Perencanaan dan Manajemen Eksplorasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

PEMETAAN GEOLOGI. A. Peta Geologi. B. Pemetaan Geologi

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

I. Metode Eksplorasi Langsung

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

TA5212 Eksplorasi Cebakan Mineral. Pengenalan Eksplorasi Geokimia

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaolin merupakan mineral yang cukup banyak dipakai dalam berbagai industri, baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Tugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN XIIIa KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

12.1. Pendahuluan Peta Geologi Definisi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Lingkup Kajian

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

Zufialdi Zakaria. Laboratorium Geologi Teknik Program Studi Teknik Geologi - Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran.

STUDI KELAYAKAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI Oleh : Asep Bahtiar P, ST. MT

Peta Geologi dan Pengertian peta Geologi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

Tambang Terbuka (013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

FORMULIR ISIAN DATABASE SUMBER DAYA BITUMEN PADAT

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

PROGRAM STUDI MAGISTER REKAYASA PERTAMBANGAN PERIODE JANUARI DESEMBER 2016

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOFISIKA TEPAT GUNA UNTUK MENCARI KOMODITAS MINERAL BASE-METAL, LOGAM MULIA DAN GEOTERMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepertiga wilayah Indonesia berada di atas permukaan laut yakni belasan

Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

Transkripsi:

Pekerjaan eksplorasi dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai endapan (bentuk, penyebaran, letak, posisi, kadar/kualitas, jumlah endapan, serta kondisikondisi geologi) harus dilakukan sebelum rencana penambangan dibuat, karena industri pertambangan mempunyai ciri umum : mempunyai resiko tinggi, memerlukan modal yang besar, teknologi yang tidak sederhana, serta memerlukan pengelolaan yang baik. Faktor-faktor penyebabnya antara lain : adanya ketidakpastian mengenai pengetahuan cadangan bahan tambangnya, baik mengenai jumlah kadar atau kualitas, bentuk, serta letak dan posisi endapan, kondisi-kondisi geologi (sifat batuan, struktur, dan air tanah) endapan dan daerah sekitarnya. Suatu industri pertambangan merupakan urutan-urutan kegiatan yang berkesinambungan, mulai dari tahapan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, sampai dengan pemasaran (lihat Gambar 1). Gambar 1. Skema yang memperlihatkan lingkupan kegiatan dalam industri pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai dengan pemasaran. 1

Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Tahapan ini mempunyai resiko yang sangat tinggi (high risk), karena berhubungan dengan resiko geologi. Pada saat memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study), resiko kegagalan mulai mengecil. Setelah studi kelayakan dilakukan, barulah produksi (penambangan) dapat mulai dilakukan (lihat Gambar 2). Gambar 2. Tahapan dan resiko dari pekerjaan eksplorasi s/d penambangan (Dimodifikasi dari Eimon, 1988) 1. Pentahapan Kegiatan dalam Industri Pertambangan 1.1 Tahap Eksplorasi Pendahuluan Dalam tahap ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1:50.000 sampai 1:25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah : 1.1.1 Studi literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan. 1.1.2 Survei dan pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1:50.000 atau 1:25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil conto dari singkapan-singkapan yang penting. 2

Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alatalat seperti kompas geologi, inklinometer, rolmeter serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trench) dan bila perlu pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologis, kadar awal, dll dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. Tabel 1. Kelengkapan peta dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan No. Peta Skala Kegiatan Hasil 1. Tidak ada - Membuat peta topografi (foto udara, langsung) Peta topografi 2. Peta topografi 3. Peta geologi 4. Peta topografi/ peta geologi 1 : 50.000 1 : 25.000 1 : 10.000 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000 1 : 10.000 1 : 10.000 1 : 50.000 1 : 2.000 Pemetaan geologi & singkapan Melengkapi Peta geologi, pemetaan singkapan Sampling Pemetaan detail batuan, (test struktur, singkapan, sampling pit, trench, pemboran). Pengamatan air tanah Survei geoteknik Peta geologi & peta singkapan Peta geologi dan singkapan lengkap, model geologi endapan Model penyebaran endapan, penampang 2D dan 3D, peta kadar, peta tebal overburden, peta isopach, peta air tanah, peta struktur, peta kekuatan batuan 1.2 Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail. Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak test pit atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (< 20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa 3

bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya. 1.3. Studi Kelayakan Pada tahap ini dibuat rencana peroduksi, rencana kemajuan tambang, metoda penambangan, perencanaan peralatan dan rencana investasi tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan modal, biaya produksi penjualan dan pemasaran maka dapatlah diketahui apakah cadangan bahan galian yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan atau tidak. 1.4. Tahap Persiapan Penambangan Setelah diketahui bahwa cadangan yang bersangkutan dapat ditambang dengan menguntungkan, maka mulai dilakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan operasi penambangan. Untuk itu perlu disiapkan konstruksi sarana/prasarana seperti jalan angkut, bengkel, sumber tenaga listrik, perkantoran, pembersihan lahan atau pembuatan shaft, pabrik pengolahan dan fasilitas-fasilitas lainnya (perumahan, air bersih, rumah sakit, dll). 1.5. Operasi Penambangan, Pengolahan dan Pemasaran Untuk selanjutnya operasi penambangan dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang dibuat, dan tentunya dengan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan kalau ada data baru di lapangan atau adanya kendala-kendala lainnya (teknologi dan ekonomi, dll). Aktivitas pengolahan (kalau ada) berlangsung bersamaan dengan operasi penambangan. Sementara itu aktivitas pengolahan lingkungan juga berjalan bersamasama. Dalam hal in kegiatan eksplorasi masih diperlukan untuk melengkapi data yang sudah ada di wilayah tambang atau untuk memperluas cadangan wilayah penambangan. Demikian juga aktivitas pemasaran berlangsung terus selama produksi masih berjalan. 2. Pengertian Eksplorasi Mineral Dalam bidang pertambangan sering dijumpai istilah eksplorasi mineral dan mineral. Eksplorasi mineral secara umum ialah proses dinamis konversi sumberdaya mineral yang-tak-diketahui menjadi cadangan. Rangkaian proses konversi lebih lanjut berakhir sampai cadangan itu menjadi komoditi sumberdaya mineral, yaitu barang yang dapat diperdagangkan. Mineral menurut definisi ilmu mineralogi ialah bahan anorganik yang terbentuk secara alami, mempunyai struktur atom dan komposisi kimia serta sifat-sifat tertentu. Mineral dalam kaitannya dengan kegiatan eksplorasi mencakup bahan yang lebih luas yaitu bahan anorganik (mineral) maupun organik (hidrokarbon) yang terbentuk oleh proses geologi di dalam kerak bumi. Kegiatan eksplorasi menurut U.U No. 11 tahun 1967 berupa penyelidikan geologi pertambangan, yang berarti suatu penerapan ilmu geologi terhadap operasi penambangan. Dasar suatu operasi penambangan ialah kepastian geologis dan ekonomis tentang adanya suatu kuantitas (tonnase atau volume) bahan galian, yang disebut sebagai cadangan. Kepastian dari segi ilmu geologi itu antara lain berkenaan dengan : 4

keanekaragaman mineral yang ada dalam bahan galian, perubahan kandungan mineral bijih akibat struktur atau lingkungan geologi, kemungkinan geologisnya adanya sejumlah cadangan lain di tempat sekitar letakan yang sudah diketahui. Sedangkan kepastian ekonomis, yang datanya berdampak terhadap ongkos penambangan, ditentukan antara lain oleh dimensi-dimensi letakan bahan galian dipermukaan maupun bawah-permukaan, variasi kuantitas terhadap kualitas, keanekaragaman sifat teknis batuan dan sifat aliran air-tanah, serta daya dukung batuan terhadap limbah. Komoditi sumberdaya alam umumnya dan khususnya komoditi sumberdaya mineral, merupakan barang nyata yang dapat memenuhi segera permintaan pasar dan dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan cadangan bijih atau mineral belum merupakan barang nyata, meskipun informasi cadangan dalam prakteknya dapat diperdagangkan, dan tidak termasuk komoditi sumberdaya mineral. Sesudah sumberdaya mineral diambil dari kedudukan alaminya, maka ia menjadi komoditi sumberdaya mineral. Contoh komoditi sumberdaya mineral misalnya ialah logam aluminium, batubara bersih yang telah ditambang. Dalam pelaksanaannya, eksplorasi seperti disebut dalam U.U tahun 1967 didahului oleh adanya suatu kegiatan yang disebut sebagai Penyelidikan Umum. Penyelidikan umum ini disebutkan sebagai penyelidikan secara geologi umum atau geofisika, di daratan, perairan, dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta geologi umum atau menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya. Adanya letakan bahan galian yang ditetapkan pada penyelidikan umum lebih lanjut diteliti secara seksama pada tahap eksplorasi. Istilah penyelidikan umum dalam U.U tahun 1967 sama artinya dengan Prospeksi Mineral. Prospek dalam bidang pertambangan berarti sesuatu yang memberi harapan yang dapat bermanfaat bagi manusia. Secara fisik prospek ini umumnya merupakan sebagian dari letakan bahan galian, misalnya mineralisasi yang muncul dipermukaan bumi atau yang terdapat di bawah permukaan pada batas daerah yang sedang ditambang. Keseluruhan bagian dari letakan bahan galian belum diketahui dengan pasti karena belum diselidiki dengan lebih teliti. Itu sebabnya pada suatu prospek masih harus dilakukan penyelidikan lagi dan ini berlangsung pada tahap eksplorasi. Eksplorasi mineral itu tidak hanya berupa kegiatan sesudah penyelidikan umum itu secara positif menemukan tanda-tanda adanya letakan bahan galian, tetapi pengertian eksplorasi itu merujuk kepada seluruh urutan golongan besar pekerjaan yang terdiri dari : peninjauan (reconnaissance atau prospeksi atau penyelidikan umum) dengan tujuan mencari prospek; penilaian ekonomis prospek yang telah diketemukan, dan tugas-tugas menetapkan bijih tambahan di suatu tambang. Di Indonesia sendiri nama-mana dinas atau divisi suatu organisasi perusahaan, lembaga pemerintahan serta penelitian memakai istilah eksplorasi untuk kegiatannya yang mencakup mulai dari mencari prospek sampai menentukan besarnya cadangan mineral. Sebaliknya ada beberapa negara, misalnya Perancis dan Uni Soviet (sebelum negara ini bubar) yang menggunakan istilah eksplorasi untuk kegiatan mencari mineralisasi dan prospeksi untuk kegiatan penilaian ekonomis suatu prospek (W.C. Peters, 1981). Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan in-situ hasil temuan mineralisasi. Selanjutnya istilah eksplorasi mineral yang dipakai dalam 5

buku ini berarti keseluruhan urutan kegiatan mulai dari mencari letak mineralisasi sampai menentukan cadangan in-situnya. 3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Tahapan Kegiatan Eksplorasi a. Tujuan Eksplorasi Melokalisir suatu endapan bahan galian : Eksplorasi pendahuluan/prospeksi Eksplorasi detail Endapan/bijih yang dicari : Sulfida, timah, bauksit, nikel, emas/perak, minyak/gas bumi, endapan golongan C, dll Sifat tanah dan batuan Untuk penambangan Untuk konstruksi dll b. Studi Kepustakaan Peta dasar sudah tersedia/belum Peta geologi/topografi (satelit, udara, darat) Analisis regional : sejarah struktur/tektonik morfologi Laporan-laporan penyelidikan terdahulu Teori-teori dan metode-metode lapangan yang ada Geografi kesampaian daerah (desa/kota terdekat, transportasi) iklim/musim (cuaca, curah hujan/banjir) sifat angin, keadaan laut, gelombang, dll tumbuhan, binatang komunikasi Sosial-budaya-adat sifat penduduk kebiasaan pengetahuan/pendidikan mata pencaharian, dll Hukum pemilikan tanah ganti rugi perizinan c. Pemilihan Metode Cara tidak langsung geofisika geokimia Cara langsung pemetaan langsung pemboran Gabungan cara langsung dan tak langsung d. Pemilihan Alat Tergantung pada: metode yang dipilih keadaan lapangan waktu alat yang tersedia biaya 6

ketelitian yang diinginkan e. Pemilihan Anggota Tim/Tenaga Ahli geologis geofisik exploration geologist geochemist operator alat dll f. Rencana Biaya g. Pemilihan waktu yang tepat h. Penyiapan Peralatan/Perbekalan peta dasar alat surveying/ukur atau GPS (Global Positioning System) alat kerja : alat geofisika kompas alat sampling meteran palu kantong contoh altimeter geochemical kit alat bor dll alat tulis alat komunikasi keperluan sehari-hari (makan-tidur-mandi, dll.) obat-obatan/p3k Setelah sampai di lapangan (lokasi), maka hal-hal yang harus diperhatikan (disiapkan) adalah : membuat base camp mencek peralatan/perbekalan melakukan quick survey di daerah penyelidikan, untuk menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut melakukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai dengan keadaan sebenarnya (bila perlu) 4. Tahapan Eksplorasi Dan Metode Yang Digunakan Sesuai Dengan Endapan Mineral Yang Dicari Adapun pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada masing-masing tahapan eksplorasi serta pemilihan metode dapat digambarkan secara umum seperti terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tahapan ekplorasi dan metode yang digunakan sesuai dengan endapan mineral yang dicari Tahapan Metode Jenis endapan mineral Pendahuluan Citra landsat Sintesis regional Survei Tinjau (Reconnaissance) Foto udara Aeromagnetik Pemetaan geologi logam dasar 7

Tahapan Metode Jenis endapan mineral Pengukuran penampang mis. batubara stratigrafi logam dasar Stream sedimen sampling mineral berat Pendulangan Prospeksi umum Prospeksi detil (Eksplorasi pendahuluan) Eksplorasi detail Pemetaan geologi Stream sedimen sampling Pendulangan Gravity Seismik Magnetik Rock sampling Pemetaan geologi Test pitting Geolistrik (resistivity, IP, dll) Seismik refraksi/refleksi Detail magnetik Soil sampling (geokimia) Rock sampling (geokimia) Rock sampling (petrografi, ubahan) Pengambilan conto sistematik dengan : pemboran inti, test pit atau dengan logging geofisik logam dasar mineral berat non-matalik singenetik logam dasar tertentu logam dasar singenetik logam dasar tertentu logam dasar logam dasar, dll 5. Perencanaan Program Eksplorasi Agar eksplorasi dapat dilaksanakan dengan efisien, ekonomis, dan tepat sasaran, maka diperlukan perencanaan berdasarkan prinsip-prinsip dan konsep-konsep dasar eksplorasi sebelum program eksplorasi tersebut dilaksanakan. Prinsip-prinsip (konsep) dasar eksplorasi tersebut antara lain : Targetan Eksplorasi jenis bahan galian (spesifikasi kualitas) pencarian model-model geologi yang sesuai Pemodelan Eksplorasi menggunakan model geologi regional untuk pemilihan daerah target eksplorasi menentukan model geologi lokal berdasarkan keadaan lapangan, dan mendiskripsikan petunjuk-petunjuk geologi yang akan dimanfaatkan penentuan metoda-metoda eksplorasi yang akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang diperoleh. Selain itu, perencanaan program eksplorasi tersebut harus memenuhi kaidah-kaidah dasar ekonomis dan perancangan (design) yaitu : Efektif ; penggunaan alat, individu, dan metoda harus sesuai dengan keadaan geologi endapan yang dicari Efisien ; dengan menggunakan prinsip dasar ekonomi, yaitu dengan biaya serendahrendahnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya Cost-beneficial ; hasil yang diperoleh dapat dianggunkan (bankable). Model geologi regional dapat dipelajari melalui salah satu konsep genesa bahan galian yaitu mendala Metalogenik, yaitu yang berkenaan dengan batuan sumber atau asosiasi batuan, proses-proses geologi (tektonik, sedimentasi), serta waktu terbentuknya suatu endapan bahan galian. Beberapa contoh kegiatan perencanaan eksplorasi : a. Rencana pemetaan, mencakup ; perencanaan lintasan, 8

perencanaan tenaga pendukung, yang didasarkan pada keadaan geologi regional b. Rencana survey geofisika dan geokimia, mencakup ; perencanaan lintasan, perencanaan jarak/interval pengambilan data (sampling/record data) yang didasarkan pada keadaan umum model badan bijih. c. Perencanaan sampling melalui pembuatan paritan uji, sumuran uji, pemboran eksplorasi, yang mencakup : jumlah paritan uji, sumuran uji, titik pemboran eksplorasi interval/spacing antar paritan (lokasi) kedalaman/panjang sumuran/paritan, kedalaman lubang bor keamanan (kerja dan lingkungan) interval/metoda sampling tenaga kerja. Yang didasarkan pada proyeksi/interpretasi dari penyebaran singkapan endapan dipermukaan. d. Perencanaan pemboran inti, meliputi : targetan tubuh bijih yang akan ditembus, lokasi, (berpengaruh pada kesampaian ke titik bor dan pemindahan (moving) alat), kondisi lokasi, (berpengaruh pada sumber air, keamanan), kedalaman masing-masing lubang, jenis alat yang akan digunakan, termasuk spesifikasi, jumlah tenaga kerja, alat transportasi, jumlah (panjang) core box Sedapat mungkin, pada masing-masing perencanaan tersebut telah mengikutkan jumlah/besar anggaran yang dibutuhkan. Selain itu, prinsip dasar dalam penentuan jarak sedapat mungkin telah memenuhi beberapa faktor lain, seperti : Grid density (interval/jarak) antar titik observasi. Semakin detail pekerjaan maka grid density semakin kecil (interval/jarak) semakin rapat Persyaratan pengelompokan hasil perhitungan cadangan/endapan. Contoh pada batubara ; syarat jarak untuk klasifikasi measured 400m antar titik observasi. Setiap tahapan/proses eksplorasi harus dapat memenuhi strategi pengelolaan suatu proyek/pekerjaan eksplorasi, antara lain : memperkecil resiko kerugian memungkinkan penghentian kegiatan sebelum meningkat pada tahapan selanjutnya jika dinilai hasil yang diperoleh tidak menguntungkan setiap tahapan dapat melokalisir (menambah/mengurangi) daerah target sehingga probabilitas memperoleh keuntungan lebih besar memungkinkan pengganggaran biaya eksplorasi per setiap tahapan untuk membantu dalam pengambilan keputusan. 6. Manajemen Eksplorasi Secara umum, suatu manajemen kegiatan eksplorasi telah meliputi beberapa hal berikut, antara lain : Jenis kegiatan Operasi lapangan Layanan pendukung Layanan teknis, logistik, dan administrasi 9

Koordinasi, komunikasi, dan pengawasan Analis dan integrasi data hasil eksplorasi Pengambilan keputusan. Teori manajemen dapat diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Secara umum, dalam suatu program penentuan yang mengarah ke eksplorasi harus dimulai dengan hipotesa pekerjaan, yang merupakan rencana ulang pemilihan fakta-fakta dari beberapa observasi dan intepretasi dengan spekulasi dari pengeluaran. Syarat untuk perumusan hipotesa dari suatu penemuan (dalam hal ini endapan bahan galian) adalah sebagai berikut : pengetahuan staff (pekerja) yang baik tentang keadaan/kontrol geologi suatu endapan mempunyai wawasan dan imajinasi mempunyai bakat intuisi mempunyai keberanian mempunyai keyakinan tentang penilaian hipotesa kemampuan untuk berdiri sendiri. Secara umum, proses manajemen meliputi : Perencanaan Pengorganisasian Kepemimpinan Pengendalian Yang membentuk suatu fungsi manajemen dan ini berlaku secara general, dan dapat diaplikasikan dalam proses manajemen eksplorasi. Dalam eksplorasi, penerapan manajemen menurut tingkatan pelakunya antara lain : Manajer Lapangan meliputi manajemen kerja teknis individu meliputi manajemen kerja teknis lapangan meliputi manajemen eksternal dengan lingkungan/kantor setempat Senior Eksplorasi Konsentrasi dalam manajemen kerja secara teknis dan konsentrasi pada perumusan tujuan penemuan Manajer Eksplorasi Merupakan gabungan manajemen yang kompleks, meliputi : manajemen kerja individu, manajemen organisasi, reposiasi-reposiasi, serta perumusan proyek-proyek baru, kerjasama, atau rencana penelitian di lahan yang baru. 7. Sumberdaya Dalam filosofi eksplorasi yang sering dikenal dengan istilah uang, manusia, dan keberuntungan yang secara umum sangat berperan dalam pekerjaan eksplorasi. Jika diuraikan lagi, maka ada 5 hal pokok yang merupakan sumberdaya (resources) dari kegiatan eksplorasi, yaitu : kualitas sumberdaya utama pengetahuan tentang permukaan bumi, bawah permukaan, dan hubungannya. metoda deteksi mineral dan teknik yang berhubungan waktu uang. Sumberdaya manusia, meliputi : pemilihan individu, penempatan individu pada posisi yang tepat, serta penilaian performance masing-masing individu 10

Sumberdaya uang (budgeting), yaitu pengalokasian yang tepat dalam penggunaan uang, serta sumberdaya waktu meliputi efisien dan efektifitas penggunaan waktu. Untuk mencapai kesuksesan dalam eksplorasi, maka urutan-urutan yang perlu diperhatikan oleh seorang (badan) pengelola eksplorasi antara lain : penentuan tujuan jangka panjang yang realistik dan tidak bersifat subjektif pendelegasian tanggung jawab pada masing-masing individu/tim penciptaan suasana kerja yang produktif sehingga mampu merangsang munculnya inovasi-inovasi dan penemuan-penemuan baru pemastian adanya komunikasi yang baik, baik dari pusat kelapangan, atau dalam satu kerja tim lapangan penekanan dan proporsi yang baik dalam pengelolaan sumberdaya (manusia, uang, dan waktu) membiasakan dalam peninjauan kembali keputusan sebelum memutuskan/membuat keputusan akhir (final decission). 11