BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setempat menyebutnya dengan nama lain, di Aceh masyarakat mengenalnya

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Senyawa 1-(2,5-dihidroksifenil)-(3-piridin-2-il)-propenone

PERGERAKAN MAKANAN MELALUI SALURAN PENCERNAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

Sistem Pencernaan Manusia

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

ANTAGONIS KOLINERGIK. Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Materi 7 Pencernaan II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di berbagai daerah, seperti temu besar (bahasa Melayu), koneng gede (Sunda), dan

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

Gambar 1 urutan tingkat perkembangan divertikulum pernapasan dan esophagus melalui penyekatan usus sederhana depan

Proses fisiologis dan biokimiawi yang meregulasi proses persalinan

PENGARUH OKSITOSIN TERHADAP KONTRAKSI OTOT POLOS UTERUS. Risma Aprinda Kristanti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

Sistem Ekskresi Manusia

Usus Halus dan Struktur yang Berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

BAB I PENDAHULUAN. sistem organ dikarenakan hipersensitivitas terhadap makanan tertentu yang

Mekanisme Kerja Otot

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

Sistem Pencernaan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, banyak penelitan yang mengulas

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

I. PENDAHULUAN. produk yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Pertambahan berat badan yang. maupun kuantitasnya (Supratman dan Iwan, 2001).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

TINJAUAN PUSTAKA Temulawak

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

Sistem Saraf Tepi (perifer)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

Sel melakukan kontak dengan lingkungannya menggunakan permukaan sel, meliputi: 1. Membran plasma, yakni protein dan lipid 2. Molekul-molekul membran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

(G Protein-coupled receptor) sebagai target aksi obat

Tips kesehatan, berikut ini 7 makanan yang menurunkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh anda :

OBAT-OBAT PARASIMPATIS (PARASIMPATOMIMETIK) Dra.Suhatri.MS.Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Uji pelarut DMSO terhadap kontraksi otot polos uterus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA OTOT

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

PENCERNAAN MAKANAN. Sistem Pencernaan Mamalia :

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asing, morfologi tumbuhan dan khasiat tumbuhan. Sistematika tumbuhan pugun tanoh menurut Tjitrosoepomo (2001),adalah

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang Pteropus vampyrus merupakan kelelawar pemakan buah-buahan, yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan broiler dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu broiler modern

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penelitian efek antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dengan metode transit intestinal oleh Hardoyo (2005), membuktikan

Sel sebagai unit dasar kehidupan

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2015

ORGAN PENYUSUN SISTEM SARAF MANUSIA

Rongga Mulut. rongga-mulut

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Sistem Saraf pada Manusia

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat tradisional yang dapat dikembangkan secara luas. 1

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

Pencernaan dan Penyerapan Makanan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia dan termasuk salah satu jenis temu-temuan yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. Temulawak merupakan sumber bahan pangan, pewarna, bahan baku industri (seperti kosmetika), maupun dibuat makanan atau minuman segar. Temulawak telah dibudidayakan dan banyak ditanam di pekarangan atau tegalan, juga sering ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan padang alang-alang. Tanaman ini lebih produktif pada tempat terbuka yang terkena sinar matahari dan dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dalimartha,2007). 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Temulawak merupakan terna tahunan (perennial) yang tumbuh berumpun, berbatang basah yang merupakan batang semu yang terdiri atas gabungan beberapa pangkal daun yang terpadu. Tinggi tumbuhan temulawak sekitar 2 m. daun berbentuk memanjang sampai lanset, panjang daun 50-55 cm dan lebarnya sekitar 15 cm, warna daun hijau tua dengan garis coklat keunguan. Tiap tumbuhan mempunyai 2 helai daun. Tumbuhan temulawak mempunyai ukuran rimpang yang besar dan bercabang-cabang. Rimpang induk berbentuk bulat atau bulat telur dan disampingnya terbentuk 3-4 rimpang cabang yang memanjang. Warna kulit rimpang coklat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang kuning jingga atau jingga kecoklatan. Perbungaan lateral yang keluar dari rimpangnya, dalam rangkaian bentuk bulir dengan tangkai yang ramping. Bunga

mempunyai daun pelindung yang banyak dan berukuran besar, berbentuk bulat telur sungsang yang warnanya beraneka ragam (Wijayakusuma, 2007). 2.1.2 Sistematika Tumbuhan Dalam taksonomi tumbuhan Temulawak diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Ordo Familia Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma Spesies : Curcuma xanthorriza Roxb. (Wijayakusuma, 2007). 2.1.3 Kandungan Kimia Rimpang temulawak mengandung zat warna kuning ( kurkumin), desmetoksi kurkumin, glukosa, kalium oksalat, protein, serat, pati, minyak atsiri yang terdiri dari d-kamfer, siklo isoren, mirsen, p-toluil metilkarbinol, falandren, borneol, tumerol, xanthorrhizol, sineol, isofuranogermakren, zingiberen, zingeberol, turmeron, artmeron, sabinen, germakron, atlantone (Wijayakusuma,2007). 2.1.4 Khasiat Tumbuhan Temulawak mempunyai khasiat laktagoga, kolagoga, antiinflamasi, tonikum, dan diuretika. Minyak atsiri temulawak, juga berkhasiat fungistatik pada beberapa jenis jamur dan bakteriostatik pada mikroba Staphylococcus sp. Dan Salmonella sp. (Dalimartha,2007). Temulawak digunakan untuk mengobati hepatitis, radang hati, radang empedu, radang ginjal, batu empedu, kurang nafsu makan, diare, wasir, dan kolesterok tinggi. Ramuan temulawak yang dikonsumsi

secara teratur bisa menjaga kesehatan organ hati. Penelitian ilmiah yang telah dilakukan berbagai universitas membuktikan bahwa tumbuhan temulawak juga berkhasiat sebagai antistroke, agen antioksidan, penghambat osteoporosis, efek hipotermik, antiplasmodial, anti plak dan pertahanan gigi ( Sardi,D.Tanpa tahun). 2.2 Usus Halus Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi pencernaan, walaupun usus besar dapat menyerap sebagian kebil garam dan air. Usus halus adalah suatu saluran dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki) dengan diameter kecil 2,5 cm (1 inci). Usus ini berada dalam keadaan bergelung di dalam rongga abdomen dan terentang dari lambung sampai usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga segmen, yaitu duodenum 20 cm (8 inci) pertama, jejunum 2,5m (8 kaki), dan ileum 3,6 m (12 kaki) (sheerwod,2001). 2.2.1 Histologi usus halus Secara histologik, usus halus terdiri atas 5 lapisan melingkar, berupa lapisan otot (musculus) dan lapisan lendir (mukosa). Lapisan yang paling dalam (lapisan mukosa) sangat berperan pada proses penyerapan obat (Desissaguet,2003). Dari yang paling dalam ke yang paling luar lapisan-lapisan itu adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan sereosa (sheerwod, 2001). Mukosa usus halus, kecuali yang terletak pada bagian atas duodenum berbentuk lipatan-lipatan atau disebut juga valvula conniventes. Lipatan-lipatan inilah yang berfungsi sebagai permukaan penyerapan dan panuh dengan villi yang tingginya 0,75-1 mm dan selalu bergerak. Adanya villi ini labih memperluas permukaan mukosa penyerapan hingga 40-50 m 2 (Desissaguet, 2003).

Lapisan submucosa terdiri atas lapisan jaringan penghubung yang tebal dan mengandung saraf, pembuluh darah, dan kelenjar. Pleksus Meissner terdapat pada bagian ini. Muscularis externa merupakan penyangga kontraksi peristaltik maupun gerakan mencampur usus karena terdiri atas otot polos sirkular dan longitudinal, sedangkan adventitia terdiri atas jaringan penghubung dengan banyak pembuluh darah dan saraf (Nuryandani,2005). Gambar 1. Struktur saluran pencernaan (Nuryandani,2005). Fungsi utama usus halus adalah fungsi penyerapan dan fungsi pencernaan dan pengeluaran enzim. Sel-sel yang penyusun mukosa penyerap terdiri dari 2 jenis utama yaitu: 1. Sel yang berfungsi sebagai penyerap yaitu enterocyte Sel-sel tersebut berbentuk silinder, ramping, pilar-pilarnya tersusun seprti lempeng (kekakuannya seperti helai bulu sikat) 2. Sel yang berfungsi sebagai penghasil getah yaitu: Sel goblet menghasilkan mukus yang melindungi mukosa terhadap getah lambung, terhadap kerja enzim proteolitik. Sel enterochromaffine

menghasilkan serotonin yang berperan pada motilitas usus (Desissaguet, 2003). 2.2.2 Pergerakan usus halus Gerakan usus halus ditimbulkan oleh otot yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkuler) serta otot submukosa yang sangat kendor hingga memungkinkan terjadinya fenomena peluncuran dan pengkerutan dengan berbagai cara: 1. Gerakan segmentasi Merupakan serangkaian kontraksi yang tidak disebabkan oleh asam kimus, tetapi karena bercampur dengan getah cerna dan meningkatkan kontak dengan jonjot usus (villi intestinalis) dimana terjadi peningkatan penyerapan dan yang mendorong darah dan getah bening dari pembuluh darah usus menuju hati dan dada (thorax). 2. Gerakan peristaltik Gerakan peristaltiks terjadi akibat regangan usu karena adanya aksi volume makanan yang meningkat. Gerakan tersebut merupakan gelombang pengkerutan yang tiba-tiba dalam beberapa menit. Kadang-kadang terdapat pula gerakan anti-peristaltik yang terjadi karena sejumlah isi duodenum mengalir kembali kedalam lambung. 3. Gerakan penduler Gerakan penduler terjadi pada lengkungan usus, menghambur keseluruh dinding usus dan mencampus homogeny semua isi usus. Keseluruhan gerakan tersebut akan mengatur kecepatan perpindahan. Hal ini akan dipercepat bila terdapat makana dalam usus karena adanya rangsangan

mekanik peristaltik. Bila perpindahan berlangsung sangat cepat, maka penyerapan kembali zat aktif tertentu yang sukar larut atau yang diserap memalui transport aktif akan sangat berkurang. Bahan akan melewati daerah yang penyerapan nya optimal dan tidak diserap lagi dalam jumlah yang berarti. Waktu waktu dalam usus akan agak berbeda tergantung dari jenis makanan dan subjek yang diteliti. Perkiraan kinetik perpindahan (waktu tinggal) usus adalah pada saat di duodenum berlangsung selama 5-15 menit, jejunum selama 2-3,5 jam, dan pada saat di ileum berlangsung selama 3 6 jam disertai penyumbatan yang cukup lama sebelum memasuki usus besar (Desissaguet,2003). 2.2.3 Motilitas Usus Halus Motilitas usus halus merupakan perpaduan dari kontraksi, mioelektrik, tonus, dan pengangkutan. Kontraksi dapat berupa tonik maupun fasik ritmik yang mengakibatkan gerakan mencampur dan mendorong. Kedua jenis kontraksi tersebut memiliki perbedaan dalam fungsi motilitas, neurohumoral, sifat listrik, dan sensitivitas terhadap Ca 2+. Dua jenis tonus pada usus adalah neurogenik dan miogenik. Tonus neurogenik hasil dari kerja syaraf yang terus-menerus, sedangkan tonus miogenik ditimbulkan oleh sifat otot sendiri. Motilitas ini didukung oleh berbagai perangkat kontraksi seperti otot polos penyusun dinding usus halus, pleksus intrinsik, maupun sel Interstitial Cell of Cajal yang memiliki sifat elektrik, sebagai pacemaker dalam gelombang pelan (Nuryandani,2005). 2.3 Otot Polos Kontraksi usus halus dilaksanakan oleh otot polos visera yang memiliki karakteristik mampu berkontraksi secara spontan tanpa ada rangsangan dari luar (Goenarso, 2003).

Otot polos memiliki aktin dan myosin dengan perbandingan 16:1 dan tidak membentuk sarkomer. Kontraksi otot polos terjadi saat konsentrasi Ca2+ intrasel naik dan membentuk kompleks Ca2+ -Kalmodulin. Kompleks Ca2+ -kalmodulin mengubah dan mengaktifkan Miosin Light Chain Kinase (MLCK), enzim yang mengkatalis fosforilasi (menambahkan gugus fosfat) pada rantai ringan miosin. Filamen tebal miosin yang teraktivasi lalu menarik filament aktin. Protein miosin dari filamen tebal tersusun vertikal, sehingga sumbu panjangnya tegak lurus dengan sumbu panjang aktin. Dengan struktur ini, kepala myosin dapat membentuk cross bridge sepanjang filamen tipis. Otot polos pada usus halus merupakan unit tunggal dimana sekelompok otot polos saling berhubungan melalui gap junction. Ketika sejumlah kecil otot polos terstimulasi secara elektrik, kontraksi menyebar ke sel-se tetangga melalui gap junction, memungkinkan sel yang berbatasan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasi aktivitasnya. Otot polos dapat dirangsang oleh berbagai stimulus antara lain melalui saraf dan hormon (Nuryandani,2005). 2.4 Pleksus Intrinsik Pleksus intrinsik terdiri atas pleksus Aurbach s (berada diantara lapisan otot polos sirkular dan longitudinal di muscularis externa) dan Meissner (pada bagian submucosa). Kerja saraf ini dirangsang melalui depolarisasi akibat influx ion Na+. Pleksus ini mempengaruhi otot polos dengan mengeluarkan neurotransmitter melalui varicosity (Nuryandani,2005). Kontraksi otot usus dan sekresi asam serta enzim berada dibawah kendali otonom. Bagian enterik dari system saraf otonom terdiri dari pleksus berganglion dengan interkoneksi kompleks yang menpersarafi otot polos, mukosa, dan

pembuluh darah. Ganglion (parasimpatis) menerima serabut eksitasi ekstrinsik dari vagus dan serabut simpatis inhibisi. Transmitor-transmitor lain pada usus termasuk 5-hidroksitriptamin (5HT), adenosine trifosfat (ATP), nitrat oksida, dan neuropeptida Y (Neal,2006). 2.5 Reseptor kolinergik Ada berbagai reseptor kolinergik, yakni reseptor nikotinik, reseptor muskarinik dan berbagai subtipenya (Ganiswara S,2007). Reseptor nikotinik adalah saluran ion bergerbang ligan dan aktivitasnya selalu menyebabkan peningkatan yang cepat (dalam milidetik) dalam permeabilitas selular terhadap Na 2+ dan Ca 2+, depolarisasi, dan eksitasi. Sebaliknya reseptor muskarinik termasuk golongan reseptor yang dikopelkan dengan protein G. Respon terhadap agonis muskarinik lambat, respon tersebut dapat berupa pengeksitasian atau penghambatan, dan tidak selalu berkaitan dengan perubahan permeabilitas ion (Gilman,2007). 2.6 Reseptor muskarinik Berdasarkan spesifisitas farmakologis ada lima subtipe reseptor muskarinik (M 1 sampai M 2 ). Reseptor M 1 ditemukan diganglia dan di beberapa kelenjar sekresi, reseptor M 2 banyak terdapat di miokardium dan tampaknya juga ditemukan di otot polos, reseptor M 3 dan M 4 terletak diotot polos dan kelenjar sekresi. Fungsi dasar reseptor muskarinik diperantarai oleh interaksi dengan anggota kelompok protein G, sehingga perubahan fungsi molekul efektor terikatmembran yang berbeda diinduksi oleh protein G. Subtipe M 1, M 3 dan M 5 mengaktivasi protein G yang bertanggung jawab untuk stimulasi aktivitas

fosfolipase C, akibat langsungnya adalah hidrolisis fosfatidilinisitol polifospat (yang merupakan komponen membrane plasma) untuk membentuk inositol ppolifosfat. Beberapa isomer inofosfat (terutama inositol-1,4,5-trisfosfat) menyebabkan pelepasan Ca 2+ intraseluler dari penyimpannya di retikulum endoplasma. Dengan demikian reseptor ini memperantarai fenomena tergantung- Ca 2+ seperti kontraksi otot polos dan sekresi (Gilman,2007). 2.7 Antagonis muskarinik Penghambatan reseptor muskarinik atau anti muskarinik dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu (1) Alkaloid antimuskarinik, atropin dan skopolamin, (2) derivat semisintetisnya, (3) derivat sintetis. Atropin merupakan prototipe antimuskarinik, hambatan oleh atropin bersifat reversible dan dapat diatasi dengan pemberian asetilkolin dalam jumlah berlebihan. Atropin memblok asetilkolin endogen maupun eksogen, tetapi hambatannya jauh lebih kuat terhadap yang eksogen. Kepekaan reseptor muskarinik terhadap antimuskarinik berbeda antar organ. Pada dosis kecil atropin hanya menekan sekresi air liur, mukus bronkus dan keringat, pada dosis yang lebih besar baru terlihat dilatasi pupil ganguan akomodasi dan penghambatan nervus vagus sehingga terlihat takhikardia. Diperlukan dosis yang lebih besar untuk menghambat peristalsis usus dan sekresi kelenjar dilambung (Ganiswara, 2007).