II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) Unit Usaha Adolina PT Perkebunan Nusantara IV JUNITA HUTABARAT H

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT, BAHAN BAKAR DIESEL DAN PRODUK TURUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris dengan penduduk sekitar 210 juta jiwa

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

1.1 Latar Belakang Masalah

meningkatkan pembangunan ekonomi dan menyejahterakan masyarakat. dicerminkan dari adanya pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Gejolak moneter yang terjadi pada November 1997 dan mencapai Mminasi

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

I. PENDAHULUAN. keuangan setiap negara. Bank antara lain berperan sebagai tempat. penyimpanan dana, membantu pembiayaan dalam bentuk kredit, serta

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KELAPA SAWIT. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis kebijakan industri minyak sawit Indonesia: Orientasi ekspor dan domestik Edid Erdiman

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

VI. IDENTIFIKASI DAN ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terlihat dari rata-rata laju pertumbuhan luas areal kelapa sawit selama

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG AGRIBISNIS TAHUN ANGGARAN 2012

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Produksi CPO di Indonesia Menurut Martha Prasetyani dan Ermina Miranti, sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada 1967 Indonesia hanya memiliki areal perkebunan kelapa sawit seluas 105.808 hektar, pada 1997 telah membengkak menjadi 2,5 juta hektar. Pertumbuhan yang pesat terjadi pada kurun waktu 1990-1997, dimana terjadi penambahan luas areal tanam rata-rata 200.000 hektar setiap tahunnya, yang sebagian besar terjadi pada perkebunan swasta. Sejalan dengan peningkatan luas areal, produksi CPO Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produsen CPO terbesar adalah Sumatera Utara yang memberikan kontribusi lebih dari 4,5 juta ton CPO atau sekitar 50 persen dari total produksi CPO nasional. Sekitar 60 persen dari produk CPO Indonesia diekspor ke luar negeri, sementara sisanya diserap untuk konsumsi di dalam negeri. Untuk penggunaan lokal, industri minyak goreng merupakan penyerap CPO dominan, mencapai 29,6 persen dari total produksi, sedang sisanya dikonsumsi oleh industri oleokimia, sabun dan margarine atau shortening, saat ini terdapat sekitar 215 pabrik CPO di Indonesia. Menurut National Distribution Network, saat ini terdapat sekitar 80 perusahaan penyulingan minyak goreng sawit di Indonesia yang tersebar di 11 propinsi di Sumatera, Jawa dan Kalimantan dengan total kapasitas produksi 7,79 juta ton per tahun. Sebesar 62 persen diantaranya (4,8 juta ton) dikuasai oleh 7 Grup produsen yakni Hasil Karsa, Musirr Mas, Sinar Mas, Karya Prajona Nelayan, Raja Garuda Mas, dan Sungai Budi. Dimasa mendatang, konsumsi CPO di dalam negeri diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 5,6 juta ton. Penggunaan terbesar pada industri minyak goreng (51 persen), diikuti industri margarine dan shortening (37 persen), Oleochemical (8 persen), industri sabun mandi (3 persen) dan industri sabun cuci (1 persen). 13

2.2. Perkembangan Ekspor dan Impor CPO Indonesia Menurut Departemen Perdagangan volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia cenderung meningkat sejak 1999. Ekspor minyak sawit Indonesia ditujukan ke 123 negara. Volume ekspor terbesar ke India dengan kontribusi 28 persen (1,8 juta ton), diikuti Belanda 17 persen (1,1 juta ton), Cina 8 persen (483 ribu ton), dan Malaysia serta Singapura masing-masing sebesar 6 persen. Kelima negara ini secara bersama-sama menyerap sekitar 65 persen dari total ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan harga CPO di pasar internasional sangat berfluktuasi. Pada 1999 misalnya, harga CPO melonjak hingga US$ 700 per ton, namun kembali merosot tajam pada 2001 menjadi US$ 276 per ton. Sementara pada 2004, harga CPO cenderung meningkat dengan harga yang cukup menggairahkan, berkisar pada US$ 400 hingga US$ 550 per ton. Ini disebabkan menurunnya produksi minyak kedelai, tingginya tingkat permintaan dari Cina dan India, serta produksi minyak sawit Malaysia yang cenderung flat. Pada 2010, volume ekspor CPO Indonesia mencapai 4,5 juta ton, sedangkan ekspor turunan lainnya mencapai 5,6 juta ton sehingga proyeksi kebutuhan CPO untuk ekspor pada tahun 2010 adalah 10,1 juta ton. Untuk impor Indonesia tidak terlalu besar, impor CPO dilakukan jika terjadi kekurangan hasil produksi dalam negeri untuk dijual atau diekspor ke Negara lain. 2.3. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai formulasi strategi bisnis suatu perusahaan telah dilakukan oleh banyak peneliti di perusahaan yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi bisnis merupakan hal kristis dalam sebuah perusahaan, sehingga sangat penting untuk diteliti. Beberapa kajian penelitian tersebut akan diuraikan pada penjelasan di bawah ini. Menurut Prahastuti (2000) Sub sector perkebunan khususnya kelapa sawit mempunyai peranan yang strategis yaitu sebagai bahan baku industri minyak goring, sumber devisa Negara, penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan petani. Dengan menggunakan data deret waktu dari tahun 1982 hinggga 1998 dianalisis dengan model regresi Linier berganda. Data harga bulanan dari januari 14

1992 hingga juli 1998 digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara pasar CPO dan minyak goring sawit di Indonesia. Dimana luas areal penanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh harga CPO domestic, harga pupuk, harga ekspor CPO, dan tingkat suku bunga. Untuk produksi CPO dipengaruhi oleh harga CPO domestic dan luas areal kelapa sawit. Ekspor CPO sendiri dipengaruhi oleh harga CPO domestic, produksi CPO dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Konsumsi CPO oleh industri minyak goreng dipengaruhi oleh ekspor CPO, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, harga CPO domestik, dan penawaran CPO domestik. Keterkaitan antara harga CPO domestik dengan harga minyak goreng sawit di tingkat perdagangan besar maupun ecerannya menunjukkan keterkaitan yang erat antara kedua pasar. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan harga CPO domestik mempengaruhi pembentukan harga minyak goreng sawit di Indonesia. Leliana (1998) dan Arif Budiman (2007) sama-sama menggunakan analisisi SWOT. Leliana dalam penelitiannya dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan ekspor non migas terutama sektor pertanian khususnya subsektor pangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan, mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan kekuatan dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan ancaman dan menganalisis strategi yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan perusahaan. Arif Budiman dilatarbelakangi oleh adanya masuknya madu impor yang memiliki kualitas lebih baik dan beredarnya madu palsu yang disebabkan oleh produksi madu Indonesia belum mampu memenuhi permintaan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasikan strategi usaha yang sudah dilaksanakan perusahaan, mengidentifikasikan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang menjadi peluang dan ancaman, maupun kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan, merekomendasikan alternatif strategi yang paling sesuai bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Alat analisis yang digunakan kedua peneliti ini didasarkan pada pendekatan secara terstruktur, dengan menggunakan analisis IFE dan EFE serta analisis SWOT. Berdasarkan alat-alat analisis tersebut, Leliana menyimpulkan posisi dan kondisi bahwa perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada guna mengatasi kelemahan dan ancaman yang ada. Strategi 15

yang dapat dilakukan antara lain perusahaan berusaha meningkatkan kemampuan menghasilkan benih bermutu tinggi untuk tetap mempertahankan pelanggan dan menarik pelanggan baru, peningkatan volume pengadaan dan penyaluran untuk melayani permintaan yang meningkat melalui peningkatan target produksi, menjalankan prinsip pemasaran secara optimal dan adanya peningkatan pelayanan purna jual, serta melayani pasar utama dengan lebih intensif sebagai upaya peningkatan volume penjualan. Berdasarkan alat-alat analisis tersebut, Arif Budiman menyimpulkan posisi dan kondisi bahwa respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal tergolong sedang. Strategi yang dapat dilakukan antara lain perusahaan harus mulai melakukan riset pengembangan produk untuk menghasilkan produk turunan madu, memperbanyak jumlah pengecer dan kedai, melakukan survei lapang untuk mencari sumber lahan baru penghasil pakan lebah, melakukan pengujian produk secara berkala di laboratorium bekerjasama dengan perguruan tinggi maupun lembaga pemerintah, mulai melakukan promosi secara rutin, melakukan koneksi jaringan ke internet, dan melakukan penganggaran secara efektif dan mulai mencoba untuk melakukan pengajuan kredit kepada bank. Penelitian Yasmin Chairunisa Muchtar tentang prospek pengolahan kelapa sawit di propinsi sumatera utara menyimpulkan bahwa ketersediaan bahan baku (TBS) belum optimal untuk memenuhi kebutuhan dan kapasitas pabrik sehingga hal ini berdampak pada hari kerja, industri pengolahan kelapa sawit yang diteliti memiliki beragam jenis, alur dan jaringan produk yang dihasilkan dari bahan baku (TBS) yaitu CPO dan Kernel yang merupakan hasil utama, cangkang, tandan kosong serta sludge merupakan hasil sampingan, proses pengolahan pada industr pengolahan kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap nilai tambah produk, rendemen, pendapatan usaha, tingkat keuntungan pengolahan dan kesempatan kerja, dan yang terakhir dalam proses pengolahan kelapa sawit ditemukan adanya masalah yaitu belum optimalnya ketersediaan bahan baku (TBS) di daerah penelitian sehingga berdampak pada prospek pengolahan kelapa sawit. Penelitian Pasaribu (2002) tentang Strategi Pengembangan Bisnis Minyak Kelapa Sawit (CPO), studi kasus di PT Socfindo, Sumatera Utara menyimpulkan bahwa PT Socfindo berada pada sel II dimana kekuatan dari perusahaan ini adalah 16

produk CPO yang dihasilkan berkualitas tinggi, kelemahannya dalah luas areal perkebunan yang dimiliki tergolong kecil. Peluang utama perusahan adalah produk turunan kelapa sawit menghasilkan nilai tambah yang tinggi, dan ancaman utamanya adalah adanya pencurian buah sawit. Strategi yang dapat dikembangkan oleh perusahaan adalah strategi intensif berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar dan produk. Berdasarkan hasil analisa QSPM strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan adalah strategi ketiga yaitu memperluas areal perkebunan kelapa sawit dan memberikan nilai tambah kepada produk hilir kelapa sawit. Tabel 8 Penelitian-Penelitian Terdahulu Nama Judul Metode Hasil Pasaribu (2002) Kurniawan (2004) Strategi Pengembangan Bisnis Minyak Kelapa Sawit (CPO), studi kasus di PT Socfindo, Sumatera Utara Strategi Pengembangan Bisnis Kelapa Sawit Studi Kasus pada PTPN VIII, Propinsi Banten Analisis SWOT, matriks EFE, IFE dan QSPM Analisis SWOT, matriks EFE, IFE dan QSPM Berdasarkan hasil analisa QSPM strategi terbaik yang dapat dijalankan perusahaan adalah strategi ketiga yaitu memperluas areal perkebunan kelapa sawit dan memberikan nilai tambah kepada produk hilir kelapa sawit. Berdasarkan analisa SWOT strategi terbaik yang dilakukan perusahaan ialah dengan melakukukan peningkatan produksi. 17