BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN KOLOM BETON BERTULANG MENGGUNAKAN GLASS FIBER JACKET DENGAN VARIASI TINGKAT PEMBEBANAN

BAB I PENDAHULUAN. penambahan dimensi dengan cara concrete jacketing. Namun perkuatan

BAB I PENDAHULUAN. beton yang demikian memerlukan perkuatan. FRP (Fiber Reinforced Polymer). FRP adalah jenis material yang ringan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kolom memegang peranan penting dari suatu bangunan karena memikul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB II DASAR-DASAR DESAIN BETON BERTULANG. Beton merupakan suatu material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI. silinde beton dapat digunakan rumus berikut: f c = (3.1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PERKUATAN KOLOM PENDEK BETON BERTULANG DENGAN FIBER GLASS JACKET PADA KONDISI KERUNTUHAN TARIK. Oleh: LISA CAROLINE NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan yaitu Studi Kekuatan Kolom Beton Menggunakan Baja Profil Siku

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Struktur Beton Bertulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

Kata Kunci : beton, baja tulangan, panjang lewatan, Sikadur -31 CF Normal

BAB I PENDAHULUAN. beban maka struktur secara keseluruhan akan runtuh. yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

KAJIAN KAPASITAS PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN TAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH) TERHADAP VARIASI BEBAN RUNTUH DENGAN METODE CONCRETE JACKETING

PENGARUH TEBAL SELIMUT BETON TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

TINJAUAN KUAT GESER KOMBINASI SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG U ATAU n DENGAN PEMASANGAN SECARA VERTIKAL PADA BALOK BETON SEDERHANA

PERBANDINGAN KUAT TARIK LENTUR BETON BERTULANG BALOK UTUH DENGAN BALOK YANG DIPERKUAT MENGGUNAKAN CHEMICAL ANCHOR

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR BETON BERTULANG II

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU LAMINASI DAN BALOK BETON BERTULANGAN BAJA PADA SIMPLE BEAM. Naskah Publikasi

DAFTAR NOTASI. Luas penampang tiang pancang (mm²). Luas tulangan tarik non prategang (mm²). Luas tulangan tekan non prategang (mm²).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fiber Glass Fiber glass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi untuk digunakan sebagai badan mobil dan badan kapal (http://id.wikipedia.org/wiki/kaca_serat). Setiap helai serat kaca yang terstruktur memiliki sifat kaku dan kuat dalam proses peregangan dan saat melalui proses kompresi atau pemberian tekanan di sepanjang sumbunya. Berikut adalah spesifikasi dari fiber glass (http://fcfibreglass.com/fiberglass-serat-kaca/). Tabel 2.1. Tabel Spesifikasi Fiber Glass Bahan Grafity Kekuatan Kekuatan Spesifik Regangan (MPa) Tekanan (MPa) Polyester resin (tidak diperkuat) 1,28 55 140 Polyester dengan laminasi Chopped Strand Mat 30% E-glass 1,4 100 150 Polyester dengan laminasi Woven Rovings 45% E-glass 1,6 250 150 Polyester dengan laminasi Satin Weave Cloth 55% E-glass 1,7 300 250 Polyester dengan laminasi Continous Rovings 70% E-glass 1,9 800 350 E-glass Epoxy Composite 1,99 1,770 (257 ksi) N/A S-glass Epoxy Composite 1,95 2,358 (342 ksi) N/A 6

7 2.2. Beton Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air yang membentuk suatu massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan adiktif ditambahkan untuk menghasilkan beton dengan karakteristik tertentu, seperti kemudahan pengerjaan (workability), durabilitas, dan waktu pengerasan (McCormac, 2000). Kekuatan, keawetan, dan sifat beton yang lain tergantung pada sifat-sifat bahan-bahan dasar, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan maupun cara pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan cara perawatan selama proses pengerasan (Tjokrodimuljo, 1992). Sesuai dengan tingkat mutu beton yang hendak dicapai, perbandingan campuran bahan susun harus ditentukan agar beton yang dihasilkan memberi: 1. kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton (penuangan, perataan, pemadatan) dengan mudah ke dalam acuan dan sekitar tulangan baja tanpa menimbulkan kemungkinan terjadinya segregasi atau pemisahan agregat dan bleeding air. 2. ketahanan terhadap kondisi lingkungan khusus (kedap air, korosif, dan lainlain). 3. memenuhi uji kuat yang akan dicapai. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing, temperatur, dan kondisi

8 perawatan pengerasannya. Nilai kuat beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, dan beton merupakan bahan bersifat getas. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaan sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik (Dipohusodo, 1994). Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Nilai kuat desak beton didapatkan melalui cara standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban desak bertingkat terhadap silinder benda uji yang berukuran tinggi 300 mm dan diameter 150 mm sampai hancur. Kuat desak masing-masing benda uji ditentukan oleh tegangan desak tertinggi (f c) pada saat regangan beton ± 0,002 yang dicapai benda uji pada umur 28 hari. Besar kecilnya penambahan kuat tekan beton dipengaruhi salah satunya oleh nilai faktor air semen (fas), dengan bertambahnya fas maka kuat tekan beton akan berkurang (Antono, 1993). 2.3. Kolom Kolom adalah batang vertikal dari rangka (frame) struktural yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi. Karena kolom merupakan komponen tekan, maka keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang

9 bersangkutan, dan juga runtuhnya batas lokal (ulitmate total collapse) seluruh struktur. Oleh karena itu, dalam merencanakan kolom perlu lebih waspada, yaitu dengan memberikan kekuatan cadangan yang lebih tinggi daripada yang dilakukan pada balok dan elemen struktur horizontal lainnya, terlebih lagi karena keruntuhan tekan tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas (Nawy, 1990). Selanjutnya, karena penggunaan di dalam praktek umumnya kolom tidak hanya melulu bertugas menahan beban aksial vertikal, definisi kolom diperluas dengan mencakup juga tugas menahan kombinasi beban aksial dan momen lentur. Atau dengan kata lain, kolom harus diperhitungkan untuk menyangga beban aksial tekan dengan eksentrisitas tertentu (Dipohusodo, 1994). Kolom beton murni dapat mendukung beban sangat kecil, tetapi kapasitas daya dukung bebannya akan meningkat cukup besar jika ditambahkan tulangan longitudinal. Pengikatan kekuatan yang lebih besar dapat dibuat dengan memberikan kekangan lateral pada tulangan longitudinal ini. Akibat beban tekan, kolom cenderung tidak hanya memendek dalam arah memanjang tetapi juga mengembang dalam arah lateral karena pengaruh efek Poisson. Kapasitas kolom semacam ini dapat meningkat tinggi dengan memberikan kekangan lateral dalam bentuk sengkang persegi dengan jarak yang berdekatan atau spiral yang membungkus sekeliling tulangan longitudinal (McCormac, 2000). Eksentrisitas beban dapat terjadi akibat timbulnya momen yang antara lain disebabkan oleh kekangan pada ujung-ujung kolom yang dicetak secara monolit dengan komponen lain, pemasangan yang kurang sempurna, ataupun penggunaan

10 mutu bahan yang tidak merata. Bahkan sering dijumpai kolom dalam bangunan gedung yang menopang balok sama besar sebelah-menyebelah dengan bentang sama, tetapi kolom menerima beban tidak sama berat dari kedua balok karena pola beban hidup yang berbeda. Maka sebagai tambahan faktor reduksi kekuatan untuk memperhitungkan eksentrisitas minimum, peraturan memberikan ketentuan bahwa kekuatan nominal kolom dengan pengikat sengkang direduksi 20% dan untuk kolom dengan pengikat spiral direduksi 15% (Dipohusodo, 1994). Seperti halnya balok, kekuatan kolom juga dievaluasi berdasarkan prinsipprinsip sebagai berikut (Nawy, 1990): 1. distribusi regangan pada tebal kolom bersifat linier 2. tidak ada slip antara beton dengan tulangan baja (berarti regangan pada baja sama dengan regangan pada beton yang membungkus tulangan baja) 3. regangan beton maksimum diijinkan pada keadaan gagal adalah 0,003 4. kekuatan tarik beton tidak digunakan dalam perhitungan Menurut Dipohusodo peraturan tidak memberikan definisi batas panjang maksimum kolom pendek, tetapi menetapkan digunakannya suatu proses evaluasi kelangsingan pada batas nilai rasio kelangsingan tertentu. Dengan demikian komponen struktur tekan digolongkan menjadi dua, yaitu komponen struktur kolom pendek dan langsing. Kolom pendek yaitu struktur kolom karena panjang atau tingginya sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan peninjauan terhadap efek tekuk lateral. Keruntuhan kolom yang demikian ditandai dengan kegagalan unsur bahannya, yaitu hancurnya beton pada peristiwa runtuh tekan atau luluhnya baja tulangan pada runtuh tarik. Kolom langsing yaitu kolom yang dimensi atau

11 ukuran penampang lintangnya kecil dibandingkan dengan tinggi bebasnya (tinggi yang tidak ditopang). Semakin langsing atau semakin panjang suatu kolom, kekuatan penampangnya akan berkurang, bersamaan dengan timbulnya masalah tekuk yang dihadapi. Keruntuhan kolom langsing lebih ditentukan oleh kegagalan tekuk (buckling) lateral daripada kuat lentur penampangnya. Beban aksial bekerja dalam arah sejajar sumbu memanjang dan titik kerjanya tidak harus di pusat berat kolom, berada di dalam penampang melintang atau pusat geometrik. Apabila beban aksial berimpit dengan sumbu memanjang kolom, berarti tanpa eksentrisitas, perhitungan teoritis menghasilkan tegangan tekan merata pada permukaan penampang lintangnya dapat disebut kolom dengan beban aksial tekan eksentrisitas kecil. Sedangkan untuk kondisi kolom dengan beban aksial tekan eksentrisitas besar, gaya aksial bekerja disuatu tempat berjarak e tertentu terhadap sumbu memanjang, kolom akan cenderung melentur seiring dengan timbulnya momen M = P(e). Sehingga tegangan tekan yang terjadi tidak merata pada seluruh permukaan penampang tetapi akan timbul lebih besar pada satu sisi terhadap sisi lainnya. Jarak e dinamakan eksentrisitas gaya terhadap sumbu kolom. Dengan perbedaan kondisi di atas, diperlukan pembatasan eksentrisitas minimum yang diperhitungkan (Dipohusodo, 1994). Menurut Wang dan Salmon (1990) untuk yang disebut sebagai kolom pendek ini, kekuatan dicapai apabila regangan dari serat beton ekstrim mencapai 0,003. Tergantung pada perbandingan dari Mn terhadap Pn, diagram regangan pada gambar 2.1. akan menunjukkan dua kategori yang khas. Kemungkinan terjadi:

12 1. tekan pada hampir semua penampang sedemikian hingga regangan tekan dalam beton mencapai 0,003 sebelum tulangan tarik meleleh, yang dikenal sebagai daerah tekan menentukan 2. tarik di sebagaian besar penampang sedemikian hingga regangan dalam tulangan tarik melampaui regangan leleh (εy = fy/ Es) ketika regangan tekan dalam beton mencapai 0,003 yang dikenal sebagai daerah di mana tarik menentukan 3. pemisah dari daerah tekan menetukan dan tarik menentukan adalah regangan berimbang di mana regangan beton 0,003 dan regangan leleh tulangan εy = fy/ Es dicapai secara bersamaan. Kapasitas penampang beton bertulang untuk menahan kombinasi beban tekan aksial dan momen lentur yang sesuai dengan lokasi sumbu netralnya, dapat digambarkan dalam bentuk suatu kurva interaksi antara kedua gaya dalam tersebut. Diagram interaksi dapat dibagi menjadi daerah keruntuhan tarik dan daerah keruntuhan tekan seperti pada gambar 2.2. (Nawy, 1990). Gambar 2.1. Diagram Regangan

13 Gambar 2.2. Diagram Interaksi Beban Aksial versus Momen Lentur (P M) (McCormac, 2000) 2.4. Perkuatan Kolom Dengan Fiberglass Jacket Yang Dibebani Eksentrik Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Mahendra (2013) diperoleh hasil bahwa pengujian kolom beton bertulang yang diberi lapisan fiber glass mampu meningkatkan kemampuan tekan aksial maksimum kolom untuk satu lapis, dua lapis, dan tiga lapis fiber glass secara berturut-turut sebesar 48,70%, 48,87%, dan 74,46% jika dibandingkan dengan kolom normal. Untuk pengujian modulus elastisitas, penambahan lapisan fiber glass mampu meningkatkan modulus elastisitas beton sebesar 6,54% untuk satu lapis, 8,93% untuk dua lapis, dan 22,36% untuk tiga lapis fiber glass. Kemudian besaran peningkatan untuk kuat tekan silinder beton untuk satu lapis, dua lapis, dan tiga lapis sebesar 14,61%, 30,80%, dan 47,82% jika dibandingkan dengan kolom normal.

14 2.5. Perkuatan Kolom Dengan Fiberglass Jacket Yang Dibebani Konsentrik Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh Nugroho (2013), kolom beton bertulang yang diberi lapis fiber glass mampu meningkatkan kemampuan kuat tekan kolom untuk satu lapis, dua lapis dan tiga lapis fiber glass secara berturutturut yaitu sebesar 13,76%, 24,54% dan 34,58%. Untuk pengujian modulus elastisitas penambahan lapis fiber glass mampu meningkatkan modulus elastisitas sebesar 5,31% untuk satu lapis fiber glass, 13,08% untuk dua lapis fiber glass dan 26,12% untuk 3 lapis fiber glass. 2.6. Perkuatan Kolom Bulat Beton Bertulang Dengan Lapis Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudarsana dan Sutapa (2007), menunjukkan bahwa GFRP dengan sambungan 100% dan 150% mengalami gagal geser pada sambungan sedangkan GFRP dengan sambungan 200% sampai dengan 300% gagal tarik (putus) di luar sambungan. Hasil pengujian menunjukkan perkuatan kolom bulat beton bertulang dengan metode jacketing/ wrapping dengan satu lapis GFRP mampu meningkatkan daya dukung aksial sebesar 11,86% sampai dengan 15,25% dan daktilitas aksial sebesar 12,41% sampai dengan 47,14%..