KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPANG KURANJI KECAMATAN KOTO BARU KABUPATEN DHARMASRAYA

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KANAGARIAN LUBUK ULANG ALING SELATAN KECAMATAN SANGIR BATANG HARI KABUPATEN SOLOK SELATAN

KATA SAPAAN KEKERABATAN DAN NONKEKERABATAN DI KENAGARIAN KAMBANG INDUK KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU KENAGARIAN GUNUANG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SUNGAI JAMBU, KABUPATEN TANAH DATAR

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN DESA BUNGA TANJUNG KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

Keywords : Words in the Village Community Greetings and Retired

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

KATA SAPAAN DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN TUIK IV KOTO MUDIAK BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BENTUK KATA SAPAAN MASYARAKAT DUSUN TOTOET KECAMATAN SIBERUT TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

BENTUK KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU di KENAGARIAN KATIAGAN KECAMATAN KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. yang sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Wirotho Agung, sebelah Selatan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA BUNGA TANJUNG DENGAN DIALEK DESA PASAR BANTAL KECAMATAN TERAMANG JAYA KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

PENGGUNAAN KATA SAPAAN DI DESA GUNUNG KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BENTUK DAN PENGGUNAAN KATA SAPAAN KEKERABATAN DI JORONG KOTO PADANG LAWEH KECAMATAN KOTO VII KABUPATEN SIJUNJUNG

KATA SAPAAN KEKERABATAN MARGA RANAU. Hetilaniar, M.Pd. Abstrak

ALIH KODE GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KELAS VII DI SMP NEGERI 3 PADANG

ABSTRACT

GAYA BAHASA UNGKAPAN KIASAN MASYARAKAT MINANGKABAU DAN APLIKASINYA DI NAGARI GUNUNG PADANG ALAI KECAMATAN V KOTO TIMUR KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL PENELITIAN PERBEDAAN DIALEK DESA SUNGAI LINTANG DENGAN DIALEK DESA TALANG PETAI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO PROVINSI BENGKULU

Volume 1 (1) Desember 2013 PUBLIKA BUDAYA Halaman 1-7


BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

b. Untuk memperkenalkan bahasa Batak Toba kepada masyarakat sebagai salah satu bahasa daerah yang turut memperkaya kebudayaan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM SURAT RESMI DI KANTOR BPKD PADANG

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia selalu

KEKEEFEKTIFAN PENULISAN SURAT RESMI DI KANTOR CAMAT KECAMATAN KUMUN DEBAI KOTA SUNGAI PENUH

SAPAAN DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

RIAU MALAY LANGUAGE GREETING SYSTEM SUB DIALECT INUMAN

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN KALIMAT EFEKTIF DALAM SURAT RESMI DI KANTOR BPKD PADANG

PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 8 DAN 9 TAHUN DI DESA LUNDONG KECAMATAN KUTOWINANGUN KABUPATEN KEBUMEN

CAMPUR KODE GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMAN I PANCUNG SOAL PESISIR SELATAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

CAMPUR KODE TUTURAN GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR: Studi Kasus di Kelas VII SMP Negeri 20 Padang

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

ALIH KODE DALAM CERAMAH AGAMA BUYA AFRIZAL DI MASJID AL-QUBRA LESUNG AIR BALAI SELASA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGGUNAAN KATA SAPAAN PADA MASYARAKAT JAWA DI DESA JOMBANG KECAMATAN JOMBANG KABUPATEN JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

CAMPUR KODE BAHASA SUNDA DI PASAR REBO KAMPUNG RAMBUTAN JAKARTA TIMUR STUDI KASUS: KELUARGA BU IIS MAISAROH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 PADANG

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA BALI PADA MASYARAKAT ISLAM DI BANJAR CANDIKUNING II KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN

KATA SAPAAN KEKERABATAN DI NAGARI LADANG PANJANG KABUPATEN PASAMAN

DEIKSIS BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN LADANG LAWEH KECAMATAN BATIPUH BARUAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Menurut Kridalaksana (2008:21) mengartikan bahasa sebagai sebuah sistem

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

ABSTRACT

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. keturunan ibu (perempuan) yang disebut dengan istilah Matrilineal (Edison, 2014:292). Garis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan, di samping unsur yang

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna di muka bumi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

ABSTRACT

Proceeding IICLLTLC

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP PERTIWI 2 PADANG DALAM MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. keluarga. Inti utama dari etika adalah menjaga sebuah tradisi, agar tercipta

JURNAL KORI HARTATI NIM

ANALISIS MORFEM BAHASA MELAYU SUB-DIALEK SEKANAK DESA TINJUL KECAMATAN SINGKEP BARAT KABUPATEN LINGGA

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki kata sapaan yang berbeda-beda. Kata sapaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

DEIKSIS DALAM BAHASA MINANGKABAU DI KENAGARIAN SAKO UTARA KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN ARTIKEL ILMIAH CITRA YULDESRI NPM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Meskipun demikian, dalam perjalanan dan perkembangannya, bahasa

NILAI SOSIAL KEROHANIAN PANTUN MINANGKABAU DALAM BUKU 1000 PEPATAH-PETITIH, MAMANG-BIDAL, DAN PANTUN-GURINDAM KARYA IDRUS HAKIMY DT.

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

ANALISIS BENTUK MORFEM BAHASA MELAYU DIALEK TANJUNG AMBAT KECAMATAN SENAYANG

KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI I TIGO NAGARI KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. tata kalimat, dan tata makna. Ciri-ciri merupakan hakikat bahasa, antara lain:

PERUBAHAN ISTILAH KEKERABATAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN SISTEM KEKERABATAN PADA MASYARAKAT MINANGKABAU

PENYESUAIAN DIRI MENJADI SINGLE PARENT. Studi Kasus: Terhadap Janda di Nagari Abai Siat Kecamatan Koto Besar Kabupaten Dharmasraya ARTIKEL E JURNAL

KESANTUNAN BERBAHASA PEDAGANG SAYUR DALAM MELAYANI PEMBELI DI PASAR KAMBANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Bubak Kawah di Desa Kabekelan Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

COMPARISON OF THE GREETING KINSHIP BANJAR SYSTEM LANGUAGE WITH MALAY GUNTUNG RIVER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

MEDAN MAKNA GERAK ORGAN TUBUH BAGIAN KEPALA MANUSIA DALAM BAHASA GORONTALO

PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM KATA SAPAAN KEKERABATAN DALAM BAHASA MELAYU DI KEPENGHULUAN BANGKO KIRI KECAMATAN BANGKO PUSAKO KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

Helvina Septia 1), Yetty Morelent 2), Dainur Putri 2. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkan Universitas Bung Hatta

Pengaplikasian Pohon dalam Silsilah Keluarga

Transkripsi:

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Sri Yomi 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email : sri yomi @yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk pemakaian kata sapaan di Kenagarian Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. Aspek yang diteliti yaitu tentang : kata sapaan kekerabatan inti dan kata sapaan yang diperluas. Teori yang digunakan adalah teori tentang kata sapaan yang dikemukakan oleh Syafyahya (2000). Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, sedangkan objek openelitian adalah masyarakat Nagari Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Jumlah informan sebanyak enam orang yang terdiri dari tiga laki-laki dan tiga orang perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat puluh empat kata sapaan, diantaranya : kata sapaan kekerabatan inti berjumlah sebelas kata sapaan, yakni : buya, abak, ayah, apa, one, uni, amak, ama, uda, onang dan sebut nama. Sedangkan kata sapaan kekerabatan diperluas berjumlah tiga puluh tiga kata sapaan, yakni : ayek, ayek aki, ayek usi, ayek ungkuak, ayek uban, kakek, nenek, ayah, abak, ayah gaek, apak, angku, uwo, amak, amak pulau, amak gaek, mak adang, mak uwo, mak anga, etek, uncu, pak gaek, pak uwo, uwan, uwan gadang, uwan ketek, mamak, uni, uda, onang, sebut nama, anak dan aden. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan masih menggunakan kata sapaan yang tidak berubah sampai sekarang. Kata Kunci: Kata Sapaan, Masyarakat Nagari Amping Parak 1

KATA SAPAAN BAHASA MINANGKABAU DIALEK AMPING PARAK KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Sri Yomi 1, Yetty Morelent 2, Gusnetti 2 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Email : sri yomi @yahoo.com ABSTRACT This research aim to for mendeskripsikan form usage of greeting word in Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. accurate by Aspect that is about : consanquinity greeting word of is core of and extended greeting word. Theory the used is theory about greeting word told by Syafyahya (2000). this Research type is research qualitative by using descriptive method, while object of research is society of Nagari Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Amount of informan of is six of one who consist of three men and three women. Result of this research indicate that there is fourty four greeting word, among others : consanquinity greeting word of is core of amounting to eleven greeting word, namely : buya, abak, father, what, one, uni, amak, ama, uda, onang and mention name. While consanquinity greeting word extended to amount to three puluh three greeting word, namely : ayek, accumulator ayek, usi ayek, ungkuak ayek, grizzle ayek, grandfather, grandmother, father, abak, father of gaek, fussy, my me, uwo, amak, island amak, gaek amak, mother of adang, mother of uwo, mother of anga, etek, uncu, package gaek, package uwo, uwan, colossal uwan, ketek uwan, mamak, uni, uda, onang, mention name, and child of aden. Pursuant to result of research, can be concluded that society of Nagari Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan still use greeting word which do not change hitherto. Keyword: Word Greeting, Society Nagari Amping Parak PENDAHULUAN Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa manusia dapat saling mengenal dan saling tukar informasi, serta melalui bahasa dapat mengekspresikan jiwa dan perasaannya. Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Minangkabau (seperti juga bahasa daerah lainnya) berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa sebagai pengantar di sekolah dasar pada tingkat pemula untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya, dan (3) alat pendukung pengembangan kebudayaan daerah (dikutip melalui Ayub, dkk, 1992:2). 2

Sementara itu, menurut Ayub, dkk (1992:13) Bahasa Minangkabau sebagai bahasa daerah berfungsi (a) sebagai lambang kebangsaan daerah Sumatera Barat dan pendukung berkembangnya kebudayaan di Minangkabau, (b) sebagai lambang identitas daerah Sumatera Barat dan Masyarakat Minangkabau sebagai salah satu suku bangsa Indonesia dan (c) sebagai alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat Minangkabau dalam berkomunikasi lisan juga berkomunikasi lisan antar etnis di Sumatera Barat. Kedudukan dan fungsi bahasa Minangkabau ini juga terdapat pada bahasa Minangkabau di Kenagarian Amping Parak. Bahasa Minangkabau yang digunakan di Kenagarian Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan berbeda dengan bahasa Minangkabau umum. Bahasa Minangkabau umum merupakan bahasa yang di gunakan oleh penutur bahasa Minangkabau yang berasal dari perbagai daerah, dan di dalamnya tidak ditemukan atau di kenali lagi spesifikasi dari dialek tertentu (Ayub, dkk, 1992:18). Sedangkan bahasa Minangkabau di Kenagarian Amping Parak juga mengalami perubahan, baik terletak pada bentuk bahasa yang di gunakan maupun dalam pelafalan kata-katanya. Menurut Chaer, (1998:107) katakata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua, atau orang yang diajak berbicara, disebut kata sapaa. Dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Amping Parak juga terdapat banyak bentuk kata sapaan. Kata sapaan tersebut ada yang berdasarkan kekerabatan dan nonkekerabatan. Dalam penelitian ini membahas tentang kata sapaan kekerabatan dan nonkekerabatan. Kata sapaan kekerabatan (Inti) terdiri atas dua, yaitu berdasarkan keturunan (genetik) dan berdasarkan perkawinan. Nagari Amping Parak merupakan nagari dataran rendah yang berada di pinggiran pantai di kecamatan Sutera yang terletak di 45 km dari pusat ibu kota Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat. Nagari Amping Parak dikenal sebagai dengan penduduknya mayoritas bergerak pada usaha pertanian, perkebunan dan peternakan. Luas nagari Amping Parak sekitar 5.613 Ha dengan didominasi suhu rata-rata adalah 24,00 o C sampai 26,00 o C yang tergolong sebagai nagari dengan keadaan iklim sedang dengan curah hujan yang cukup banyak (Sumber, Wali Nagari Amping Parak tanggal 30 Januari 2005). Nagari Amping Parak memiliki sejarah yang cukup dinamis bukan hanya dari masa pra kemerdekaan saja ketika masih berjayanya kesultanan Amping Parak (masa Sutan Jamak) yang menurut sejarahnya awalnya bernama Payung Perak 2

atau nama lainnya Hamparan Perak yang berinduk kerajaan Indrapura yang berkuasa di sebelah Selatan Nagari Amping Parak dan secara umum menguasai sebagian besar Pesisir Selatan Sumatera Barat. Dalam berkomunikasi sehari-hari masyarakat Nagari Amping Parak tidak terlalu mempermasalahkan penggunaan kata sapaan yang digunakan masyarakat nagari Amping Parak untuk menyapa saudara perempuan ibu adalah etek, mak uwo, dan anga tetapi kenyataannya ada sebagian masyarakat di kenagarian Amping Parak menggunakan kata sapaan ante bahkan juga ada sebutan mama dalam menyapa saudara perempuan ibu. Sedangkan untuk menyapa saudara laki-laki ibu adalah uwan dan ada juga masyarakat di kenagarian Amping Parak menggunakan kata sapaan om dan mamak. Pada hal kata sapaan tersebut bukanlah merupakan kata sapaan yang berasal dari Bahasa Minangkabau di Kenagarian Amping Parak, tetapi merupakan kata sapaan yang telah mendapat pengaruh dari bahasa lain. Kata sapaan di Kenagarian Amping Parak ini perlu didokumentasikan dan dilestarikan keberadaannya agar kata sapaan tersebut tidak punah dari generasi yang akan datang. Serta penduduk daerah lain dapat mengetahui kata sapaan kekerabatan masyarakat kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk mempertahan aset Nasional melalui penelitian bahasa daerah di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, penulis akan mendeskripsikan bentuk kata sapaan yang biasa digunakan di daerah tersebut. Tujuan penelitian ini ada dua, kedua tujuan tersebut adalah: Untuk mendeskripsikan bentuk pemakaian kata sapaan kekerabatan Bahasa Minangkabau dialek Amping Parak yang digunakan dalam lingkungan masyarakat Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. KERANGKA TEORETIS Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut pemakai, variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan di tempat tertentu, atau oleh golongan tertentu dari suatu kelompok bahasawan, atau oleh kelompok bahasawan yang hidup dalam waktu tertentu (Kridalaksana, 2008:48). Kata dialek barasal dari bahasa Yunani dialektos. Kata dialektos digunakan untuk menunjuk pada keadaan bahasa di Yunani yang memperlihatkan perbedaanperbedaan kecil dalam bahasa yang mereka gunakan.akan tetapi, perbedaan itu tidak menyebabkan para penutur tersebut merasa memiliki bahasa yang berbeda (Nadra dan Reniwati, 2009:1) 3

Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai kata sapaan, menurut Subyakto dan Nababan, (1992:153) bahwa Kata sapaan merupakan kata atau istilah yang dipakai menyapa lawan bicara. Kata sapaan yang dipakai orang kepada lawan bicara berkaitan erat dengan, dan berdasarkan, tanggapan atau persepsinya atas hubungan pembicara dengan lawan bicara. Selanjutnya Chaer, (1998:107) kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau menyebut orang kedua, atau orang yang diajak berbicara, disebut kata sapaan. kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, tetapi menggunakan kata-kata dari perbendaharaan kata nama diri dan kata nama perkerabatan. Menurut Thamrin dan Gani, (2008:11) mengatakan bahwa sapaan adalah dapat menyatakan kekuasaan dan kebersamaan. Sebagai contoh diambil istilah sapaan penunjuk orang kedua tunggal Tu dan Vous. Dikatakan bahwa ada dua macam hubungan kekuasaan istilah sapaan Vous menunjukkan hubungan antara para pelaku wicara sifatnya tidak berbalasan yang disebabkan adanya perbedaan umur, kekuatan fisik, kekayaan, jenis kelamin, status. Pemakaian istilah sapaan Tu menunjukkan hubungan antara pelaku wicara sifatnya berbalasan yang disebabkan adanya persamaan umur, pekerjaan yang sama, sekolah yang sama. Selanjutnya (Kridalaksana, 2008:214) bahwa sapaan adalah morfem, kata, atau frasa yang dipergunakan untuk saling merujuk dalam suatu pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara. Menurut Syafyahya, dkk 2002:7) dari cara pemakaian ada dua istilah kekerabatan yang digunakan, yaitu istilah menyapa dan menyebut. Menyapa digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan langsung, sebaliknya, menyebut digunakan untuk memanggil seseorang apabila berhadapan dengan orang lain atau berbicara tentang orang ketiga. Menurut Thamrin dan Gani ( 2008:11) mengemukakan bahwa dalam berinteraksi orang menggunakan pilihan bentuk linguistik berdasarkan hubungan antara orang menyapa dan orang yang disapa, yaitu pemakaiannya dilihat dari hubungan antara orang yang menyapa dengan orang yang disapa. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif menurut Bogdan dan Taylor dikutip melalui Moleong (2011:4) mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- 4

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian ini dilakukan Kenagarian AmpingParak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan. Mayoritas penduduknya menggunakan dialek Amping Parak. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan observasi dan wawancarai langsung penutur asli bahasa Minangkabau pada tempat yang telah ditetapkan sebagai daerah penelitian dengan cara pergi ketempat informan itu berada, seperti kerumah atau tempat bekerja. Objek penelitian ini adalah bahasa Minangkabau dialek di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan dan menjadi fokus penelitian ini adalah bentuk dan pemakaian kata sapaan yang digunakan masyarakat di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini menggunakan persyaratan yaitu: (1) berusia 40-60 tahun, (2) berpendidikan tidak terlalu tinggi (maksimum setingkat SMP), (3) berasal dari desa atau daerah penelitian, (4) lahir dan dibesarkan serta menikah dengan orang yang berasal dari daerah penelitian, (5) memiliki alat ucap yang sempurna dan lengkap. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu catatan daftar pertanyaan tentang kata sapaan Minangkabau dialek Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, tape recorder atau handphone (HP), kertas dan pena untuk pengumpulan data. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data di lapangan sebagai berikut: a. Teknik rekam. b. Teknik catat. c. Teknik cakap d. Teknik simak Data yang telah terkumpul dianalisis melalui langkah-langkah yang telah ditentukan. Langkah-langkah yang dimaksud yaitu: a. Mengidentifikasi data yang telah terkumpul sesuai dengan aspek yang telah diteliti. b. Mendeskripsikan data-data penelitian sesuai dengan keadaan sebenarnya berdasarkan tujuan penelitian. c. Menganalisis dan mengklasifikasikan data yang telah terkumpul berdasarkan aspek yang telah diteliti. d. Membuat simpulan berdasarkan hasil penelitian. HASIL PENELITIAN Deskripsi Data 5

Penelitian mengenai kata sapaan bahasa Minangkabau dialek Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan dilakukan di Kenagarian Amping Parak. Dalam penelitian ini dipilih enam informan yang terdiri dari tiga orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Informan yang pertama berumur 55 tahun, kedua berumur 50, ketiga berumur 47 tahun, keempat berumur 35 tahun, kelima berumur 25 tahun, dan keenam berumur 19 tahun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan bentuk dan pemakaian kata sapaan hubungan kekerabatan inti dan kata sapaan kekerabatan yang diperluas dalam bahasa Minangkabau Dialek Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Analisis Data Hasil analisis data dideskripsikan dan dikelompokkan dalam bentuk tabel sesuai dengan pembagian kata sapaan, tentang bentuk dan pemakaian kata sapaan kekerabatan inti oleh masyarakat Amping Parak dalam kehidupan sehari-hari. Kata sapaan merupakan kata yang digunakan untuk menyapa seseorang yang menjadi lawan bicara. Bentuk-bentuk kata sapaan tersebut akan disesuaikan dengan daerah masing-masing. Begitu pula khususnya kata sapaan yang ada di Kenagarian Amping Parak Sutera Kecamatan Pesisir Selatan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti membahas mengenai bentuk dan pemakaian kata sapaan kekerabatan inti dan kata sapaan kekerabatan yang diperluas di Kenagarian Amping Parak kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, penulis menemukan bahwa kata sapaan bahasa Minangkabau Dialek Amping Parak yang terdapat di Kenagarian Amping Parak dapat dibedakan atas dua bentuk kata sapaan, yaitu: (1) kata sapaaan kekerabatan inti, (2) kata sapaan kekerabatan yang diperluas. Berdasarkan dari data yang telah dianalisis, maka penggunaan kata sapaan inti di Kenagarian Amping Parak, untuk menyapa ayah kandung yaitu ayah, abak, dan buya. Kata sapaaan untuk menyapa ibu kandung yaitu one, amak, uni dan ama. Kata sapaaan untuk menyapa kakak laki-laki yaitu uwo, uda gadang, uda dan abang. Kata sapaaan untuk menyapa adik laki-laki yaitu sebut nama. Kata sapaaan untuk menyapa kakak perempuan yaitu nen, uni dan onang. Kata sapaaan untuk menyapa adik perempuan yaitu sebut nama. Kata sapaaan untuk menyapa suami yaitu abang dan uda. Kata sapaan untuk menyapa istri yaitu sebut nama. Pada kata sapaan untuk menyapa kakak laki-laki ibu, kakak perempuan dan 6

kata sapaan untuk ibu telah terjadi perubahan kata sapaan, namun perubahan kata sapaan terjadi di Nagari Amping Parak masih seimbang. Umur 40 tahun ke atas masih memakai kata sapaan uwan untuk kakak laki-laki ibu. Sedangkan umur 30 tahun ke bawah masyarakat Amping Parak sudah mulai memakai kata sapaan mamak dan oom untuk memanggil kakak laki ibu. Kemudian untuk menyapa kakak perempuan dengan sebutan kakak. Perubahan itu terjadi bukan hanya dari umur tetapi pemakaian kata sapaan yang sekarang ini terjadi berdasarkan strata sosial, tingkat ekonomi, selain itu perubahan lainya banyaknya orang pendatang yang masuk ke daerah-daerah. Sehingga terjadilah perubahan-perubahan penggunaan kata sapaan dari daerah luar. Berdasarkan data yang telah dianalisis, ditemukan empat belas kata sapaan kekerabatan inti di Kenagarian Amping Parak. Pada kata sapaan yang diperluas yaitu kata sapaan yang digunakan untuk menyapa ayah dari ayah (kakek) yaitu ayek aki. Ayek aki yang berarti kakek merujuk kepada seorang yang sudah tua atau lanjut usia. Biasanya orang yang dipanggil sebagai ayek aki ini orang yang sudah berumur 60 tahun ke atas atau sudah mempunyai cucu dan cucuang. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa ibu dari ayah (nenek) yaitu ayek usi. Ayek usi yang berarti nenek merujuk kepada seorang yang sudah tua atau lanjut usia. Biasanya orang yang dipanggil sebagai ayek usi ini orang yang sudah berumur 60 tahun ke atas atau sudah mempunyai cucu dan cucuang. Begitu juga kata sapaan untuk menyapa ayah dari ibu (nenek) dan ibu dari nenek sama dengan kata sapaan yang digunakan untuk meyapa ayah dari ayah (kakek) dan ibu dari nenek. menyapa kakek yaitu abak dan ayek. menyapa nenek yaitu amak dan amak gaek. menyapa kakak laki-laki kakek yaitu ayek aki dan pak gaek. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak perempuan kakek yaitu ayek usi dan amak gaek. menyapa adik laki-laki kakek yaitu ayek, pak gaek dan angkuh. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik perempuan kakek yaitu amak dan amak pulau. menyapa kakak laki-laki nenek yaitu ayek, angkuh dan ayah gaek. menyapa kakak perempuan nenek yaitu ayek uban, amak gaek, amak dan nenek. menyapa adik laki-laki nenek yaitu ayek, 7

angkuh dan abak. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik perempuan nenek yaitu ayek dan amak. menyapa kakak laki-laki ayah yaitu ayah dan apak. menyapa kakak perempuan ayah yaitu amak uwo, mak gaek dan etek. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik lakilaki ayah yaitu apak. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik perempuan ayah yaitu etek. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak laki-laki ibu yaitu uncu, uwan gadang, uwan dan mamak. menyapa kakak perempuan ibu yaitu anga, mak uwo dan etek. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik laki-laki ibu yaitu uwan ketek, uwan dan mamak. menyapa adik perempuan ibu yaitu etek. menyapa mertua laki-laki yaitu ayah dan abak. menyapa mertua perempuan yaitu amak. menyapa kakak laki-laki suami yaitu uda. menyapa kakak perempuan suami yaitu uni dan onang. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik laki-laki suami yaitu sebut nama. menyapa adik perempuan suami yaitu sebut nama. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak laki-laki istri yaitu uda. menyapa kakak perempuan istri yaitu uni. menyapa adik laki-laki istri yaitu sebut nama. menyapa adik perempuan istri yaitu sebut nama. menyapa kakak sepupu laki-laki yaitu uda dan abang. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa kakak sepupu perempuan yaitu uni dan onang. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa adik sepupu laki-laki yaitu sebut nama. menyapa adik sepupu perempuan yaitu sebut nama. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa anak laki-laki yaitu sebut nama. menyapa anak perempuan yaitu sebut nama. menyapa cucu laki-laki yaitu sebut nama dan anak. menyapa cucu perempuan yaitu sebut nama dan anak. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa teman sebaya yaitu sebut nama. Kata sapaan yang digunakan untuk menyapa diri sendiri yaitu aden. Berdasarkan dari data yang 8

telah di analisis ditemukan empat puluh empat kata sapaan kekerabatan yang di perluas. Berdasarkan analisis data, ditemukan bahwa adanya penggunaan persamaan kata sapaan yang sama yang diucapakan tetapi berbeda kepada sapaan yang ditujukan, seperti : kata sapaan ayek aki, digunakan untuk menyapa ayah dari kakek dan digunakan untuk menyapa kakak laki-laki kakek kemudian digunakan untuk memanggil kakek. Kata sapaan untuk ayek usi, digunakan untuk menyapa ibu dari kakek, digunakan untuk menyapa nenek, dan juga bisa digunakan untuk menyapa kakak perempuan kakek. Kata sapaan ayek digunakan untuk menyapa ayah dari nenek digunakan untuk menyapa kakak perempuan kakek, digunakan untuk menyapa adik laki-laki kakek dan diunakan untuk menyapa adik laki-laki nenek. Kata sapaan ayek ini bisa digunakan untuk kata sapaan kakek dan nenek. Kata sapan uni digunakan untuk menyapa kakak perempuan dan digunakan untuk menyapa ibu kandung. Kata sapaan etek digunakn untuk menyapa adik perempuan ayah dan digunakan untuk menyapa adik perempuan ibu. Kata sapaan anak digunakan untuk menyapa cucu laki-laki dan cucu perempuan. Setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam penggunaan kata sapaan. Untuk menggunakan kata sapaan setiap daerah mempunyai kata sapaan yang berbeda-beda yang diucapakan dalam keseharian mereka. Seperti kata sapan yang digunakan oleh daerah Solok untuk memanggil ibu dari nenek yaitu inyiak ino. Sedangkan kata sapaan yang digunakan oleh daerah Dhamasraya untuk memanggil ibu dari nenek yaitu puyang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan deskripsi, analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kata sapaan adalah orang yang diajak untuk bertegur sapa dengan dua oarang atau lebih dalam berkomunikasi, sehingga terjadilah suatu kata-kata yang dituturkan dalam bertegur antara sesamanya dalam kehidupan seharihari. Setiap daerah memilki bahasa dan kata sapaan yang khas, begitu juga dengan bahasa Minangkabau yang terdapat di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Peseisir Selatan. Berdasarkan analisis data maka, dapat disimpulkan bahwa kata sapaan yang terdapat di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Psesisir Selatan ada dua bentuk kata sapaan, yaitu (1) kata sapaan kekerabatan inti, yaitu buya, one, uda, onang, sebut nama dan uda (2) kata sapaan kekerabatan diperluas 9

yaitu, ayek aki, ayek usi, ayek ungkuak, ayek uban,ayek, angku, uwo, amak, amak pulau, amak gaek, mak adang, mak uwo, mak anga, uncu, pak gaek, pak uwo, uwan ketek, uwan gadang, etek, abak, ayah, apak, ayah gaek, nen, uni, onang, anak, aden dan seterusnya. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa di Kengarian Amping Parak terdapat jumlah kata sapaan keseluruhan empat puluh empat bentuk kata sapaan. Kata sapaan kekerabatan inti berjumlah sebelas kata sapaan, dan kata sapaan kekerabatan diperluas berjumlah tiga puluh tiga kata sapaan. Kata sapaan kekerabatan inti yang terdiri dari satu keluarga dalam satu rumah tangga ada suami, istri dan anak. Sedangkan kata sapaan kekerabatan diperluas dimulai dari kerabat jauh dan kerabat dekat dari kekerabatan inti, yang memiliki hubungan kekerabatan. Saran Berdasarkan kata sapaan dalam bahasa Minangkabau di Kenagarian Amping Parak Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, penulis menyarankan berikut ini: pertama, bagi masyarakat, semoga dengan penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi untuk mengetahui, mengembangkan, memelihara, menjaga keaslian bahasa daerah masing-masing, khususnya yang terdapat di Kenagarian Amping Parak tentang kata sapan bahasa Minangkabau. Kedua, bagi pembaca, dapat menambah wawasan serta mengetahui tentang penggunaan kata sapaan yang terdapat dari Kenagarian Amping Parak. Ketiga, bagi guru, dapat dimanfaatkan sebagai materi dalam pembalajaran tentang kata sapaan. Keempat, bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan perbandingan yang akan meniliti tentang aspek yang sama dengan daerah yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Ayub, Asni, dkk. 1992. Tata Bahasa Minangkabau. Jakarta: Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Chaer, Abdul.1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Gani, Maulid, H.dan Thamrin Temmy. 2008. Sosiolinguistik: Sistem Sapaan Teori dan Sebuah Model Aplikasi. Padang: Bung Hatta University Press. Kushartanti, dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti, dkk. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nadra dan Reniwati. 2009. Dielektologi: Teori dan Metode. Yogyakarta: Elmatera Publishing. 10

Syafyahya, Leni, dkk. 2000. Kata Sapaan Bahasa Minangkabau Di Kabupaten Agam. Jakarta. Pusat Bahasa. Subyakto, Sri Utami dan Nababan. 1992. Psikolinguistik suatu pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wali Nagari Amping Parak. 2005. Laporan Kegiatan Pertanggung Jawaban. 11