BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi olahraga dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kesesuaian

BAB I PENDAHULUAN. atau ketepatan antara potensi dan bakat atlet dengan cabang olahraga yang dipilih.

BAB I PENDAHULUAN. secara individu. Siswa SMP adalah putra-putri bangsa yang duduk dibangku

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak diantara bangsa-bangsa lain di dunia,

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pusat Pendidikan Latihan dan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Keolahragaan Nasional (2005:

BAB I PEDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pencak silat dalam perkembangannya saat ini sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA OLAH RAGA DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran. dalam pembinaan dan peningkatan olahraga khususnya cabang bolavoli.

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP 2013 DATA DAN INFORMASI PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN

8. URUSAN KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

Minat dan Bakat Olahraga Siswa SD dan SMP di Kabupaten Demak Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan olahraga, mulai dari pemilihan calon atlet sampai pada metode latihan

BAB I PENDAHULUAN. Internasional, dipenghujung tahun 2005 lahir Undang-Undang No. 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

P P L M 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik- teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. ekstrakurikuler maupun diluar kegiatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P P L M Data dan Informasi Prestasi dan Cabang Olahraga Unggulan PPLP w w w. k e m e n p o r a. g o. i d DATA DAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. dan diukir dalam setiap event SEA GAMES, ASEAN SCHOOL. Hal inilah yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

kemenpora.go.id DATA DAN INFORMASI P P L P

JALUR PRESTASI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara-negara

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga menjadi suatu kebutuhan hidup masyarakat di zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. terbesar bersumber dari atlet, meskipun faktor-faktor yang lain sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Internasional. Untuk dapat dan menjunjung tinggi nama baik negara kita

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA SISWA SEKOLAH DASAR DI PONTIANAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui olahraga dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

P P L P 2012 DATA DAN INFORMASI K E M E N T E R I A N P E M U D A DAN O L A H R A G A PRESTASI DAN CABANG OLAHRAGA UNGGULAN.

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

BAB I PENDAHULUAN. melakukan teknik-teknik gerakan yang sesuai dengan peraturan permainan. dengan pencapaian prestasi optimal yang hendak dicapai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui aktivitas jasmani memberi kesempatan yang sangat

Bab 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia kegiatan psikologi olahraga belum berkembang secara meluas.

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

BAB I PENDAHULUAN. sepak bola biasa dikatakan sangat memasyarakat. Mulai dari pusat perkotaan sampai

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, melalui pendidikanlah suatu upaya mencetak sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup. sejauh mungkin dan bola besi berat inilah diberi nama peluru yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah atletik. Menurut Yoyo Bahagia (2000:7) Atletik merupakan cabang

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya. Pembangunan tersebut sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Repub

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Sistem Pendidikan Nasional salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

LAPORAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. ataupun temuan-temuan yang dihasilkan oleh para ilmuan olahraga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELATIHAN FISIK DAYA TAHAN ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat sekarang ini olahraga sangat digemari banyak orang diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

URUSAN WAJIB PEMUDA DAN OLAHRAGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era teknologi maju ini, olahraga semakin penting, supaya manusia tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan produktifitasnya demi kesejahteraan dan mutu kehidupannya. Olahraga akan memberikan kekuatan serta menyehatkan jiwa dan raga, membentuk kepribadian yang sehat supaya dapat menghadapi perubahan dan persaingan serta tangguh dan kreatif dalam mencari jalan keluar dari setiap masalah yang kompleks. Namun, manfaatnya akan cepat dirasakan jika seseorang mengerti dan menghayati latar belakang pemikirannya. Olahraga telah lama menjadi salah satu mata pelajaran wajib dalam dunia pendidikan. Hal tersebut dilaksanakan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat baik secara jasmani maupun rohani. Oleh sebab itu, setiap guru olahraga seharusnya menerapkan pendidikan yang bermutu demi ketercapaian perwujudan masyarakat yang sehat, yang dimulai dengan membentuk peserta didik sebagai generasi muda yang mampu mengetahui tentang olahraga dan bahkan melaksanakannya dalam dunia nyata. Bompa dalam Theory Methodology of Training menyatakan, keterlibatan para remaja di negara barat dalam aktivitas olahraga sebagian besar didasarkan pada tradisi, idealisme, popularitas cabang olahraga, desakan orang tua, keterampilan yang dimiliki guru olahraga di sekolah, ketersediaan alat dan 1

2 fasilitas olahraga, dan sebagainya. Gambaran di atas terjadi beberapa waktu yang lalu atau mungkin juga masih terjadi sampai saat ini (Bompa, 1990:12). Keadaan di atas tentunya akan mengecewakan hati para ahli teori latihan, karena dalam kondisi tersebut seorang anak yang mungkin secara alami berpotensi dalam cabang olahraga tertentu bisa berubah menjadi atlet cabang olahraga lainnya, yang sebenarnya anak tersebut tidak mempunyai potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang digelutinya. Hasil akhir situasi di atas dapat diduga, bahwa anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut akan mendapatkan hambatan dalam upayanya untuk meraih prestasi puncak yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap guru termasuk para guru olahraga harus memahami tugas guru sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang meliputi pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Guru bekerja sama dengan orang tua peserta didik dan lingkungan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, seorang guru dituntut untuk memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan dalam mengajar sesuatu. Adapun tujuan utama Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan potensi gerak. Sebagai guru Pendidikan jasmani mereka harus mengenal bahwa esensi dari aktivitas jasmani adalah mengajar siswa-siswa bagaimana menjadi insan gerak yang akan terampil. Prestasi olahraga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kesesuaian atau ketepatan antara potensi atau bakat atlet dengan cabang olahraga yang akan dipilih. Upaya untuk memilih atlet yang berbakat dalam cabang

3 olahraga tertentu membutuhkan pendekatan dan metode yang tepat. Pemanduan bakat yang dilakukan dengan jalan pengamatan melalui pengalaman seorang pelatih tidak salah, tetapi belum memiliki tingkat keakuratan yang lebih memadai. Pencapaian prestasi dalam dalam dunia olahraga merupakan hal yang kompleks, karena melibatkan banyak faktor, antara lain faktor eksternal dan faktor internal seperti fisik dan mental atlet. Faktor eksternal yaitu seperti dari lingkungan alam dan peralatan. Sedangkan dari faktor internal yaitu berasal dari dalam diri atlet itu sendiri, dimana atlet yang berkualitas berarti memiliki potensi bawaan (bakat) yang sesuai dengan tuntutan cabang olahraga dan siap dikembangkan untuk mencapai prestasi puncak. Intelegensi dan bakat merupakan aspek-aspek dari kepribadian dan sekaligus merupakan potensi yang dimiliki seseorang. Oleh karena itu, tingkat kecerdasan yang dimiliki seseorang berpengaruh terhadap prilaku dan kepribadiannya. Pengalaman menunjukkan bahwa hanya atlet yang berbakat dan berlatih dengan baik yang dapat mencapai prestasi puncak. Prestasi puncak merupakan hasil seluruh usaha program pembinaan dalam jangka waktu tertentu yang merupakan paduan dari proses latihan yang dirancang secara sistematis, berjenjang, berkesinambungan, berulang-ulang dan makin lama semakin meningkat. Dari tingkat prestasi yang dimiliki seseorang dalam hal keberbakatan olahraga disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilannya. Olahraga prestasi adalah olahraga yang harus dibina dan ditangani secara serius dan terpantau. Pembinaan olahraga prestasi bertujuan untuk mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. Dari data yang diperoleh cabang olahraga yang

4 berprestasi di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tapanuli Utara meliputi cabang olahraga atletik, pencak silat, gulat, karate, wushu dan tinju. Yang menjadi olahraga unggulan adalah cabang olahraga atletik, pencak silat, dan karate. Pembinaan yang dilakukan Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tapanuli Utara terhadap pengembangan olahraga prestasi yaitu masih belum optimal karena kekurangan tenaga kerja juga keterbatasan dana. Peran serta Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga terhadap perkembangan olahraga prestasi Kabupaten Tapanuli Utara belum maksimal. Tetapi Dinas ini tetap mendampingi dan memantau setiap perkembangan prestasi hanya saja sumbangsih dinas ini belum maksimal. Keterbatasan dana pemerintah menuntut cabang-cabang olahraga lain yang belum menjadi prioritas pendanaan pemerintah perlu menggalang dana kolektif dari masyarakat dan swasta. Para pemerhati olahraga Indonesia harus segera menyatukan suara dalam membangun olahraga di Indonesia. Sistem pembinaan olahraga sangat ditentukan oleh masukan (input) dan proses pembinaan. Masukan tersebut diharapkan dapat memberikan hasil (output) yang baik. Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa input sangat berkaitan dengan calon atlet yang akan dilatih, dan proses pembinaan berpengaruh terhadap hasil yang diharapkan setelah mengikuti serangkaian proses latihan dan pembinaan dengan potensi tinggi. Input adalah calon atlet yang akan dilatih yang dipandang memiliki potensi yang baik. Pemilihan calon atlet yang baik inilah yang selama ini masih menjadi permasalahan bagi pelatih ataupun guru olahraga. Salah satu kendala dalam pembinaan olahraga berprestasi di Indonesia adalah tidak diketahuinya secara pasti apakah atlet yang dibina dalam suatu cabang olahraga cocok atau memiliki potensi dalam cabang olahraga tersebut. Hal

5 ini dapat dilihat bahwa: Calon atlet yang akan berlatih di club-club olahraga sering kali tidak diawali dengan pemanduan bakat, melainkan lebih didasari pada kemauan dan kesenangan calon atlet, pemilihan calon atlet yang akan dibina dalam suatu pemusatan atlet sering kali hanya didasarkan pada hasil pengamatan dan hasil suatu kejuaraan tertentu, dan tidak disertai dengan parameter atau kriteria tertentu yang merupakan faktor utama dalam meningkatkan prestasi, para pembina dalam pemilihan olahraga cenderung membina atlet yang berminat dalam cabang olahraga yang diminati saja tanpa memperhitungkan apakah atlet tersebut cukup berbakat atau berpotensi untuk dapat ditingkatkan prestasinya dalam cabang olahraga tersebut, calon atlet cenderung memilih cabang olahraga yang populer dan banyak disenangi oleh lingkungan masyarakat sekitarnya tanpa memperhitungkan apakah dia sesuai dengan cabang olahraga sehinggga dapat berprestasi, belum ada standar baku dan alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan pemanduan bakat, belum ada sistem pemanduan bakat yang berjalan efektif dan efesien. Jika dilakukan evaluasi dan analisis dalam berbagai kejuaraan dunia, maka terlihat bahwa atlet yang cocok untuk olahraga tertentu memiliki karakteristik psikologis dan mental yang diperlukan, potensi handal, kemampuan teknik dan taktik yang baik, serta berpengalaman dalam berbagai kompetisi yang dapat mencapai prestasi yang tinggi. Adapun prestasi olahraga semacam ini akan dicapai dengan mengembangkan aspek-aspek persyaratan kepada kanak-kanak dan masa muda. Adapun tujuan pembinaan atlet muda (junior), yaitu untuk mencapai kondisi-kondisi yang umum maupun yang khusus dalam rangka mencapai prestasi yang tinggi dalam cabang olahraga di masa yang akan datang.

6 Walau pendidikan jasmani di sekolah bukanlah bertujuan menelurkan olahragawan prestasi, di lembaga itulah dibentuk dasar olahraga, yaitu pengajaran keterampilan gerak yang benar, motivasi berolahraga yang tinggi, dan identifikasi bakat sedini mungkin. Melalui peningkatan peran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah, pola pembinaan dan pembibitan dalam olahraga dimulai. Pembinaan dan pengembangan olahraga perlu dilakukan secara komprehensif dan melibatkan IPTEK dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan hal tersebut, prestasi olahraga yang tinggi sangat diperlukan. Untuk prestasi olahraga yang tinggi itu diperlukan profil biologis khusus dengan ciri-ciri kemampuan biomotorik dan ciri-ciri psikologis yang baik. Beberapa kriteria utama dalam mengidentifikasi bakat yaitu (1) kesehatan, (2) kualitas biomotorik, (3) keturunan, (4) fasilitas olahraga dan iklim, dan (5) ketersediaan ahli. Dari upaya melihat secara mendalam faktor-faktor utama yang berkaitan dengan prestasi dan pengidentifikasian bakat, untuk mengidentifikasian itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu kapasitas motorik, kapasitas spikologis, dan kualitas biometrik termasuk pengukuran-pengukuran antrometri dan jenis bentuk tubuh. Namun, diperlukan penekanan yang berbeda untuk setiap cabang olahraga dengan sistem pengidentifikasian bakat yang harus memulai dengan karakteristik olahraga secara efektif. Dalam pengidentifikasian bakat yang direncanakan, diperlukan pemanduan bakat dengan metode sport serch. Metode sport serch adalah suatu metode pengidentifikasian bakat yang terdiri dari 10 butir tes yang bertujuan untuk membentuk anak (usia 11-15 tahun) dalam menentukan potensi anak dalam berolahraga yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensi anak. Adapun

7 kesepuluh butir tes tersebut yaitu, tinggi badan, tinggi duduk, berat badan, rentang lengan, lempar tangkap bola tenis, lempar bola basket, loncat tegak, lari kelincahan, lari cepat 40 meter dan lari multi tahap (Ahmad Tharmizi 2003). Identifikasi keberbakatan bukan merupakan konsep baru dalam olahraga, meski belum banyak dilakukan secara formal. Namun di Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013 proses pengenalan dan pengidentifikasian bakat belum dilakukan. Pada saat proses pembelajaran pendidikan jasmani berlangsung, para siswa cenderung hanya melakukan kegiatan olahraga yang disenangi saja, misalnya bola voli dan sepak bola. Selain itu, juga dapat diketahui bahwa dalam olahraga ekstrakurikuler siswa tetap hanya ingin melakukan olahraga yang mereka senangi tanpa kesesuaian dengan jadwal yang direncanakan sebelumnya, misalnya seperti olahraga bola voli dan sepak bola. Olahraga tersebut dilakukan pada sore hari sebanyak dua kali pertemuan dalam seminggu. Dalam pertandingan olahraga yang pernah mereka ikuti baik di sekolah maupun antar daerah belum pernah menjadi pemenang. Sementara guru pendidikan jasmani selalu memberikan arahan, dorongan, dan motifasi untuk meningkatkan kreatifitas siswa dalam melaksanakan olahraga. Juga diketahui bahwa sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut sudah memadai. Akan tetapi, minat siswa dalam mengikuti olahraga masih rendah. Di sekolah ini hanya terdapat lapangan bola voli dan sepak bola, dengan sarana bola yang hanya berjumlah 2 buah dengan kondisi yang kurang layak. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana identifikasi keberbakatan pada cabang olahraga yang

8 digemari siswa sebagai calon atlet, pada siswa di SMP Negeri 2 Pahae Julu Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013.? B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut: Sejauh mana identifikasi keberbakatan siswa putra di SMP Negeri 2 Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara pada cabang olahraga? Apa saja yang mendukung proses bakat cabang olahraga? Apakah sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah berpengaruh terhadap bakat siswa dalam berolahraga? Apakah profil siswa sesuai dengan cabang olahraga yang digemari? Bagaimanakah cara pemilihan calon atlet yang akan dibina dalam suatu pemusatan atlet yang dilakukan di SMP Negeri 2 Pahae Julu Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013. Apakah ada standar baku dan alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan pemanduan bakat pada siswa terutama siswa? C. Pembatasan Masalah Karena masalah yang akan diteliti seperti yang tercantum dalam identifikasi masalah sangat luas, maka peneliti membatasi masalah penelitian yang akan diteliti, sehingga ruang lingkup penelitian ini tampak jelas, mengingat terbatasnya kemampuan tenaga, biaya, dan waktu penelitian. Adapun batasan masalah penelitian tersebut adalah identifikasi keberbakatan pada siswa Putra pada cabang olahraga di SMP Negeri 2 Pahae Julu kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013. Adapun varibel yang diteliti

9 terdiri dari satu variabel, yaitu Identifikasi keberbakatan pada cabang olahraga di SMP Negeri 2 Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013. D. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana mengidentifikasi keberbakatan siswa putra pada cabang olahraga di SMP Negeri 2 Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran2012/2013. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keberbakatan siswaputra pada cabang olahraga di SMP N 2 Pahae Julu Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara Tahun Ajaran 2012/2013. F. Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat penelitian ini antara lain adalah: 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani untuk mengetahui bakat yang dimiliki siswa untuk dibina/dikembangkan dalam cabang olahraga tertentu. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan pelatih olahraga dalam memilih calon atlet dengan kemampuan tertinggi dalam cabang olahraga tertentu

10 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dan lembaga terkait dalam proses pencarian bakat atlet olahraga, dan 4. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk mengetahui bakat olahraga, agar dapat dibina/dikembangkan lebih lanjut.