2016 PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN RESPONSIF

dokumen-dokumen yang mirip
Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009:199) adalah:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

PENDEKATAN KONSELING REALITA DALAM MENGUBAH KONSEP DIRI NEGATIF SISWA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

2015 POLA ASUH PANTI ASUHAN AL-FIEN DALAM PENANAMAN KEMANDIRIAN ANAK

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB IV. ANALISIS MOTIVASI BELAJAR SISWA MTs NURUL QOMAR KERGON PEKALONGAN DALAM KELUARGA BROKEN HOME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM PENDEKATAN PSIKOLOGI. Proposal Disertasi : Oleh H. Arifuddin

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. berguna kelak di kemudian hari.sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan yang

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

JURNAL. EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEHNIK BEHAVIORISTIK UNTUK MENGATASI SISWA TERISOLIR DI MTs. HASANUDDIN PARE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. broken home di SMP Al Amanah Bilingual, maka analisis tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

2015 UPAYA ORANG TUA DALAM MEMBANTU PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK PRASEKOLAH

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Bhayangkara Jaya

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

2015 KORELASI KONSEP DIRI DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PESERTA DIDIK MTS AT TAUFIQ BANDUNG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. individu, individu dengan kelompok, ataupun kelompok dengan kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dunia sosial remaja. Hubungan ini memunculkan emosi kuat, baik positif maupun

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama dan utama dalam pembentukkan kepribadian seorang anak. Sumaatmadja (1998, hlm.32) bahwa: Keluarga merupakan lembaga sosial yang dikenal dan menjadi wadah pertama serta utama dalam pembinaan anak menjadi makhluk sosial, keluarga mempunyai fungsi majemuk, selain keluarga wajib menjamin kesejahteraan materi para anggotanya, juga wajib menjamin kesejahteraan rohaninya. Sunarto & Agung Hartono (2008, hlm.130) menyatakan bahwa: Keluarga merupakan lingkungan tempat sosialisasi pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan pribadi dan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Kondisi keluarga yang harmonis sangat diperlukan untuk menciptakan pribadi yang baik pada anak. Dimana kondisi keluarga yang kondusif adalah kondisi keluarga yang mampu menciptakan rasa aman, nyaman tentram dan mampu memberikan kasih sayang diantara anggotanya. Kondisi keluarga sangat memberikan peranan penting dan pengaruh terhadap pembentukkan dasar kepribadian dan sikap/perilaku anak sehari-hari serta akan membentuk identitas pribadi seseorang. Perilaku yang akan dimunculkan oleh anak adalah sebagai gambaran perasaan anak terhadap kondisi keluarganya. Di dalam keluarga, anak dihadapkan pada tuntutan dan harapan orang tuanya untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab. Tetapi terkadang anak merasa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut, karena kondisi keluarga yang tidak nyaman atau kurang mendukung anak untuk menjadi individu yang mandiri sesuai yang diharapkan orang tuanya. Sehingga perlakuan dan suasana yang terjadi di dalam keluarga akan membentuk gambaran diri atau konsep diri pada anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. PROFIL KONSEP DIRI PESERTA DIDIK BROKEN HOME DAN IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN RESPONSIF 1

2 Konsep diri merupakan pandangan menyeluruh individu tentang totalitas dari diri sendiri mengenai karakteristik kepribadian, nilai-nilai kehidupan, prinsip kehidupan, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk dari segala pengalaman dan interaksinya dengan orang lain (Burns 1993, hlm. 50). Brooks (dalam Rakhmat, 2005, hlm.105) menyatakan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang bersifat psikologis, sosial, dan fisik. Setiap individu pasti memiliki konsep diri, individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki dorongan mandiri lebih baik, dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri, dapat memahami dan menerima sejumlah faktor yang sangat bermacammacam tentang dirinya sendiri, sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Namun individu yang memiliki konsep diri negatif, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mengenal diri baik dari segi kelebihan maupun kekurangannya atau sesuatu yang dia hargai dalam hidupnya. Menurut Baldwin & Holmes (dalam Calhoun &Acocella, 1995, hlm.77): Konsep diri merupakan ciptaan sosial, hasil belajar kita melalui hubungan kita dengan orang lain. Interaksi yang terjadi paling awal dan paling kuat adalah dengan orang tua kita dalam keluarga. Sehingga dari hasil interaksi dengan keluarga itulah yang akan membentuk konsep diri pada individu tersebut. Suasana yang tercipta dalam keluarga berperan penting dalam pembentukan dasar kepribadian, dan identitas pribadi seorang anak. Apabila suasana yang tercipta adalah suasana yang kondusif, maka memungkinkan membentuk konsep diri yang positif pada anak. Dan apabila suasana yang tercipta adalah suasana yang tidak kondusif, maka memungkinkan pula membentuk konsep diri yang negatif. Orang tua sebagai pendidik utama bagi seorang anak, memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan anak, tetapi tidak semua orang tua dapat menjalankan fungsinya sebagai bagian dari keluarga sehingga menjadi keluarga broken home. Definisi keluarga broken home menurut Gerungan (2009, hlm.199) adalah: Tidak adanya ayah dan ibu atau keduanya tidak ada, maka struktur keluarga sudah tidak utuh lagi. Juga apabila ayah dan ibunya jarang pulang ke rumah atau berbulan-bulan meninggalkan rumah karena tugas-tugas atau hal-hal lain, dan hal ini terjadi secara berulang maka struktur keluarga itupun tidak utuh lagi (broken).

3 Kondisi keluarga yang kurang baik biasanya terdapat pada keluarga yang mengalami banyak masalah permasalahan yang pada akhirnya akan mengakibatkan keluarga itu menjadi keluarga broken home, yaitu keretakan di dalam keluarga yang berarti rusaknya hubungan satu dengan yang lain diantara anggota keluarga tersebut (Pujosarwono, 1994 hlm 7). Suasana di dalam keluarga yang sudah tidak harmonis lagi menyebabkan ketidaknyamanan pada anak, anak akan merasa bahwa dirinya sudah tidak di sayang dan diperhatikan lagi oleh kedua orang tuanya, akibatnya anak akan merasa diacuhkan dan merasa bahwa suasana di rumah bukan suasana yang nyaman baginya. Selain itu, anak akan merasa malu dan minder terhadap orang di sekitarnya, menjadi gunjingan teman sekitar, proses belajarnya juga terganggu karena pikirannya tidak terkonsentrasi pada pelajaran. Permasalahan sosial yang dialami sesorang yang berasal dari keluarga broken home diantaranya anak cenderung menjadi apatis, menarik diri atau sebaliknya, memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya karena mereka merasa tidak sama seperti anak-anak lain yang berasal dari keluarga yang baik-baik saja, anak yang berasal dari lingkungan keluarga broken home juga senantiasa menunjukkan prilaku marah pada lingkungan, menjadi pembangkang dan pembuat masalah, serta berprilaku negatif di lingkungannya. Kondisi lingkungan keluarga broken home menjadi pemicu timbulnya pandangan negatif terhadap diri, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati (2010, hlm.73) yang menyatakan bahwa individu yang mengalami keluarga broken home akan terlihat dari karakteristik dirinya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, karakteristik individu yang mengalami keluarga broken home sebagai berikut: a) Kurang bersosialisasi; b) Kurang percaya diri: c) Memiliki Pandangan terhadap diri yang rendah atau memiliki konsep diri yang negatif; d) Kurang mandiri; e) Tidak suka melawan atau sebaliknya menjadi pembangkang atau sangat pemarah dan memberontak; f) memiliki perasaan bersalah dan cemas yang tinggi; dan g) lebih sering sakit. Selain itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan Arfitriani (2010) terhadap siswa SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa yang berasal dari keluarga broken home mengalami

4 permasalahan pada kepercayaan dirinya sehingga mereka memiliki konsep diri yang negatif. Terkait dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wati dan Arfitriani tersebut, terdapat pula pandangan yang selaras dari Fitts (Wirawan, 2011, hlm.20) dia mengatakan bahwa dimensi konsep diri negatif itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, hal ini terjadi apabila seorang anak merasa bahwa dia tidak mencintai dan tidak dicintai oleh keluarganya, ia juga merasa bahwa dia tidak bahagia berada di tengah-tengah keluarganya, dan lingkungan keluarga yang dirasa tidak mampu memberikannya rasa aman dan perlindungan serta tempat tumbuh kembang yang baik bagi kehidupan dirinya. Hasil observasi awal di lapangan pada sekolah MTs Negeri 5 Majalengka diketahui bahwa terdapat banyak siswa di sekolahnya yang berasal dari keluarga broken home yang cenderung menampilkan prilaku negatif di sekolah, memiliki konsep diri dan pandangan yang negatif terhadap diri. Adapun prilaku yang di tampilkan adalah seperti membolos, sering kesiangan, merokok di lingkungan sekolah, membangkang terhadap guru, selalu membuat masalah dengan teman di kelasnya dan menjadi provokator. Permasalahan peserta didik broken home perlu mendapat perhatian dari guru BK, sebagaimana fungsi Bimbingan dan Konseling yang bersifat kuratif, dimana fungsi Bimbingan dan Konseling juga memberikan layanan dalam menangani permasalahan pribadi sosial siswa, maka layanan responsive dirasa cocok untuk menangani kasus dan permasalahan konsep diri peserta didik broken home. Berdasarkan kaitan antara paparan diatas, maka dalam penelitian ini akan dikaji lebih mendalam mengenai Profil Konsep Diri Peserta Didik Broken home dan Implikasinya Bagi Layanan Responsif (Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri 5 Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017).

5 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian memfokuskan pada pengkajian tentang konsep diri peserta didik broken home. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini dituangkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Seperti apa gambaran profil konsep diri peserta didik broken home kelas VIII MTs Negeri 5 Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana Implikasi Layanan Responsif berdasarkan profil konsep diri peserta didik broken home kelas VIII MTs Negeri 5 Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk melakukan pengkajian mengenai profil konsep diri peserta didik broken home kelas VIII MTs Negeri 5 Majalengka. Adapun tujuan khususnya adalah untuk: 1. Gambaran profil Konsep Diri Peserta Didik Keluarga Broken home di MTs Negeri 5 Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Implikasi layanan responsif berdasarkan konsep diri peserta didik broken home kelas VIII MTs Negeri 5 Majalengka Tahun Ajaran 2016/2017. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru BK/Konselor di sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan dan rekomendasi dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk mengembangkan dimensi konsep diri positif peserta didik MTs/SMP sederajat. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam memperdalam pengetahuan mengenai profil konsep diri peserta didik keluarga broken home.

6 E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 bab, yang dijelaskan sebagai berikut: Bab I meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II meliputi konsep teori tentang konsep diri dan keluarga broken home. Bab III meliputi metode dan teknik penelitian. Bab IV meliputi deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V meliputi kesimpulan dan rekomendasi.