BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat di dalam Undang Undang Dasar tahun 1945, yaitu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan yang berlaku (Chaizi dalam Susanti, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan pajak dan pendapatan non pajak (Alabede, 2011). Penerimaan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Bumi Bangunan sektor Perdesaan Perkotaan (PBB P-2) yang dahulunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 28 Tahun 2009 mulai 1 Januari 2010 Pajak Bumi dan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan adanya sistem yang berlaku baik dari adat, budaya, agama,

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KPP PRATAMA SERPONG TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarka. Dari defenisi tersebut tergambar bahwa salah satu fungsi pajak, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu sumber penerimaan dearah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya sistem desentralisasi maka pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

I. PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sumber dana dari dalam negeri antara lain

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. merupakan faktor yang paling penting agar pendapatan negara dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bumi di Indonesia telah dilaksanakan sejak awal abad 19 ketika pulau

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sekali, karena pajak digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan yaitu Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sebagai

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sumber dana yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Pengertian pajak adalah iuran kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah. untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Negara (APBN) dimana penerimaan pajak. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar (Mardiasmo, 2011: 21).

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor utama dalam mempengaruhi realisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan pada tingkat nasional, regional, maupun lokal. Pajak Bumi dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), merupakan pajak langsung yang dikenakan atas bumi dan atau bangunan. Subjek pajak dalam PBB adalah orang atau badan secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Terhitung 1 Januari 2014, pemerintah pusat menyerahkan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perdesaan dan Sektor Perkotaan (P2) kepada pemerintah Kabupaten dan Kota. Pengalihan ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan ekonomi daerah dan desentralisasi fiskal, seperti tertuang dalam undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah : 1) Meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. 2) Memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengekan pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah). 3) Memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan retribusi dengan memperluas basis pajak daerah. 1

2 4) Memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif pajak daerah. 5) Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan pengaturan pada daerah. Dengan diberlakunya Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, PBB sektor perdesaan dan perkotaan dialihkan menjadi pajak daerah, sedangkan PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan masih merupakan pajak pusat. Dengan dijadikannya PBB perdesaan dan perkotaan menjadi pajak daerah, maka penerimaan jenis pajak ini akan diperhitungkan sebagai pendapatan asli daerah (PAD) yang menambah sumber pendapatan asli daerah dan meningkatkan kemampuan daerah membiayai daerahnya sendiri yang bersumber dari pendapatan asli daerah. Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan PBB Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan Tahun 2011-2015 Tahun Rencana Penerimaan PBB Realisasi Penerimaan PBB Gap (Kesenjangan) Persentase 2011 2.527.890.345 957.673.799 1.570.216.546 37,88% 2012 3.358.690.015 1.875.579.500 1.483.110.515 55,84% 2013 4.354.778.183 2.276.578.636 2.078.199.547 52,27% 2014 3.633.053.718 2.465.293.460 1.167.760.258 67,85% 2015 4.471.121.453 3.238.040.193 1.233.081.260 72,42% Sumber: DPPKAD Kota Tangerang Selatan, 2016 Tabel diatas menunjukan bahwa realisasi pajak yang diterima tidak mencapai target yang telah ditetapkan sehingga masih terdapat kesenjangan pajak di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan dari

3 tahun 2011 hingga tahun 2015. Potensi PBB telah ditetapkan oleh pemerintah pusat setiap tahun menuntut kinerja pemerintah daerah untuk mengoptimalkan penerimaan Negara disektor pajak salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Seiring berlakunya undang-undang yang baru, maka PBB dialihkan menjadi pajak daerah sehingga pemerintah daerah dituntut untuk siap agar penerapannya berjalan dengan baik disetiap tahunnya. Namun di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara, sejak diberlakukannya PBB sebagai pajak daerah masih terjadi kesenjangan pada penerimaan pajaknya. Oleh karena itu, agar perlaksanaan kewajiban wajib pajak dapat dilaksanakan oleh seluruh masyarakat maka harus di imbangi dengan kepatuhan wajib pajak agar dapat meningkatkan penerimaan daerah. Jalan keluar dari permasalahan pengoptimalan penerimaan PBB adalah dengan meningkatkan kepatuhan wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan. Kepatuhan wajib pajak adalah wajib pajak yang disiplin dan taat, serta tidak memiliki tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak. Wajib pajak yang patuh diharapkan bisa membantu memnyukseskan pembangunan. Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, seperti meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak, dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terhutang, dan

4 kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh kondisi sistem administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi perpajakan sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh bagaimana administrasi perpajakan dilakukan (Mario dan Khoiru, 2008:2). Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Mario dan Khoirun, 2008:3). Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, khususnya Wajib Pajak orang pribadi dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu pajak properti merupakan sumber penerimaan yang diandalkan. Objek pajak PBB yaitu bumi dan bangunan memiliki karakteristik khususnya yaitu bentuk fisiknya yang tidak dapat disembunyikan, sehingga tentunya lebih mudah untuk dipantau (Karmanto, 2006:5). PBB mempunyai dampak yang lebih luas sebab hasil penerimaan PBB dikembalikan untuk pembangunan daerah yang bersangkutan (Suhardito dan Subdibyo, 1999:3). Bagian PBB yang diterima daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah dalam era otonomi sekarang. Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peran PBB bagi sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satunya

5 meningkatkan kepatuhan wajib pajaknya. Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cerminan masyarakat. Mengingat banyaknya perubahan tanah atau bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak menggali potensi penerimaan PBB dari Hasil perubahan tersebut. Kemampuan untuk membayar pajak dapat dilihat dari tingkat pendapatan, jumlah kekayaan dan konsumsi seseorang. Semakin tinggi kemakmuran seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan orang tersebut untuk membayar pajak. Oleh karena itu maka orang tersebut dikenakan pajak relatif tinggi. Pemerintah sudah melakukan pendataan dan pengolahan data terhadap objek yang dikenakan pajak. Masyarakat yang sudah menjadi wajib pajak, banyak yang tidakpatuh dan tidak ikut berpartisipasi terhadap pembayaran PBB. meskipun pemerintah setempat sudah membuat sanksi terhadap wajib pajak yang tidak patuh, sanksi yang diberikan berupa denda. Tetapi hal ini juga kurang membuat masyarakat itu menjadi sadar dalam pembayaran pajak. Selain memberikan sanksi pemerintah juga mensosialisasikan akan pentingnya pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan. Sampai Pemerintah Pusat yakni Direktorat Jenderal Pajak melakukan sosialisasi di televisi, radio dan media massa dengan berbagai iklan yang menarik perhatian masyarakat untuk dapat mengerti akan pentingnya membayar pajak dan masyarakat mempunyai sikap yang baik tentang perpajakan. Dengan adanya sosialisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah ini, diharapkan masyarakat menjadi berpartisipasi dalam hal pembangunan suatu daerah dengan mematuhi pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan.

6 Kepatuhan perpajakan menurut Devano dan Rahayu (2006:110) merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam pelaksanaan peraturan perpajakan, maka akan terdapat dua pihak yang berkaitan dengan hal tersebut. Pihak tersebut yaitu pemerintah sebagai pembuat peraturan perpajakan dan masyarakat (wajib pajak) yang melakukan pelaksanaan perpajakan. Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat (wajib pajak) untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Devano dan Rahayu (2006), Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem kesadaran perpajakan perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak, yang merupakan faktor formal atau pemerintah. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri wajib pajak yaitu : tingkat pemahaman, pengalaman, penghasilan. Muslim (2007). Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) PBB dapat diukur dengan peraturan PBB yang berlaku yaitu Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994 dengan melihat perilaku wajib pajak dalam membayar PBB tepat pada waktunya, melaporkan setiap bentuk perubahan tanah/rumah yang ditempati, mengurus dan mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dengan benar, serta menyerahkan SPOP yang sudah terisi ke Kanor Pelayanan PBB atau aparat yang ditunjuk. (Permatasari, 2012)

7 Untuk itu, perlu bagi pemerintah untuk meningkatkan peranan PBB sebagai sumber penerimaan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satu upayanya yaitu melalui peningkatan kesadaran wajib pajaknya. Karena keberhasilan penerimaan pajak merupakan cermin dari kesadaran masyarakatnya. Mengingat banyak perubahan tanah dan atau bangunan di daerah perkotaan, memungkinkan Direktorat Jenderal Pajak menggali potensi penerimaan PBB dari hasil perubahan tersebut. (Utomo, 2011) Berdasarakan uraian latar belakang dan memperhatikan penelitian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. B. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mencoba mengungkapkan : 1. Apakah sikap wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB? 2. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB? 3. Apakah tingkat pendapatan kepala keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB? 4. Apakah pendidikan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB?

8 5. Apakah pelaksanaan sanksi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB? C. TUJUAN DAN KONTRIBUSI PENELITIAN 1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk menganalisis faktor sikap wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. b. Untuk menganalisis faktor kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. c. Untuk menganalisis faktor tingkat pendapatan kepala keluarga terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. d. Untuk menganalisis faktor pendidikan wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan.

9 e. Untuk menganalisis faktor pelaksanaan sanksi terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan. 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, diantaranya : a. Kontribusi Praktik Diharapkan penelitian ini dapat membantu dan memberikan kontribusi positif di Pemerintah Daerah Kelurahan Pakujaya Kecamatan Serpong Utara Kota Tangerang Selatan dalam praktik dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruhnya kepatuhan wajib pajak dalam pembayaran PBB. b. Kontribusi Akademik Diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi pembaca dan dapat menambah pengetahuan di bidang kepatuhan pembayaran pajak bumi dan bangunan. Penelitian ini merupakan latihan dan pembelajaran dalam menerapakan teori yang diperoleh sehingga menambah pengetahuan, pengalaman dan juga sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama ataupun penelitian lanjutannya.