BAB V PENUTUP. diuraikan penulis berkesimpulan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V P E N U T U P. Papua maka, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pemerintah kabupaten/kota adalah :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang tentu sedang giat-giatnya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEBAGAI LEMBAGA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni ingin mewujudkan masyarakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diberikan kesimpulannya sebagai berikut. Khusus yakni : Perdasus Nomor 18 Tahun 2008 tentang Perekonomian

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad, Kamaruddin, Dasar-Dasar Manajemen Investasi, Jakarta, Rineka Cipta, 1996.

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN IZIN GANGGUAN DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan. (Judicialprudence) Termasuk Interperpretasi Undang-Undang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. Rendah maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Berdasarkan pada Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan bahwa

PERATURAN DAERAH JAMBI DALAM LINGKUP PERATURAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

DAFTAR PUSTAKA. Adrian Sutedi, 2015, Hukum Perizinan dalam Sektor Pelayanan Publik, Sinar Grafika, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Aminudin dan Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA SORONG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

- 1 - WALIKOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Pelaksanaan perlindungan kawasan hutan melalui pengawasan alat

BAB V PENUTUP. Kabupaten Bantul berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

WALIKOTA SORONG PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BARAT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT

PEMBANGUNAN HUKUM INVESTASI DALAM PENINGKATAN PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III PENUTUP. karena adanya hambatan-hambatan sebagai berikut: informasi bahwa akan adanya penertiban.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan dalam penelitian ini. 1. Peraturan Daerah Perpajakan dan Retribusi Daerah di Kabupaten Supiori

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 173, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3894)

DAFTAR PUSTAKA. Anoraga, Pandji. BUMN Swasta dan Koperasi (Tiga Pelaku Ekonomi). Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : dapat dilaksanakan secara maksimal.

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 3 TAHUN 2012 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN INTAN JAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No.94 A. Latar Belakang

KENDALA PERIZINAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAKSI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban pemerintah terhadap perbaikan pelayanan publik termasuk dalam

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

PELAKSANAAN PENGAWASAN KEGIATAN INVESTASI OLEH BADAN PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH DI KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 45 TAHUN (45/1999) Tanggal: 4 OKTOBER 1999 (JAKARTA)

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SORONG

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

DAFTAR PUSTAKA. Amiruddin dan Asikin Zainal, H, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penjabaran dari Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PUNCAK DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PENGOLAHAN DATA ELEKTRONIK KOTA SORONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 10 SERI E

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang pribadi ( natural person) ataupun badan hukum (juridical

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan. bahwa :

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI JALAN WALIKOTA SORONG,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tentang Disiplin PNS di BKD Kabupaten Banyumas sudah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu. Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap seperti pelayanan perizinan

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA SORONG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

Diterbitkan di Manajemen Pembangunan No. 59/III/Tahun XVI, 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MIMIKA NOMOR 3 TAHUN 2012 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

Transkripsi:

83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan penulis berkesimpulan bahwa 1. Kelancaran dan proses pemberian pelayanan perijinan bagi para investor dan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan menarik bagi para investor guna berinvestasi di Provinsi Papua perlu menyederhanakan prosedur pelayanan perizinan ke arah yang lebih efektif dan efesien berdasarkan Peraturan Mendagri Nomor 24 Tahun 2006 yang mengatur tentang pelaksanaan pelayanan satu pintu di kabupaten/kota maka melalui kebijakan Pemerintah Provinsi Papua dengan mengesahkan, Rancangan Peraturan Gubernur Provinsi Papua Tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di provinsi Papua, Rancangan Perturan Gubernur Tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Gubernur Provinsi Papua Kepada Sekertaris Daerah, Rancangan Peraturan Gubernur Tentang Pembentukan Tim Pelaksana Teknis Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Papua. 2 Hambatan-Hambatan dengan Berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal maka perlu disertai dengan peraturan pelaksana dari Undang-undang tersebut sebagai acuan dalam melaksanakan kebijakan dalam bidang investasi bagi pemerintah

84 daerah Provinsi kab/kota terutama instansi teknis pengelola investasi didaerah serta hambatan-hambatan yang selama ini di alami Pemerintah Provinsi Papua dalam Bidang Investasi antara lain, masih terjadinya kesimpang siuran pelayanan penanaman modal antara BKPM dan Daerah yang menimbulkan ketidak pastian hukum bagi investor, masalah kepemilikan tanah ulayat sampai saat ini belum ada kebijakan yang pasti dari Pemerintah Daerah sehingga untuk pemberian lahan kepada investor masih terkendala,untuk menempatkan investor, masih terkendala dengan izin pelepasan kawasan yang masih menjadi kewenangan Departemen Kehutanan (Pusat), Belum tersedianya data potensi Provinsi Papua yang akurat, Rendahnya dukungan sarana/prasarana untuk kegiatan investasi, Masih adanya birokrasi yang panjang dalam pengurusan perizinan Daerah, Rendahnya pelaporan perusahaan kepada Daerah khususnya perusahaan yang persetujuan penanaman modalnya ditertibkan oleh BKPM sehingga kegiatan perusahaan tidak terpantau oleh Daerah, dan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) dalam pengelolaan investasi di Pemerintah Provinsi Papua. B. Saran Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan Penulis mencoba meberikan saran kepada Pemerintah dalam rangka pelaksanaan kebijakan investasi di Provinsi Papua adalah :

85 1. Dalam rangka Pelaksanaan kebijakan investasi di Provinsi Papua pemerintah Provinsi Papua segera membuat Peraturan Daerah (PERDA) yang Khusus mengatur tentang Investasi (Penanaman Modal) di Provinsi Papua. 2. Segera menyelenggarakan pelayanan penanaman modal satu pintu atau atap (one stop service) di Provinsi Papua. Dan hendaknya bagi investor yang melaksanakan penanaman modal harus lebih dulu mempresentasikan rencana kegiatan penanaman modal kepada pemerintah daerah.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Fauzan Muhamad,2006, Hukum Pemerintahan Daerah Kajian Hubungan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, UII Press Yogyakarta. Hadjon M Philipus, 1994, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Harjono Dhani K Swara, 2007, Hukum Penanaman Modal, Persada Jakarta. Raja Grafindo Hartono Sri Redjeki, 2007, Prespektif Hukum Bisnis Indonesia Pada Era Globalisasi Ekonomi.Genta Pres Yogyakarta. Ilmar Amirudin, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Kencana Prenada Group Jakarta. Ibrahim Johnny, 2006, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media publishing, Jawa Timur. Ida Bagus Rahmadi Supacana, 2005, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung di Indonesia, Ghalia Indonesia. Mardiasmo, 2002, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah, Andi Offset. Yogyakarta. Musaad Abud Mohamad, 2005, Penguatan Otonomi Daerah Dibalik Bayang- Bayang Ancaman Disintegrasi, Pusat kajian Demokrasi (democratic center) Universitas cenderawasih, Jayapura. Rachbini J Didik, 2008, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia, Indeks Jakarta. Salim HS dan Budi Sutrisno, 2007, Hukum Investasi di Indonesia, Raja Grafindo Persada Jakarta. Sari Elsi Kartika dan Simangunsong Advendi, 2007, Hukum dalam Ekonomi, Gramedia Widiaswara Indonesia Jakarta. Sembiring Santoso, Hukum Investasi, 2007, Nuansa Aulia, Bandung.

Sumaryadi Nyoman,2005, Efektivitas Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah, Citra Utama. Jakarta. Suhardi Gunarto, 2002, Peranan Hukum Dalam Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarata...., 2006, Negara Kesatuan dan Otonomi Daerah, Universitas Atma Jaya,Yogyakarta. Sudikno Mertokusuma, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta. Supacana Rahmadi Bagus Ida, 2006, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Winarno Budi, 2007, Kebijakan Publik Teori dan Proses, Medpress, Yogyakarta. Tangkilisan Hessel Nogi, 2003, Kebijakan dan Manajemen Otonomi Daerah Lukman Offset Yogyakarta. Tangkilisan Nogi S, Hessel, 2005, Manajemen Kebijakan Publik, Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 1999 Tentang Pemekaran Propinsi dan Kabupaten, Kota Di Papua; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas undang Nomor 45 Tentang Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah Propinsi Irian Jaya Barat, Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika Kabupaten Puncak Jaya dan Kota Sorong; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 Tentang Pebentukan Kabupaten di Papua;

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang BUMN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389) sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67); Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2004 Tentang Majelis Rakyat Papua; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pelimpahan Kewenangan Dari Pemerintah Pusat Kepada Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737).