ejournal Administrative Reform, 2017, 5 (2): 480-489 ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id Copyright 2017 STUDI TENTANG ANALISIS JABATAN DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR Kartini 1, Masjaya 2, Hartutiningsih 3 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan dan menganalisis penerapan analisis jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur beserta faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian termasuk jenis diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penarikan kesimpulan penelitian berasal dari data yang diolah dengan menggunakan analisis data model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil dari analisis jabatan belum sepenuhnya diterapkan dalam pengangkatan dan penempatan pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur. Pada syarat jabatan pendidikan dan pangkat/golongan, telah terpenuhi dengan baik, namun syarat jabatan pada aspek legalitas pendidikan dan pelatihan belum seluruhnya terpenuhi dalam pengangkatan pegawai dalam jabatan struktural di Sekretariat Daerah Kutai Timur. Kata Kunci: Analisis Jabatan, Uraian dan Syarat Jabatan, Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur Abstract The purpose of this study is to describe and analyze the implementation of job analysis in the Secretariat of Kutai Timur Regency together with supporting and inhibiting factors. The study included the type of descriptive qualitative approach. Drawing conclusions derived from the research data that is processed by using data analysis interactive model. Based on the results of this study concluded that the results of job analysis has not been fully implemented in the appointment and deployment of staff in the Secretariat of the Kutai Timur Regency. In terms of office of education and rank / class, have been met, but the terms of office on the legality of education and training have not been fully met in the appointment of employees in the structural position in East Kutai Regional Secretariat. Keywords: Job Analysis, Job Description and Requirements, Secretariat of Kutai Timur Regency Pendahuluan Dengan diterapkannya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) diharapkan dapat membawa perubahan dalam manajemen kepegawaian serta pengembangan kapasitas pegawai di Indonesia yang 1 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL - Samarinda 2 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL - Samarinda 3 Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL - Samarinda
Studi Tentang Analisis Jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten. (Kartini) berdampak pada kinerja pegawai ASN yang nantinya akan diukur setiap tahun secara individual dan sistem penggajian yang berdasar pada beban kerja yang diberikan. Alasan lain pembuatan UU ASN ini juga karena di era sekarang kebanyakan birokrasi lebih mengabdi pada kepentingan politik yang sedang berkuasa, bukan untuk melayani kepentingan publik. Padahal pada hakekatnya birokrasi merupakan abdi negara yang memenuhi dan melayani kepentingan publik. Menurut Eko Prasojo, UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen SDM. Pertama, perubahan dari pendekatan personel administrasi yang hanya berupa pencatatan administratif kepegawaian kepada human resource management yang menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola, dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed career system yang sangat berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open career system yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan. Hal ini menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah profesi yang harus memiliki standar pelayanan profesi, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan dan pengembangan profesi, serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-nilai dasar profesi. Profesi ASN/pegawai ini juga akan terdiri dari profesi-profesi spesifik yang lazimnya dikenal sebagai jabatan fungsional seperti dosen, guru, auditor, perencana, dan analis kebijakan. Untuk itu maka penempatan kerja pegawai secara professional sepatutnya dilakukan, dalam artinya setiap aparatur dalam menjalankan tugas memililki profesionalitas yang sesuai dengan jenis dan beban kerjanya yang ditetapkan melalui proses analisis jabatan. Pada dasarnya analisis jabatan menjelaskan suatu prosedur analisis jabatan yaitu meliputi tahap persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan diskusi hasil pengolahan. Proses tersebut memiliki beberapa prinsip, yaitu meliputi : a). dapat memberikan semua fakta yang penting, b). dapat memberikan informasi atau fakta untuk banyak tujuan, c). sering ditinjau kembali, d). dapat memberikan informasi yang tepat, lengkap dan dapat dipercaya. Pelaksanaan analisis jabatan juga dilaksanakan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur. Namun hasil observasi penulis menunjukkan bahwa belum sepenuhnya pegawai yang menjabat dalam struktur Sekretariat Daerah memiliki kemampuan dalam menyelesaian tugas dan fungsinya dengan baik. Fenomena tersebut didasarkan hasil pengamatan penulis terhadap beberapa pegawai yang ditempatkan pada jabatan tertentu, yang menunjukkan indikasi lemahnya kepemimpinan, kurang optimalnya hasil kerja dan tanggungjawab dalam penyelesaian tugas dan pokok masih lemah. Penataan kepegawaian yang demikian akan menyebabkan pegawai kesulitan dalam mengembangkan bakat dan profesinya sehingga akan berdampak pada kinerja organisasi sekretariat daerah Kabupaten Kutai Timur dan lemahnya kaderisasi kepemimpinan birokrasi di daerah, namun juga menyebabkan suatu kondisi yang tidak pasti bagi pengembangan karir pegawai juga, padahal 481
ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 2, 2017: 480-489 organisasi Sekretariat Daerah Kutai Timur merupakan sebagai salah satu organisasi pemerintah daerah yang memiliki posisi strategis dalam proses pemerintahan di daerah. yaitu: 1) Pengkoordinasian Perumusan Kebijakan Pemerintah Daerah. 2) Penyelenggara Administrasi Pemerintahan 3) Pengelola sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana pemerintah daerah. 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bahkan dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kutai Timur Nomor 2 Tahun 2013 bahwa Penyusunan Organisasi Sekretariat Daerah dilakukan dalam rangka penguatan pelaksanaan pemerintahan yang efektif dan efisien berdasarkan semangat otonomi daerah. Untuk itu maka pelaksanaan analisis jabatan tentunya akan sangat berguna bagi organisasi Sekretariat Daerah Kutai Timur dalam memberi informasi tentang jabatan, persyaratan jabatan dan rekrutmen pegawai dalam menduduki jabatan tersebut sesuai dengan kompetensi jabatan sebagai persyaratan jabatan. Kerangka Teori Konsep Analisis Jabatan Dalam pembahasan tentang analisis jabatan lebih ditekankan kepada peran personalia, karena bidang ini khusus menangani semua pegawai, baik dari segi pembinaan maupun pengembangan. Keefektifan bidang tersebut untuk menghasilan pegawai yang produktif tergantung pada tingkat kemampuan didalam memainkan perannya sebagai manajemen personalia. Dengan kata lain, bila manajemen personalia mampu menganalisa tugas-tugas pegawai secara objektif maka kecenderungan untuk meningkatkan efektivitas kerja pegawai relatif lebih baik. Sebenarnya kajian analisa jabatan tidak perlu diragukan lagi hampir semua organisasi, baik organisasi publik maupun swasta dalam rangka untuk mendapatkan keluaran yang lebih baik, telah menggunakan metode tersebut. Karena secara teoritis konsep analisa jabatan (job description) bukan saja membedakan duplikasi tugas di antara berbagai jabatan, tetapi juga mempermudah penyusunan struktur organisasi (Manullang, 1999 : 31). Dalam penerapan analisis jabatan bagi organisasi pemerintah mengacu pada Peraturan Kepala BKN Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan maka dalam hak ini mencakup berbagai uraian jabatan dan secara jelas menerangkan jenis dan kualifikasi pegawai sekaligus syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menduduki suatu jabatan menurut Peraturan Kepala BKN Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Keterampilan kerja, yaitu tingkat kecakapan kerja yang dimiliki. 2. Pengetahuan kerja 482
Studi Tentang Analisis Jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten. (Kartini) 3. Pendidikan formal 4. Pelatihan kursus 5. Bakat kerja, yaitu potensi kemampuan relevan dengan jabatan. 6. Temperamen kerja, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan sifat jabatan. 7. Minat kerja, yaitu kecenderungan terserap dalam suatu pengalaman yang relevan dengan jabatan. Seperti yang telah dikemukakan, persyaratan jabatan menitik beratkan pada syarat- syarat perseorangan yang diperlukan untuk mencapai hasil kerja yang lebih baik. Persyaratan jabatan terutama dipergunakan sebagai dasar untuk penarikan tenaga kerja, penempatan, pemindahan, dan promosi. Menurut Peraturan Kepala BKN Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan, persyaratan jabatan merupakan hasil analisis jabatan dan gambaran jabatan. Persyaratan jabatan juga memberikan ikhtisar mengenai syaratsyarat kerja khusus dari suatu unsure jabatan (task, menunjukkan garis-garis promosi kepada dan dari jabatan itu, dan mencatat semua syarat lainnya yang penting untuk mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan untuk jabatan itu. Tujuan dan Manfaat Analisis Jabatan Analisis jabatan adalah untuk memperoleh mutu pekerja yang lebih baik. Karena cara ini dengan mudah untuk mengidentifikasikan antara kebutuhan organisasi dengan kemampuan pekerja. Apabila hal tersebut sudah memenuhi kriteria organisasi maka pengembangannya akan lebih mudah, bahkan dapat menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik. Sedangkan manfaat dilakukannya analisis jabatan menurut Komaruddin, (1995 : 10-11) sebagai berikut : 1. Analisis jabatan akan menentukan klasifikasi pekerjaan yang direncakan dan dilaksanakan, Perencanaan klasifikasi pekerjaan dianggap penting sebab bilamana penggolongan pekerjaan tidak dilakukan, maka setiap pekerjaan (jabatan) perlu dinilai sendiri. 2. Analisis jabatan akan membantu untuk mengukur memperkirakan, dan menen-tukan tingkat balas jasa analisis jabatan membantu menilai jabatan sehingga manajemen dapat membandingkan nilai suatu jabatan dengan nilai jabatan lainnya. 3. Analisis jabatan banyak bantuannya dalam penempatan perlengkapan yang dibutuhkan. Dari pendapat di atas dapat disimpulan, bahwa manfaat analisis jabatan adalah dapat menentukan klasifiksi pekerjaan mana yang perlu mendapat skala prioritas untuk dilakukan, dan analisis jabatan juga dapat membantu membuat prakiraan manajeman dalam tingkat balas jasa, serta dapat menentukan penempatkan perlengkapan yang dibutuhkan. Dengan analisa jabatan dapat mendorong ke arah motivasi kerja yang lebih baik, tanpa menimbulkan kecurigaan di antara pegawai, karena masing-masing pegawai mengerti apa yang harus dikerjakan dan kepada siapa ia bertanggung jawab. Jadi pegawai dengan 483
ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 2, 2017: 480-489 jelas mengetahui pekerjaan yang harus diselesaikan, tanpa menunggu komando dari atasan. Kondisi yang demikian dapat menghilangkan kecemburuan diantara para pegawai, karena masing-masing pegawai mempunyai uraian pekerjaan atau batasan tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. Metode Penelitian Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode deskriptif, yaitu menggambarkan tentang data dan fakta mengenai objek penelitian maka analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Matthew B. Milles dan A. Michael Huberman dan Johnny Saldana (2014) menjelaskan bahwa di dalam analisis data kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu: Data Condensation, Data Display, dan Conclusion Drawing/Verifications. Hasil Penelitian Analisis jabatan merupakan salah satu fungsi manajemen kepegawaian yang dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk menganalisis pekerjaan, apakah ada keselarasan antara bidang keahlian, keterampilan, kemampuan, dan kecakapan dengan jenis dan beban kerja yang akan dilakukan. Apabila analisis jabatan diterapkan secara tepat dan benar maka akan mendorong setiap bagian dari organisasi berfungsi secara optimal karena didukung dengan personalia yang memiliki kapasistas dan kapabilitas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Kesesuaian antara Kapasitas Pegawai dengan Beban Kerja Salah satu persyaratan untuk menduduki jabatan bagi pegawai negeri sipil di Sekretariat Daerah Kutai Timur terntunya harus mempertimbangkan tingkat pendidikan, bahkan latar belakang bidang pemerintahan atau disiplin ilmu yang dimiliki tersebut relevan atau tidak dengan jabatan yang akan diduduki. Pertimbangan untuk memperhatikan tingkat pendidikan sangat beralasan dijadikan sebagai persyaratan yang menentukan layak atau tidaknya pegawai untuk menduduki jabatan karena pertimbangan yang salah akan fatal atau membawa konsekuensi terhadap hasil kerja yang kurang efektif. Selain itu sudah selayaknya pegawai yang akan menduduki jabatan memiliki tanggung jawab yang tinggi maka alangkah baiknya jika pegawai tersebut didukung dengan tingkat pendidikan yang sesuai dengan jabatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan jabatan pada aspek pendidikan telah diterapkan dalam penempatan pegawai dalam jabatan. Semua pegawai yang menjabat di setiap jabatan di Sekretariat Daerah Kutai Timur seluruhnya telah sesuai dengan persyaratan pendidikan minimal yang telah ditetapkan dalam analisis jabatan. Dengan hasil penelitian pada sub fokus ini dapat dikatakan bahwa telah ada kesesuaian antara kapasitas pegawai dengan beban kerja di Sekretariat Daerah Kutai Timur 484
Studi Tentang Analisis Jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten. (Kartini) Pentingnya identifikasi kebutuhan persyaratan jabatan pada aspek pendidikan dalam analisis jabatan. Sebagaimana yang dikemukakan Tulus (1999 : 50) bahwa kurang tepatnya dalam menentukan mengidentifikasi persyaratan jabatan dengan tingkat pendidikan, akan menimbulkan ketidak mampuan dalam menjalankan tugas, bahkan dampak lain adalah membawa konsekuensi terhadap hasil kerja yang kurang optimal. Dengan adanya kesesuaian antara pendidikan dengan beban tugas yang telah dijabarkan dalam jabatan (job description) ini senyatanya penempatan pegawai dalam jabatan struktural di Setda Kabupaten Kutai Timur telah sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya sebagian besar pegawai yang menduduki jabatan sesuai dengan persyaratan pendidikan bahwa melampaui beberapa pegawai telah melampaui persyaratan pendidikan. Namun demikian persyaratan jenjang pendidikan minimal sebagai hasil dari analisis jabatan masih bersifat umum, karena hanya menjelaskan jenjang pendidikan. Padahal untuk jenjang pendidikan tingkat kesarjanaan atau pasca sarjana telah mengerucut pada bidang studi tertentu. Misalnya sarjana pertanian, kehutanan, sospol, ekonomi, hukum dan sebagainya. Dengan fakta tersebut, dapat saja seseorang lulusan sarjana sospol misalnya menjabat bidang ekonomi, atau sebaliknya pegawai dengan gelar sarjana kehutanan menjadi menjadi pada bidang umum, dan sebagainya. Untuk itu maka untuk kedepannya, tim dari BKD Kabupaten Kutai Timur perlu mempertimbangkan persyaratan jabatan pada aspek pendidikan dengan lebih mendetail, misalnya untuk ruang lingkup jabatan bidang administrasi dipersyaratkan dijabat oleh pegawai yang berlatar pendidikan sarjana administrasi atau pemerintahan. Kesesuaian antara Pendidikan dan Pelatihan dengan Jenis Pekerjaan Keterampilan dan keahlian pegawai merupakan salah satu pertimbangan untuk menentukan tempat atau posisi mana pegawai tersebut akan ditempatkan. Scara ideal dalam penempatan pegawai harus dipertimbangkan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya, kemudian ditentukan pada posisi mana ia akan ditempatkan. Jika terjadi ketidakselarasan justru akan menurunkan semangat kerja pegawai untuk berprestasi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli bahwa pegawai yang memiliki legalitas pelatihan cenderung akan memiliki hasil kerja yang lebih baik. Memang ada perubahan atau perbedaan yang berarti bagi pegawai yang sudah memiliki legalitas pelatihan bila dibandingkan sebelum memiliki legalitas diklat karena cenderung hasil kerjanya lebih baik. Hasil penelitian, dalam hal penempatan pegawai di lingkungan kerja Sekretariat Daerah Kutai Timur dilihat dari keterampilan dan keahlian ternyata belum semuanya PNS yang menduduki jabatan yang ada dalam struktur memiliki legalitas diklat yang dipersyaratkan. Hasil penelitian menunjukkan masih ada 7 jabatan dalam organisasi Setda Kutai Timur diduduki oleh pegawai yang belum mengikuti Diklat PIM, yaitu Kepala Sub Bagian Kerja Sama dan Tugas 485
ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 2, 2017: 480-489 Perbantuan, Kepala Sub Bagian Umum dan Telkomda, Kepala Sub Bagian Ketatalaksanaan, Kepala Sub Bagian Pengelolaan Aset, Kepala Sub Bina Pemuda dan Olah Raga, Kepala Sub Pengembangan Sumber Daya Manusia, Ketenagakerjaan, Penanggulangan Bencana dan Rehabilitasi Sosial Masyarakat. Meskipun belum seluruhnya jabatan ditempati oleh pejabat yang memiliki persyaratan minimal secara implementatif masih tergolong cukup baik karena sebagai besar penempatan pegawai sesuai dengan kualifikasi diklat bahkan beberapa pejabat telah memiliki legalitas diklat yang melebih persyaratan minimal sebagaimana hasil analisis jabatan yang telah dilakukan oleh BKD Kutai Timur. Faktor keterampilan dan keahlian yang diperoleh melalui diklat walaupun sebagai salah satu persyaratan dalam jabatan, bukan berarti pegawai yang memiliki legalitas pelatihan secara otomatis akan mendapatkan jabatan. Faktor keterampilan dan keahlian pegawai dapat dijadikan pertimbangan bilamana formasi memungkinkan yang bersangkutan untuk diangkat dalam jabatan. Nampaknya penerapan persyaratan jabatan yang didukung dengan keterampilan dan keahlian ternyata hal tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Padahal seperti dikemukakan oleh Manulang (1999) bahwa penempatan pegawai yang sesuai dengan bidang keahlian cenderung hasil kerjanya akan lebih baik. Kesesuaian antara Kompetensi dengan Kualitas Pekerjaan Sebagai parameter untuk mengukur ketepatan seseorang untuk menduduki jabatan harus mempertimbangan atas kapasitas dan kompetensi yang bersangkutan dengan pekerjaan yang dibutuhkan. Ketidakseimbangan dalam memberikan pekerjaan justru akan terjadinya distorsi pekerjaan dan pada akhirnya hasil kerja yang dicapai kurang optimal. Salah satu alat untuk membuat analisis kebutuhan pegawai negeri sipil adalah adanya uraian jabatan (job description) yang tersusun rapi. Dengan uraian jabatan tersebut maka dapatlah diketahui jenis jabatan, ruang lingkup tugas yang akan dilaksanakan, sifat pekerjaan, syaratsyarat pejabat, dan dapat pula diketahui perkiraan kapasitas pegawai dalam jangka waktu tertentu. Uraian jabatan secara lebih rinci menguraikan pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pegawai sebelum dibuatkan analisis pekerjaannya. Dalam job description sudah harus dimuat pula tentang persyaratkan yang diperlukan untuk dapat melakukan pekerjaan tersebut. Dengan adanya uraian jabatan yang jelas maka pegawai akan mengetahui tugas dan tanggung jawabnya serta kewenangannya. Jika manajemen memahami dan mengetahui hal tersebut maka kinerja dapat direalisasikan. Sebagai tolok ukur tentang analisis jabatan di tinjau dari aspek uraian jabatan maka hal tersebut dapat dilihat melalui dua sudut pandang yaitu kesesuaian antara bidang pekerjaan dengan latar belakang pemerintahan dan kesesuaian antara jenis pekerjaan dengan keterampilan dan keahlian pegawai. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis jabatan di Setda Kutai Timur belum diterapkan sepenuhnya dalam pengangkatan pegawai dalam jabatan. 486
Studi Tentang Analisis Jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten. (Kartini) Untuk pesyaratan pada aspek pangkat/golongan dan aspek pendidikan, seluruh pejabat telah memenuhi persyaratan jabatan. Namun kurang optimalnya penerapan analisis jabatan terindikasi dari belum semua pegawai yang menduduki jabatan memiliki legalitas diklat yang dipersyaratkan. Dengan hasil penelitian ini seluruh proses analisis jabatan termasuk cukup baik. Karena sebagian besar pegawai yang diangkat dalam jabatan telah memenuhi persyaratan jabatan, Pentingnya penerapan analisis secara tepat agar pegawai tersebut dapat didayagunakan untuk menghasilkan keluaran yang lebih besar. Karena itu penempatan yang tepat bagi pegawai merupakan kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan. Maka dari itu analisis jabatan sangat penting, baik arti dan peranannya dalam menempatkan para pegawai agar benar-benar sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman, ketrampilan atau keahlian yang dimilikinya (Siagian, 1999 : 80). Dengan demikian cukup beralasan jika analisis jabatan lebih mempertimbangkan keserasian dalam pengangkatan dalam jabatan dengan tingkat Pendidikan. Ketidak seimbangan antara dua hal tersebut justru akan mempengaruhi hasil kerja pegawai. Secara ideal, perlu ada keseimbangan antara kemampuan pegawai dengan jenis pekerjaan jika terjadi ketidak seimbangan justru akan menimbulkan masalah, yaitu selain hasil pekerjaannya kurang efektif juga akan terjadinya inefisiensi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penempatan kerja pegawai di Sekretariat Daerah Kutai Timur meskipun belum diterapkan secara totalitas pada semua pegawai tetapi sebagian besar sudah memenuhi kualifikasi yang ditentukan. Dengan demikian penempatan pegawai ditinjau dari aspek uraian pekerjaan telah menunjukkan indikasi cukup baik. Sebagian besar pegawai dalam memikul tanggung jawab telah disesuaikan dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki, sehingga jarang terjadinya distorsi pekerjaan. Hal tersebut terindikasi oleh kesesuaian antara kapasitas pegawai dengan beban kerja, kesesuaian antara keterampilan & keahlian dengan jenis pekerjaan, dan kesesuain kompetensi pegawai dengan kualitas pekerjaan dan kesemuanya itu akan merefleksi pada hasil kerja/prestasi kerja. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dari Identifikasi terhadap faktor yang mendukung, penulis menemukan bahwa berjalannya pelaksanaan analisis jabatan pada organisasi Sekretariat Daerah Kutai Timur didukung peraturan perundang-undangan mengenai pemerintahan di daerah sehingga daerah dapat memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya dalam usaha penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan umum. Tanpa adanya dasar hukum tersebut maka desentralisasi dan otonomi daerah termasuk di dalamnya manajemen kepegawaian daerah tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah Kutai Timur. 487
ejournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 2, 2017: 480-489 Selain itu faktor pendukung lainnya adalah adanya usaha dari Badan Kepegawaian Daerah Kutai Timur agar hasil analisis jabatan disetiap organisasi di lingkungan pemerintah daerah Kutai Timur. Hasil analisis jabatan dari BKD juga menjadi rujukan bagi penempatan PNS termasuk di Sekretariat Daerah dalam mengisi kekosongan jabatan pada struktur organisasi Sekretariat Daerah. Pelaksanaan analisis jabatan di Sekretariat Daerah Kutai Timur juga terlaksana dengan adanya komitmen Pimpinan Setda Kutai Timur. Komitmen pimpinan merupakan faktor yang cukup menentukan terlaksananya berbagai kebijakan kepegawaian, termasuk dalam penerapan analisis jabatan. Pimpinan mendorong agar penempatan pegawai sesuai dengan persyaratan jabatan yang telah ditetapkan oleh BKD. Sementara itu, faktor penghambat yang terindikasi masih menjadi persoalan dalam penerapan analisis jabatan di Setda Kutai Timur adalah belum jelasnya penerapan UU ASN. Penerapan UU ASN yang secara bertahap pada lembaga pemerintah, menyebabkan sebagian dari proses analisis jabatan masih menggunakan peraturan yang lama yaitu Peraturan Kepala BKN Nomor 12 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Analisis Jabatan. Temuan penelitian lainnya adalah masih rendahnya minat pegawai dalam mengikuti diklat pegawai (PIM) sehingga seringkali karena kekurangan PNS yang memenuhi persyaratan Diklat, maka pihak lembaga dan BKD mengabaikan persyaratan legalitas diklat tersebut. Sedangkan temuan penulis dari faktor penghambat dalam pelaksanaan analisis adalah kurangnya pengetahuan Pegawai tentang Analisis Jabatan. Para pegawai Setda Kutai Timur cenderung mengacuhkan pentingnya analisis jabatan yang akan pegawai gunakan dalam menapak karir di lembaga publik. Bahkan sebagai pegawai masih beranggapan bahwa hasil analisis jabatan pegawai hanya formalitas saja karena pengangkatan pegawai dalam jabatan tertentu bersifat politis. Kesimpulan 1. Analisis jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur belum seluruhnya menjadi dasar dalam penempatan pegawai dalam struktur jabatan. a. Pada syarat jabatan aspek pendidikan, seluruh PNS yang menduduki jabatan telah memenuhi syarat pendidikan minimal sehingga kapasitas pegawai telah sesuai dengan beban kerja; b. Pada syarat jabatan aspek diklat, belum seluruh PNS yang menduduki jabatan memenuhi syarat pendidikan dan pelatihan (diklat) minimal, sehingga pemahaman pejabat terhadap jenis pekerjaannya belum optimal. c. Pada syarat jabatan aspek pangkat/golongan, seluruh PNS yang menduduki jabatan telah memenuhi syarat pangkat/golongan sehingga kompetensi pegawai telah sesuai dengan kualitas pekerjaannya. 488
Studi Tentang Analisis Jabatan di Sekretariat Daerah Kabupaten. (Kartini) 2. Faktor-faktor yang mendukung dalam analisis jabatan di Sekretariat Daerah Kutai Timur adalah dasar peraturan mengenai Pemerintahan Daerah, Peranan BKD Kutai Timur yang cukup aktif, Komitmen Pimpinan Setda dalam Penerapan Analisis Jabatan. Sedangkan faktor-faktor penghambatnya adalah belum jelasnya penerapan UU ASN dalam analisis Jabatan, Kurang Aktifnya Pegawai mengikuti Diklat dan Kurangnya pengetahuan pegawai tentang Analisis Jabatan. Saran-Saran Terkait dengan kesimpulan penelitian yang dikemukakan di atas, maka penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Dalam upaya lebih mendorong penerapan hasil analisis jabatan secara optimal, maka diharapkan pihak Sekretariat Daerah dalam hal ini adalah bidang kepegawaian mendorong kepada seluruh pegawai meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuannya serta memperhatikan pangkat golongannya. Diantaranya dengan cara menyampaikan surat pemberitahuan kepada seluruh PNS di Setda Kutim mengenai peluang melanjutkan pendidikan formal, kesempatan mengikuti diklat dan memfasilitasi pegawai untuk kenaikan pangkat. 2. Untuk menghilangkan kesan bahwa pengangkatan pegawai dalam jabatan di Setda Kutim bersifat politis dan menggunakan hasil analisis jabatan bukan hanya formalitas, maka pimpinan hendaknya membuka kesempatan secara terbuka dengan cara melakukan lelang jabatan pada seluruh pegawai yang telah memenuhi persyaratan jabatan yang telah ditentukan. 3. Terhadap pegawai yang menduduki jabatan akan tetapi belum memenuhi syarat jabatan pada aspek diklat, maka hendaknya bagian kepegawaian segera memprioritaskan pegawai tersebut untuk segera mengikuti Diklat dalam rangka menjaga semangat kerja dan rasa keadilan antar pegawai. 4. Kepada pihak BKD agar segera mensosialisasikan UU tentang ASN kepada seluruh pegawai di lingkungan Setda Kutim dalam kaitannya dengan analisis jabatan dan sistem karir pegawai dalam struktur jabatan aparatur pemerintah daerah. Daftar Pustaka Komaruddin. 1995. Pengadaan Personalia. Rajawali Pers: Jakarta. Manullang. 1990. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia: Jakarta. Milles, M. B, A. M. Huberman and Johnny Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook Methods. Third Edition. Arizona State University: AS. Siagian S, P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. Cetakan II. Bumi Aksara: Jakarta. 489