2016 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IRAMA PAD O-PAD O

dokumen-dokumen yang mirip
Photo 8 Saluang Darek (Dokumentasi: Wardizal)

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat

BAB III BANSI DALAM KEBUDAYAAN MINANGKABAU DAN DI SUMATERA UTARA. Awal perkembangan instrument musik Bansi adalah di daerah Pesisir Selatan

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PEMBELAJARAN MUSIK KINTUNG BERBASIS KREATIVITAS PADA PESERTA DIDIK DI DAPUR THEATER KALIMANTAN SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2002), Erizal, Instrumen Musik Chordophone Minangkabau (Padangpanjang: Sekolah Tinggi. Seni Indonesia,2000), 21.

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berliyana Agustine, 2014 Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tembang Batanghari Sembilan Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. pertunjukan tradisional tersebut adalah permainan gandang tambua yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. media atau sarana yang digunakan untuk mengekspresikan diri. Musik adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 MUSIK IRINGAN TARI TEPULOUT DISANGGAR SENI KITE SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

GURAU PAUAH. Kata Kunci: Karya Seni, Gurau, Pauah, Saluang Pauah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

MINANG GROOVY. Kata kunci : komposisi, Minang Groovy, kesenian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda untuk mengembangkan generasi muda yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

2015 PERMAINAN GITAR ILLO DJEER DALAM MUSIK KERONCONG TUGU PADA GRUP ORKES KRONTJONG TOEGOE

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses pengembangan pendidikan kesenian di Sekolah Menengah

BAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya suku Bugis yang tersebar di seluruh kabupaten yang ada di

2016 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK BERMAIN DRAMA MELALUI TEATER TRADISIONAL RANDAI BERBASIS KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP KEMAMPUAN APRESIASI DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

STUDI KOMPARATIF PENGGABUNGAN ORGEN PADA SALUANG DENDANG DAN SULING BAMBU. Jonni

BAB I PENDAHULUAN. ketertarikan bagi pelaku seni maupun orang yang menikmatinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluang merupakan alat musik tradisional Minangkabau sejenis suling yang terbuat dari bambu (talang). Alat musik tradisional yang termasuk dalam klasifikasi aerophone ini berfungsi sebagai instrument melodis dalam sebuah sajian pertunjukan. Dalam sejarah perkembangannya terdapat empat jenis Saluang yang tersebar pada beberapa daerah di Minangkabau diantaranya Saluang Darek, Saluang Sirompak, Saluang Pauh dan Saluang Panjang (Syeilendra, 2000). Masing-masing Saluang memiliki struktur bentuk (instrument), warna bunyi dan juga teknik memainkan yang berbeda. Perbedaan tersebut menjadi ciri khas dari masing-masing instrument sesuai dengan karakter daerah tempat alat musik tersebut tumbuh dan berkembang. Pada umumnya kesenian Saluang di Minangkabau berfungsi sebagai media hiburan bagi masyarakat pendukungnya. Walaupun dahulunya instrument Saluang kerap digunakan sebagai sarana ritual (magis) akan tetapi seiring perubahan zaman dan perubahan pola pikir serta perilaku masyarakat maka kesenian Saluang dewasa ini hanya digunakan sebagai media hiburan. Dewasa ini pertunjukan Saluang sering ditampilkan pada acara pesta pernikahan (baralek), tagak gala, dan juga beberapa upacara adat di Minangkabau. Saluang Pauh merupakan alat musik tradisional yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Pauh Kota Padang. Instrument ini memilki enam buah lubang nada dan merupakan alat musik tiup jenis wistle flute (mempunyai lidah), hal ini tentunya sangat berbeda dengan beberapa Saluang di Minangkabau yang cenderung termasuk jenis end blown flute (tidak mempunyai lidah). Apabila di lihat secara sekilas maka alat musik ini menyerupai Bansi (alat musik tiup Minangkabau yang mempunyai tujuh ubang nada) akan tetapi memiliki ukuran yang lebih besar. Dalam sebuah pertunjukan Saluang Pauh hanya terdiri dari dua pemain yaitu seorang pemain Saluang dan seorang Pedendang. Di dalam

2 penyajian pertunjukan Saluang Pauh berisi tentang Kaba (cerita). Kaba dalah cerita prosa berirama berbentuk narasi (kisahan) dan tergolong pantun yang panjang. Kaba (cerita) yang dibawakan pada umumnya merupakan cerita kontekstual yang menyangkut fenomena-fenomena yang terjadi di Masyarakat. Adapun beberapa judul Kaba yang dibawakan seperti : Kaba Urang Bonjo, Kaba Urang Batawi, Kaba Urang Batipuah, Kaba Urang Bukiktinggi, Kaba Urang Lubuak Sekajuang, Kaba Urang Makasar, Kaba Urang Mangilang Payokumbuah (Djamaris, 2002). Kaba yang dilantunkan oleh pendendang pada beberapa bagian dendang akan menimbulkan respon dari penonton berupa Kuaian yaitu sorakan spontan dari penonton apabila ada suatu hal dalam dendang yang dianggap ganjil atau lucu, sehingga melalui interaksi tersebut akan timbul komunikasi antara penonton dengan penampil dalam pertunjukan Saluang Pauh. Interaksi-interaksi yang terjadi dalam pertunjukan Saluang Pauh semakin malam akan semakin meriah sehingga akan tercipta suatu bentuk pertunjukan yang mencerminkan sikap kerjasama dan sosial di masyarakat. Keberadaannya sebagai media hiburan, terdapat fenomena yang menarik dalam pertunjukan Saluang Pauh yang dinamakan Bagurau. Bagurau sendiri merupakan suatu wujud interaksi sosial yang terbentuk melalui komunikasi antara penonton (masyarakat) dengan penampil (seniman) dalam suatu pertunjukan Saluang Pauh. Interaksi-interaksi tersebut bagi masyarakat pelaku aktif Bagurau berfungsi sebagai sarana pengungkapan ekspresi emosi, dialog estetis, sarana latihan manajemen konflik, eksistensi diri dan kelompok, kontrol sosial. (Anwar, 2006). Pertunjukan Saluang Pauh dilaksanakan pada malam hari yaitu sekitar pukul 20.30 s/d 04.00 (artinya tidak mengganggu waktu ibadah) Sebagai suatu produk kebudayaan yang syarat akan nilai-nilai kearifan lokal, kesenian Saluang Pauh tidak banyak diketahui oleh masyarakat Minangkabau. Masuknya pengaruh kesenian modern tentunya membuat perubahan persepsi dari masyarakat mengenai konsep seni pertunjukan. Penawaran sajian yang lebih menarik dari kemasan pertunjukan modern membuat masyarakat menganggap konsep sajian kesenian Saluang Pauh lebih monoton.

3 Apabila dibandingkan dengan beberapa kemasan kesenian tradisional Minangkabau seperti Talempong dan Saluang Darek yang telah mengalami perubahan bentuk dengan menanambahkan unsur-unsur modern (kolaborasi instrument dan perubahan tonalitas) ternyata pertunjukan Saluang Pauh dari waktu ke waktu tidak mengalami perubahan. Hal ini di sebabkan karena di dalam struktur pertunjukkan Saluang Pauh memiliki unsur-unsur yang kompleks seperti ciri khas Irama Saluang Pauh (Pado-pado, Pakok 5 dan Pakok 6) dan penggunakan irama dendang yang khas (Jain, Lereang, Baliang-baliang dan Lambok Malam). Struktur nada yang rumit menjadikan Saluang Pauh sangat sulit untuk digabungkan dengan instrument modern. Beberapa analisis mengenai sistem nada yang terdapat pada instrument Saluang Pauh menyimpulkan bahwa setiap lubang nada memiliki interval yang unik dan sangat sulit untuk dilakukan perubahan melalui pendekatan terhadap struktur diatonis (seperti yang dilakukan pada instrument Talempong dan Saluang Darek). Apabila para seniman berkeinginan untuk melakukan inovasi terhadap pertunjukan Saluang Pauh (dari segi instrument atau bentuk pertunjukan) maka akan dikhawatirkan dapat menghilangkan ciri khas dan karakteristik dari Pauh sendiri. Secara keseluruhan irama dendang dalam pertunjukan Saluang Pauh berkarakter sedih (maratok) dan tidak memiliki aksen beat yang pasti, hal ini sangat berbeda dengan pertunjukan Saluang Darek yang memliki bagian dendang dengan bentuk melodi yang pasti sehingga dapat dikolaborasikan dengan instrument lain untuk menambah daya tarik dari pertunjukan Saluang Darek. Dalam penyampaian Kaba (cerita) yang dilakukan oleh pedendang juga menggunakan dalektika Pauh yang sangat khas sehingga sangat sulit bagi masyarakat di luar daerah Pauh untuk membawakan pertunjukan tersebut. Walaupun jauh dari unsur-unsur modern, kompleksitas yang terdapat di dalam pertunjukan Saluang Pauh menjadikannya sebuah kesenian yang khas dan tetap eksis di tengah-tengah masyarakat pendukung kesenian tersebut. Dalam menanggapi problematika mengenai eksistensi kesenian tradisional di Sumatera Barat, pemerintah secara khusus telah mengeluarkan peraturan daerah mengenai upaya penguatan lembaga adat dan pelestarian nilai budaya

4 Minangkabau. Di dalam Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa pemerintah daerah mempunyai tugas dan kewajiban mengupayakan pelestarian budaya daerah serta menjamin kepastian hukum terhadap upaya pelestarian nilai budaya daerah. Selanjutnya pada pasal 17 mengenai pemanfaatan budaya, pemerintah menegaskan bahwa sebagai langkah dalam pemanfaatan nilai-nilai budaya daerah salah satunya yaitu dengan melakukan pengemasan bahan ajar berbasis kesenian tradisional. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dijadikan sebagai wadah dalam menyalurkan nilainilai budaya melalui kesenian tradisional kepada peserta didik. Beberapa sekolah di Sumatera Barat secara khusus telah mengadopsi kesenian tradisional di dalam proses pembelajaran baik secara intrakulikuler maupun ekstrakulikuler. Pengadopsian kesenian tradisional Minangkabau sebagai media pembelajaran dibeberapa sekolah umum ternyata masih berputar pada instrument Talempong dan Gandang Tambua. Penggunaan bahan ajar dalam proses pembelajaran di sekolah tentunya merupakan faktor penting untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih berkualitas. Bahan ajar dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik untuk merangkum semua aktivitas dan subtansi kompetensi pembelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik (Prastowo, 2015, hlm. 24). Bahan ajar juga dapat difungsikan sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil dalam suatu proses pembelajaran tertentu (Anggela, Masril, & Darvina, 2013, hlm. 64). Berkaitan dengan bahan ajar khususnya seni musik untuk sekolah ternyata dewasa ini belum banyak yang mengungkapkan tentang kekayaan seni Indonesia. Minimnya informasi mengenai musik etnis menyebabkan pendidik merasa kesulitan untuk mencari sumber-sumber relevan yang akan digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Para pendidik seni di sekolah saat ini masih merasa gamang untuk melakukan praksis pembalajaran seni tradisional di sekolah, hal ini disebabkan karena bahan ajar yang berkaitan dengan seni daerah setempat maupun nusantara tidak mudah diperoleh, sedangkan bahan ajar seni mancanegara lebih mudah diperoleh (Milyartini, 2004). Keterbatasan kemampuan pendidik dalam

5 mengembangkan bahan ajar dan melakukan kegiatan praksis melalui alat musik juga menjadi salah satu kendala kurangnya penerapan proses pembelajaran berbasis kesenian tradisional di sekolah. Dari hasil observasi penulis pada kegiatan PPL selama enam bulan di salah satu sekolah di Bukittinggi ternyata terdapat sekolah yang memiliki fasilitas alat musik tradisional akan tetapi tidak diaplikasikan ke dalam proses pembalajaran, hal ini disebabkan karena tidak adanya pendidik mata pelajaran SBK yang mampu menggunakan instrument tersebut sebagai media pembelajaran. Tidak adanya sekolah umum atau sekolah kejuruan di Sumatera Barat yang mengadopsi alat musik Saluang Pauh sebagai media pembelajaran ataupun mengemasnya dalam bentuk bahan ajar di sekolah juga menjadi permasalahan mendasar tidak berkembanngya kesenian ini pada masayarakat Minangkabau. SMKN 7 (SMKI) Padang sebagai salah satu sekolah kejuruan seni di Kota Padang yang secara khusus menggunakan alat musik dalam kegiatan intrakulikulernya juga tidak menggunakan alat musik Saluang Pauh sebagai salah satu paket keahlian instrumentnya. Dari hasil wawancara dengan salah satu pendidik di SMKN 7 (SMKI) Padang menyebutkan bahwa kendala yang dihadapi dalam mengembangkan bahan ajar alat musik Saluang Pauh di SMKN 7 (SMKI) Padang dikarenakan struktur irama Saluang Pauh yang tidak memiliki ketetapan baku. Setiap seniman Saluang Pauh memiliki cara yang berbeda dalam menginterpretasikan irama Saluang Pauh di dalam permainannya. Sebagai contoh irama Pado-pado yang dibawakan oleh Zamri sebagai seniman tradisional Minangkabau ternyata memiliki struktur yang berbeda dengan irama Pado-pado yang dibawakan oleh Zainudin yang berprofesi sebagai dosen di jurusan karawitan ISI-Padangpanjang. Dari hasil analisis penulis dari dua irama Pado-pado tersebut terdapat beberapa perbedaan yang mencolok diantaranya dari segi garinyiak (ornamentasi) yang digunakan oleh masing-masing pemain. Zamri dengan gaya Pauh yang khas banyak menggunakan garinyiak (ornamentasi) yang dipadukan ke dalam struktur melodi yang lebih variatif. Apabila kita lihat irama Pado-pado gaya Zainudin (dosen karawitan ISI-Padangpanjang) terlihat struktur irama Pado-pado yang

6 telah mengalami penyederhanaan dari segi garinyiak (ornamentasi). Dari segi bentuk irama secara keseluruhan kedua gaya irama Pado-pado tersebut juga memiliki struktur yang berbeda. Irama Pado-pado sendiri berfungsi sebagai intro pembuka dalam sebuah pertunjukan Saluang Pauh, Pado-pado mempunyai arti sebagai mula-mula (permulaan) dan coba-coba (percobaan) (Jaya, 2011). Pada bagian ini instrument Saluang Pauh bermain secara tunggal tanpa diikuti oleh dendang. Setiap pemain Saluang Pauh pada umumnya melakukan eksplorasi bunyi seperti melakukan permainan nada-nada pakiak atau melengking yang terdapat pada Saluang Pauh. Irama Pado-pado biasanya dimulai dengan nada tertinggi pada alat musik tersebut dan dimainkan dengan tekhnik pakiak atau melengking dengan menutup beberapa lubang (3 sampai 4) nada pada instrument Saluang Pauh. Untuk mengembangkan dan melestraian kesenian Saluang Pauh kepada generasi muda tentunya dapat dilakukan dengan mengemasnya ke dalam bentuk bahan ajar disekolah. Dari beberapa struktur irama yang terdapat di dalam pertunjukan Saluang Pauh, irama Pado-pado dianggap paling efektif untuk dikemas dalam bentuk bahan ajar. Irama Pado-pado memiliki struktur melodi yang tidak terlalu rumit dan cukup mudah untuk dicerna oleh peserta didik (apabila dibandingkan dengan irama Pakok 5 dan Pakok 6 yang memiliki ornament serta bentuk melodi yang rumit). Bentuk alur melodi yang khas (dimulai dengan teknik pakiak) akan memudahkan peserta didik dalam mengidentifikasi dan mengingat irama Pado-pado dalam proses pembelajaran. Dengan mengemas irama Pado-pado dalam bentuk bahan ajar di sekolah diharapkan dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap kesenian tradisional Saluang Pauh. Proses pembelajaran yang dilakukan secara efektif juga dapat merangsang kepekaan peserta didik terhadap irama Pado-pado yang dicapai melalui pengalaman praktik. Selain itu, proses pembelajaran ini juga dapat mengasah keterampilan teknik peserta didik dalam memainkan irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh. Beberapa teknik yang menjadi tujuan dalam bahan ajar ini meliputi teknik tiup (Isi Angok), struktur penjarian dan juga ornamentasi (garinyiak).

7 Segala keunikan dan ciri khas dari alat musik Saluang Pauh yang telah di paparkan tersebut menjadi ketertarikan bagi penulis untuk melakukan penelitian lebih dalam mengenai pengembangan bahan ajar berbasis kesenian tradisional khususnya irama Pado-pado. Pengadopsian irama Pado-pado kedalam bentuk bahan ajar di sekolah kiranya perlu dilakukan oleh pendidik seni di Sumatera Barat. Dengan mempertimbangkan aspek pelestarian kesenian tradisional dan penanaman nilai-nilai kearifan lokal kepada peserta didik merupakan suatu langkah untuk mencapai penguatan identitas bangsa Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi tersebut, maka ditentukan rumusan masalah di dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengembangan bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh di SMKN 7 Padang. Agar penelitian ini menjadi lebih terfokus maka ditentukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh? 2. Bagaimana karakteristik bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh? 3. Bagaimana implementasi terhadap konsep bahan ajar irama Pado-pado dalam kegiatan belajar di SMKN 7 Padang? 4. Bagaimana hasil penerapan bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh di SMKN 7 Padang? 1.3 Batasan Istilah Untuk menghindari terhadap perbedaan persepsi dengan judul yang peneliti cantumkan diatas, maka peneliti merumusakan batasan istilah sebagai berikut:

8 1. Bahan Ajar: merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. 2. Pado pado: merupakan salah satu irama yang terdapat dalam pertunjukan Saluang Pauh. Pado-pado sendiri mempunyai arti sebagai mula-mula (permulaan) atau coba-coba. Irama Pado-pado berfungsi sebagai intro pembukaan dan dimainkan secara tunggal tanpa diikuti dengan dendang dalam pertunjukan Saluang Pauh. 3. Saluang Pauh: merupakan salah satu alat musik tradisional Minangkabau yang termasuk dalam klasifikasi aerophone. Dari empat jenis Saluang yang tersebar di daerah Minangkabau, Saluang Pauh merupakan satu-satunya Saluang yang memiliki enam lubang nada dan termasuk ke dalam alat musik tiup jenis wistle flute (mempunyai lidah). Perbedaan ini menjadikan alat musik Saluang Pauh mempunyai ciri khas yang spesifik sehingga menjadi identitas bagi masyarakat Pauh khususnya. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menyusun bahan ajar untuk dapat diaplikasikan ke dalam pembelajaran Saluang Pauh, sebagai penujuang proses pembelajaran paket keahlian instrument di SMKN 7 Padang. Pembentukan bahan ajar irama Pado-pado diharapkan dapat bermanfaat dalam pelaksanaan pembelajaran musik berbasis kesenian tradisional. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan yang dirancang dalam penelitian ini yaitu dapat menjawab segala permasalan pada proses penelitan: a. Mendeskripsikan konsep bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh; b. Mendeskripsikan karakteristik bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh; c. Mendeskripsikan implementasi konsep bahan ajar irama Pado-pado dalam kegiatan belajar di SMKN 7 Padang

9 d. Mendeskripsikan hasil penerapan bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh di SMKN 7 Padang; 1.5 Signifikansi dan Manfaat Siginfikansi dari penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar irama Pado-pado pada alat musik Saluang Pauh di SMKN 7 Padang, sehingga akan didapat bahan ajar yang berfungsi sebagai perangkat pembelajaran dalam kegiatan praktik dengan tujuan tekstual dan kontekstual. Adapun hasil dari penulisan ini diharapkan memberi manfaat yang ditujukan: 1. Bagi peserta didik sebagai media berekspresi dan berapresiasi serta menumbuh kembangkan minat siswa terhadap kesenian tradisional Saluang Pauh. 2. Bagi pendidik sebagai bahan perbandingan dalam menentukan alternatif pembelajaran seni budaya yang lebih kreatif dan interaktif. 3. Bagi sekolah berguna sebagai parameter untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan dan pembaharuan pembelajaran seni dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. 4. Bagi peneliti sebagai bahan perenungan dalam upaya pengembangan dan pelestarian seni tradisional untuk kebutuhan bahan ajar dengan menggunakan potensi lokal dalam sebuah proses pembelajaran. 5. Bagi kesenian Saluang Pauh sebagai sarana untuk melestarikan dan mengembangkan kesenian tradisional secara kontekstual. 6. Bagi Program Studi Seni SPs Universitas Pendidikan Indonesia sebagai perbandingan dengan beberapa konsep penelitian pengembangan bahan ajar kesenian tradisional lainnya. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat serta sistematika penulisan laporan penelitian

10 Bab II: Landasan Teoretis Bab ini meliputi kajian-kajian pada penelitian yang relevan serta penggunaan teori-teori dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian Pustaka difokuskan kepada bahan ajar, bahan ajar musik, etnomusikologi, Saluang dan pengembangan bahan ajar Saluang Pauh. Bab III: Metode Penelitian Bab ini mengemukakan tentang prosedur penelitian pendidikan dan pengembangan (Educational Research and Development) dengan pendekatan eksperimen yang meliputi lokasi serta objek penelitian, instrument penelitian, proses pengembangan produk, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, pendekatan penelitian dan tahapan penelitian. Bab IV: Temuan dan Pembahasan Bab ini meliputi pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan. Bab V: Kesimpulan dan Rekomendasi Bab ini mengemukakan tentang penafsiran dan penemuan terhadap hasil analisis temuan penelitian dalam bentuk kesimpulan. Implikasi berupa rekomendasi yang dapat ditujukan kepada pengguna hasil penelitian dan juga untuk kepentingan penelitian berikutnya.