. Keausan 2. Berat jenis tidak Job Mix Formula untuk kadar aspal 5%; 5,5%; 6%; 6,5%; 7% dari total berat campuran AC-WC Memenuhi spesifikasi pengujian ya Perencanaan campuran Pembuatan benda uji Pengukuran tinggi dan diameter benda uji Penimbangan benda uji 1. Kondisi kering 2. Kondisi dalam air (jenuh) 3. Kondisi kering permukaan (SSD) Analisa 1. VIM 2. VFA 3. VMA Pengujian Marshall Hasil pengujian 1. Stabilitas 2. Flow Angka koreksi Hasil terkoreksi 1. Stabilitas 2. Flow 3. Marshall Quotient D C Gambar 4.2 Lanjutan

30 D C Analisis perhitungan Job mix formula dengan kadar aspal optimum Pembahasan Perencanaan campuran Pembuatan benda uji Penggantian agregat tertahan saringan ½ dan 3/8 dengan steel slag sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%,50% Pengukuran tinggi dan diameter benda uji Analisa 4. VIM 5. VFA 6. VMA Penimbangan benda uji 1. Kondisi kering 2. Kondisi dalam air (jenuh) 3. Kondisi kering permukaan (SSD) Pengujian Marshall Hasil pengujian 1. Stabilitas 2. Flow Angka koreksi Hasil terkoreksi 1. Stabilitas 2. Flow 3. Marshall Quotient Analisis perhitungan Pembahasan Selesai Gambar 4.2 Lanjutan

31 B. Tahapan Penelitian 1. Tahap persiapan Pada Tahap persiapan ini, hal yang perlu dipersiapkan adalah alat dan bahan. Bahan-bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar, agregat halus, steel slag, dan aspal. Agregat kasar dan halus yang digunakan didapat dari Clereng, Kulonprogo Yogyakarta, Sedangkan steel slag yang digunakan adalah steel slag limbah pengolahan baja dari CV.Bonjour Jaya Ceper, Klaten, dan aspal yang dipakai adalah aspal yang didapatkan dari PT.Pertamina (Persero). Alat-alat yang digunakan adalah alat untuk pengujian agregat kasar, agregat halus, steel slag, dan aspal serta alat uji Marshall. 2. Pengujian bahan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar, agregat halus, aspal dan steel slag. Bahan ini harus terlebih dulu dilakukan pengujian sesuai dengan metode yang digunakan. Pengujian agregat kasar dan agregat halus yang dilakukan harus memenuhi spesifikasi yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1, untuk aspal yang diuji haruslah memenuhi spesifikasi pada Tabel 4.2, sedangkan untuk steel slag sebagai pengganti agregat kasar harus diuji berat jenis, keausan, dan kelekatan terhadap aspal. Tabel 4.1. Metode pengujian agregat kasar dan halus Pengujian Standar Nilai natrium sulfat Maks. 12% Kekekalan bentuk agregat SNI magnesium terhadap larutan 3407:2008 Maks. 18% sulfat Campuran AC 100 putaran Maks. 6 % Abrasi Modifikasi 500 putaran Maks. 30% dengan SNI Semua jenis 100 putaran Maks. 8% mesin Los 2417:2008 campuran aspal Angeles 500 putaran Maks. 40% bergradasi lainnya

32 Tabel 4.1 Lanjutan Pengujian Standar Nilai Kelekatan agegat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95 % Butir Pecah pada Agregat Kasar SNI 7619:2012 95/90 Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10 Perbandingan % 1:5 Material lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4142- 1996 Maks. 2% Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3) Tabel 4.2 Spesifikasi Aspal Keras 60/70 No. Jenis Pemeriksaan Metoda Pemeriksaan Aspal Pen. 60-70 1. Penetrasi pada 25 o C (0,1 mm) SNI 06-2456-1991 60-70 2. Viskositas Dinamis 60 o C (Pa.s) SNI 06-6441-2000 160-240 3. Viskositas Kinematis (cst) SNI 06-6441-2000 300 4. Titik Lembek ( o C) SNI 2434:2011 48 5. Daktitilitas pada 25 o C, (cm) SNI 2434:2011 100 6. Titik Nyala ( o C) SNI 2433:2011 232 7. Kelarutan dalam Trichlorethylene (%) AASHTO T44-03 99 8. Berat Jenis SNI 2441:2011 1,0 9. Stabilitas Penyimpanan Perbedan ASTM D 5976 part Titik Lembek ( o C) 6.1-10. Partikel yang lebih halus dari 150 micron (µm) (%) Pengujian Residu hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002) : 11. Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 0,8 12. Viskositas Dinamis 60 o C (Pa.s) SNI 03-6441-2000 800 13. Penetrasi pada 25 C (%) SNI 06-2456-1991 54 14. Daktalitas pada 25 C (cm) SNI 2432 : 2011 100 15. Keelastisan setelah pengembalian (%) AASTHO T 301-98 - Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga Edisi 2010 (Revisi 3)

33 Pengujian-pengujian yang dilakukan dalam pengujian bahan ini adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan Penetrasi Nilai penetrasi didapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada suhu 25º C dengan beban 100 gram selama 5 detik, dilakukan sebanyak 5 kali. Penelitian ini menggunakan jenis aspal keras dengan angka penetrasi 60/70 yang mengacu pada spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan, Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 (Revisi 3). b. Pemeriksaan Titik Lembek Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur nilai temperatur saat bola-bola baja mendesar turun lapisan aspal yang ada pada cincin, hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang terletak dibawah cincin pada jarak 1 inchi, sebagai akibat dari percepatan pemanasan tertentu. Berat bola baja 3,45 3,55 gram dengan diameter 9,53 mm. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui batas kekerasan aspal. Pengamatan titik lembek dimulai dari suhu 5º C sebagai batas paling tinggi sifat kekakuan dari aspal yang disebabkan oleh sifat termoplastik. c. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala pertama di atas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi terbakarnya pertama kali di atas permukaan aspal. Dengan mengetahui nilai titik nyala dan titik bakar aspal, maka dapat diketahui suhu maksimum dalam memanaskan aspal sebelum terbakar. d. Pemeriksaan Kehilangan Berat Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui pengurangan berat akibat penguapan unsur unsur aspal yang mudah menguap dalam aspal. Apabila aspal dipanaskan di dalam oven pada suhu 163º C dalam waktu 4,5 5 jam, maka akan terjadi reaksi terhadap unsur unsur pada aspal, sehingga dimungkinkan sifat aspal akan berubah, hal ini tidak diharapkan pada lapis perkerasan lentur, untuk itu disyaratkan kehilangan berat aspal maksimum adalah 0,8% dari berat semula. Penelitian ini mengacu pada Spesifikasi

34 Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum tahun 2010 (Revisi 3). e. Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis (bulk), berat jenis kering permukaan jenuh (saturated surface dry = SSD), berat jenis semu (apparent) dari agregat kasar. Nilai berat jenis agregat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.2) (3.9). f. Pemeriksaan Keausan Agregat Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles. Tujuannya untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap berat semula dalam persen. Daya tahan agregat adalah ketahanan agregat untuk tidak hancur oleh pengaruh mekanis ataupun kimia. Agregat yang akan digunakan pada konstruksi perkerasan harus mempunyai daya tahan terhadap gradasi yang mungkin timbul selama pencampuran, pemadatan, repetisi beban serta tahan terhadap desintegrasi yang menghancuran agregat menjadi partikelpartikel yang lebih kecil akibat gaya yang diberikan pada saat penimbunan, pemadatan, maupun repetisi beban, sedangkan desintegrasi didefinisikan sebagai pelapukan atau beda suhu. Pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles ini menggunakan standar dengan nilai persyaratan maksimum 40%. g. Pemeriksaan Kelekatan Agregat terhadap Aspal Kelekatan agregat terhadap aspal adalah presentase luas permukaan agregat yang diselimuti aspal terhadap permukaan agregat. Nilai kelekatan agregat terhadap aspal sesuai dengan yang dipersyaratkan di dalam Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3) adalah minimal 95%. Pengujian ini bertujuan untuk menguji ketahanan penyelimutan film aspal pada permukaan suatu agregat. 3. Perencanaan campuran Kadar aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kadar Aspal Optimum (KAO). KAO didapat dari pengujian KAO dengan variasi kadar

35 aspal dalam pengujian adalah sebesar 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7% dari total campuran agregat. Gradasi agregat yang digunakan untuk campuran Laston diambil dari gradasi tengah spesifikasi Laston seperti pada tabel 2.6. Sedangkan untuk steel slag yang akan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dari jumlah agregat yang tertahan pada saringan 1/2 dan 3/8. 4. Pembuatan Benda Uji Pada tahap ini, agregat yang digunakan ditimbang sesuai dengan perencanaan gradasi pada campuran AC-WC. Setiap saringan yang akan diganti dengan steel slag ditimbang dan diganti dengan steel slag sebanyak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dari berat total tertahan saringan tersebut. Setelah dilakukan penimbangan dan pencampuran agregat, lalu agregat dipanaskan hingga suhu 160 C, lalu agregat tersebut dicampur dengan aspal panas sesuai dengan hasil penelitian KAO yang telah didapatkan dengan suhu pencampuran 170 C. Kemudian campuran aspal dan agrerat tersebut dimasukkan kedalam cetakan untuk ditumbuk sebanyak 75x setiap sisinya. Benda uji dibuat sebanyak dua buah untuk setiap campuran, hal ini untuk mengurangi terjadinya galat yang mungkin terjadi. 5. Pengujian Marshall Prinsip dasar dari metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuaran padat yang terbentuk. Dalam hal ini benda uji atau briket beton aspal padat dibentuk dari gradasi agregat campuran yang telah didapat dari hasil uji gradasi, sesuai spesifikasi campuran. Pengujian Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991. Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, maka akan diketahui kadar aspal optimumnya. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1) Dilakukan penimbangan agregat sesuai dengan prosentase gradasi yang diinginkan untuk masing-masing benda uji dengan berat campuran 1200 gram. Kemudian dilakukan pengeringan campuran agregat tersebut sampai beratnya tetap pada suhu 165 ºC.

36 2) Agregat dipanaskan di oven dengan suhu 165 o C, sedangkan aspal dipanaskan dengan suhu 155 o C, kemudian aspal dicampur dengan agregat dengan dan diaduk merata sampai mendapatkan suhu 160 o C. 3) Setelah suhu pencampuran tercapai, lalu campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan yang sebelumnya diolesi oli terlebih dahulu, serta bagian bawah cetakan diberi sepotong kertas yang telah dipotong sesuai dengan diameter cetakan sambil ditusuk-tusuk dengan spatula sebanyak 15 kali di bagian tepi dan 10 kali di bagian tengah. 4) Dilakukan pemadatan bolak balik dengan menumbuk dengan jumlah tumbukan sebanyak 75 kali. 5) Setelah proses pemadatan selesai benda uji didiamkan agar suhunya turun, setelah dingin benda uji dikeluarkan dengan ejektor dan diberi kode. 6) Benda uji dibersihkan dari kotoran yang menempel dan diukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm dan ditimbang berat benda uji kering. 7) Benda uji dimasukkan ke dalam air bersuhu 25 o C selama 5 menit dan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat benda uji dalam air. 8) Benda uji dikeluarkan dari bak dan dikeringkan dengan kain pada permukaan agar kondisi kering permukaan jenuh (saturated surface dry, SSD) kemudian ditimbang. 9) Benda uji direndam dalam bak perendaman pada suhu 60 ºC selama 30 menit. 10) Bagian dalam permukaan kepala penekan dibersihkan dan diberi lapisan plastik agar benda uji mudah dilepaskan setelah pengujian. 11) Benda uji dikeluarkan dari bak perendam, lalu diletakkan tepat di tengah pada bagian bawah kepala penekan kemudian bagian atas kepala diletakkan dengan memasukkan lewat batang penuntun. Setelah pemasangan sudah lengkap maka diletakkan tepat di tengah alat pembebanan. Kemudian arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada dudukan di atas salah satu batang penuntun. 12) Kepala penekan dinaikkan hingga menyentuh atas cincin penguji, kemudian diatur kedudukan jarum arloji penekan dan arloji kelelehan pada angka nol.

37 13) Nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan dicatat pada saat pembebanan maksimum tercapai. 1. Steel slag C. Variabel Penelitian Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : Berdasarkan penelitian sebelumnya, didapatkan hasil kadar steel slag optimum sebesar 25%, sehingga pada penelitian ini penulis menggunakan komposisi Steel slag sebagai pengganti agregat kasar sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% dari total aggregat yang tertahan pada saringan 1/2 dan 3/8. 2. Kadar aspal Kadar aspal yang digunakan pada penelitian ini adalah kadar aspal optimum yang didapat dari pengujian untuk mendapat nilai KAO dengan variasi kadar aspal yang diujikan yakni sebesar 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, dan 7%. Adapun jumlah benda uji yang diperlukan untuk menentukan KAO ditunjukkan pada Tabel 4.3, sedangkan jumlah benda uji yang diperlukan untuk variasi kadar Steel slag pada Tabel 4.4. Tabel 4.3 Jumlah benda uji yang diperlukan untuk menentukan KAO Variasi Kadar Aspal Laston 5% 2 5,5% 2 6% 2 6,5% 2 7% 2 TOTAL 10 sample Tabel 4.4 Jumlah benda uji yang diperlukan untuk variasi Steel slag Variasi Kadar Slag Laston 10% 2 20% 2 30% 2 40% 2 50% 2 TOTAL 10 sample

38 Berdasarkan perencanaan jumlah di atas, benda uji/sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 buah benda uji. D. Presentasi Hasil Data yang diperoleh dari hasil pengujian Marshall yang menjadi dasar perhitungan adalah VIM, VFA, stabilitas dan flow. Nilai stabilitas dan flow didapatkan dari pengujian menggunakan alat uji Marshall, sedangkan VIM dan VFA ditentukan melalui penimbangan benda uji dan perhitungan (berat kering, berat kering permukaan dan berat dalam air). Dari data yang diperoleh dibuat suatu analisis hubungan yang disajikan dalam grafik hubungan antara : 1. Kadar Steel slag & aspal dengan VIM. 2. Kadar Steel slag & aspal dengan VMA. 3. Kadar Steel slag & aspal dengan VFA. 4. Kadar Steel slag & aspal dengan stabilitas. 5. Kadar Steel slag & aspal dengan flow. 6. Kadar Steel slag & aspal dengan Quotient Marshall