1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehubungan dengan hal ini maka pemerintah telah banyak melakukan perubahan kurikulum secara teratur, dengan maksud agar isi kurikulum tidak ketinggalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta kebutuhan masyarakat yang berkembang dengan cepat. Kurikulum yang banyak digunakan saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam standar isi yang tercantum dalam KTSP mata pelajaran matematika untuk sekolah dasar menengah pertama (SMP) / Madrasah tsanawiyah (MTs) menyebutkan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontektual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Soedjadi menyatakan bahwa guru matematika harus mampu mengkongkritkan atau menyederhanakan objek matematika yang abstrak agar mudah dipelajari siswa. 1 Misalnya untuk mengkonkritkan objek-objek matematika 1 R. Soedjadi, Kiat pendidikan matematika di indonesia,( departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi, 1998/1999), h. 38 1
2 yang abstrak perlu memperhatikan lingkungan. Lingkungan yang dimaksudkan sebagai lingkungan tempat anak atau peserta didik atau siswa berada. Mungkin lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, atau lingkungan masyarakat yang dapat dipahami siswa. Berkaitan dengan uraian maka kegiatan pembelajaran khususya matematika, diperlukan keterkaitan konsep-konsep matematika dan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan kembali konsep matematika yang telah dimiliki siswa pada kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini guru harus dapat mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu pembelajaran yang menghubungkan secara langsung materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dapat membantu siswa mengaitkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki dengan situasi dunia nyata dan menggunakannya untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual memandang proses belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkontruksi sendiri pengetahuan di benak mareka. Siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali konsep materi pelajaran dengan bimbingan orang dewasa. Dengan maksud konsep tersebut dahulu sudah ada kemudian sekarang ditemukan oleh siswa. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip kontekstual yaitu konstruktivisme yang merupakan landasan filosofi dalam pembelajaran kontekstual.
3 Selain kontruktivisme juga ada prinsip yang lain diantaranya inquiri (menemukan), questioning (bertanya), Learning Community (masyarakat belajar), modeling (pemodelan), reflection (refleksi), dan authentic (penilaian yang sebenarnya) yang tidak hanya memperhatikan hasil tetapi juga proses2. Salah satu lingkup materi yang harus diajarkan dan dipelajari oleh siswa SMP VIII semester II adalah sistem persamaan linier dua variabel. Dalam kehidupan sehari-hari banyak permasalahan yang membutuhkan konsep sistem persamaan linier dua variabel untuk menyelesaikannya. Karena materi ini dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari maka salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan kontekstual. Dengan pembelajaran kontekstual diharapkan siswa yang menemukan sendiri pemahaman materi pelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki. Selain itu dengan melihat kelebihan pembelajaran kontekstual siswa diharapkan merasa lebih mudah dalam memahami, menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep matematika. Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk menerapkan pembelajaran kontekstual pada materi pokok sistem persamaan linier dua variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan Waru Sidoarjo. 2 http:// technology 13.wordpress.com/2009/08/26/ pendekatan-kontekstual-atau-contex-teachingand-learning-ctl/
4 B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, pertanyaan yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kemampuan guru dalam contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? 2. Bagaimana aktifitas siswa dalam contextual teaching and learning dalam menyelesaikan tugas pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? 3. Bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? 4. Bagaimana respon siswa terhadap contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas guru dalam contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan?
5 2. Untuk mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam contextual teaching and learning dalam menyelesaikan tugas pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? 3. Untuk mengetahui bagaimana ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? 4. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap contextual teaching and learning pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII SMP Islam Parlaungan? D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai alternatif pembelajaran bagi guru dalam menyampaikan materi sistem persamaan linier dua variabel dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Memberikan dorongan kepada semua guru untuk selalu meningkatkan keterampilan mengajarnya guna meningkatkan ketuntasan belajar siswa. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga guru dalam menentukan model pembelajaran dan strategi yang cocok sehingga proses belajar mengajar dapat tercapai dengan optimal. E. Definisi, Asumsi, Dan Keterbatasan 1. Definisi
6 Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran memahami istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberi definisi sebagai berikut: a) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. b) Kemampuan guru mengelola pembelajaran kontekstual adalah sejumlah keterlibatan dari kegiatan guru selama melaksanakan proses pembelajaran kontekstual yang diamati dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran kontekstual. c) Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama pembelajaran kontekstual yang diamati dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. d) Ketuntasan hasil belajar siswa adalah daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Seorang siswa dikatakan tuntas suatu materi apabila nilai yang diperoleh 60 % dan secara klasikal jika presentase ketuntasan hasil belajar 60%. Nilai diambil dari hasil tes yang dilakukan oleh peneliti. 3 3 http:// akhmadsudrajat. Files. Wordpress. Com /2008/08/penerapan-kkm.pdf.
7 e) Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran adalah tanggapan atau pendapat siswa terhadap pembelajaran kontekstual yang diambil dengan menggunakan angket. Respon siswa dikatakan positif apabila presentase banyaknya siswa menjawab senang, baru, setuju, jelas, dan menarik minimal 65%. 4 2. Asumsi a) Pengetahuan dan ketrampilan awal siswa terhadap materi sistem persamaan linier dua variabel adalah sama karena semua siswa telah mendapatkan materi tersebut. b) Siswa menjawab soal tes berdasarkan kemampuan sendiri karena pada saat tes dilakukan, peneliti mengawasi dengan ketat dan dibantu oleh mahasiswa dan guru kelas. c) Siswa mengisi angket respon sesuai dengan pendapatnya dan tidak dipengaruhi orang lain karena sebelumya sudah diberitahukan bahwa apapun isian dari angket tidak berpengaruh pada nilai siwa. d) Pengamatan melakukan pengamatan secara objektif karena pengamat adalah mahasiswa pendidikan matematika yang mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan persepsi yang sama tentang pembelajaran yang digunakan dalam penelitian. 4 Zulkifli, penerapan pendekatan problem possing dalam pembelajaran pokok bahasan phytagoras di kelas VIII SLTP Negeri 22 Surabaya, Tesis (Surabaya: Pasca UNESA), h. 79.
8 e) Soal tes yang diberikan siswa telah memenuhi syarat (valid), karena sudah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing dan guru bidang studi. 3. Keterbasan Agar penelitian ini mencapai hasil yang optimal sesui dengan kondisi yang ada, maka penelitian perlu memberikan keterbatasan pada penelitian ini, adapun keterbatasan tersebut adalah: a) Pada penelitian ini hanya mengambil 4 siswa yang digunakan untuk meneliti aktivitas siswa di dalam kelas karena pengamatan aktivitas siswa hanya dilakukan oleh satu orang pengamat. b) Penelitian ini hanya dilakukan di satu kelas. c) Kriteria ketuntasan belajar siswa ditentukan dari hasil tes evaluasi akhir dan berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) di SMP Islam Parlaungan Waru Sidoarjo yaitu 60. d) Materi hanya Sistem Persamaan Linier Dua Variabel di kelas VIII-A.