BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IMPRESSION MANAGEMENT MAHASISWI PEROKOK (Studi Deskriptif Kualitatif Impression Management Mahasiswi Perokok Di Universitas Sumatera Utara)

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram. Prevalensi global berat badan lahir

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

2015 SIKAP TERHAD AP PICTORIAL HEALTH WARNING D AN INTENSI MEROKOK SISWA SMP D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. disebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun, orang tersebut tetap. sekelilingnya sering kali tidak peduli.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mengkonsumsi rokok dan produk tembakau lainnya menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produk barang atau jasa yaitu sebuah iklan. atau suara, dan simbol simbol agar masyarakat sadar dan mengetahuinya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Ike Wijayanti dalam iklan Kehilangan Pita Suara

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

tahun 2007 menjadi 6,9% pada tahun Adapun sekitar 6,3 juta wanita Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Generasi muda adalah tulang punggung bangsa jika dulu para pahlawan dengan susah payah membela bangsa dengan bambu runcing, maka kita mengemban tugas dengan mengangkat buku untuk membela negara. Dunia pendidikan merupakan suatu gambaran dunia yang penuh dengan ilmu, nilai, keterampilan, dan pengetahuan yang outputnya diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan perubahan zaman yang terus berkembang. Hal tersebut meyakinkan kita bahwa pendidikan itu penting, seolah - olah tidak ada lagi nilai tawar untuk satu kata yakni pendidikan. Citra yang baik dari pendidikan menjadi kebanggaan bagi para pelaku pendidikan. Namun sebuah fenomena menarik terjadi di dalam dunia pendidikan tersebut yakni kebiasaan merokok di kalangan peserta didik mulai dari anak - anak hingga dewasa. Faktanya Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Global Youth Tobacco Survey (GYTS) Tahun 2009 di Indonesia, Prevalensi merokok pada anak sekolah usia 13-1 5 tahun mencatat : - 30.4% Anak sekolah pernah merokok (L:57.8%, P:6.4%) - 20.3% Anak sekolah adalah perokok aktif (L: 41%, P: 3.5%) Pada zaman modern ini, rokok bukanlah suatu benda asing lagi. Bagi mereka yang hidup di kota maupun di desa, umumnya mereka sudah mengenal rokok. Bahkan, bagi sebagian orang, rokok sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa alasan yang jelas, seseorang akan merokok, baik setelah makan, setelah minum kopi atau teh, bahkan sambil bekerja pun seringkali diselangi dengan rokok. Rokok sudah menjadi budaya manusia (Jaya, 2009:38). Menurut sejarah, masyarakat di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, dimana merokok merupakan keperluan

ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke-16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu juga mencoba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian, kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, orang Eropa merokok semata-mata hanya untuk kesenangan. Pada abad ke-17 Masehi, para pedagang Spanyol masuk ke Turki. Saat itu, kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam. Jadi, usia rokok belumlah terlalu lama lebih dari 3 abad (Jaya, 2009:40). WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan tembakau menjadi masalah kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya dan separuhnya terjadi di Asia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) yang menyebutkan angka kematian akibat rokok mencapai 200.000 jiwa pertahun, artinya 16.666 meninggal perbulan, 555 orang perharinya meninggal akibat penyakit yang disebabkan rokok. Di Asia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak jumlah perokok yang mencapai 146.860.000 jiwa. Data tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7%, dari jumlah tersebut 76,6% merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Data lainnya menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia tahun 2002 mencapai 182 milyar batang. Keadaan ini menunjukkan bahwa total perokok aktif di Indonesia adalah 70 % dari total penduduk atau 141,44 juta orang. (http://metro.sindonews.com/read/2013/10/24/31/797993/data-kemenkes-soalangka-kematian-akibat-rokok). Data riset kesehatan dasar 2007, di provinsi Sumatera Utara persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang merokok tiap hari 20,2%, sedangkan di kota Medan persentase penduduk umur 10 tahun keatas yang merokok tiap hari 16,8%, proporsi pria lebih besar dibandingkan wanita. Asap rokok bukan hanya memberikan dampak buruk bagi perokok, tetapi juga bagi orang lain yang menghisap asap tersebut. Selama beberapa tahun terakhir para ilmuan telah membuktikan bahwa zat - zat kimia yang terdapat dalam asap rokok dapat memengaruhi kesehatan orang - orang di sekitar perokok yang tidak merokok.

Perokok pasif mempunyai resiko lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular, kanker paru dan penyakit paru lainnya. Di Indonesia, kebiasaan merokok tidak hanya dilakukan oleh laki - laki saja namun perempuan melakukan hal yang sama. Pravelensi merokok terus meningkat baik pada laki laki maupun perempuan. Pravelensi merokok pada perempuan meningkat empat kali lipat dari 1,3 % pada tahun 2001, menjadi 5,2% pada tahun 2007 (Riset Kesehatan Dasar - Global Youth Tobacco Survey,2009:12). Meskipun beberapa perempuan menyadari masalah ini, namun mereka terus merokok. Beberapa alasan populer untuk merokok adalah bahwa hal itu memungkinkan mereka untuk bersantai dan mengekang perasaan atau potensi agresi dan kadang - kadang depresi. Stres yang sering terjadi di tempat kerja, di rumah, menjadikan rokok salah satu cara perempuan untuk meredakan diri dari sensasi stres. Banyak wanita juga merokok untuk menurunkan berat badan. Meskipun menurut mereka ini merupakan metode yang efektif, dampak negatif rokok secara signifikan lebih besar daripada manfaatnya. (http://life.viva.co.id/news/read/444256-riset--wanita-perokok-berisiko-tinggiderita-gangguan-otak). Menurut McWeeney, keinginan untuk merokok lebih besar pada wanita dari pada pria karena wanita lebih cepat merasa gelisah/kalut dan Iain-lain. Beberapa orang wanita yang fashionable, berpendapat dengan merokok mereka akan tetap langsing. Di negara maju, kebiasaan merokok pada wanita di tempat umum, jauh lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan di negara berkembang. Faktanya, wanita perokok juga terdapat di dunia perndidikan bahkan di lingkungan kampus. Mahasiwi perokok bukan sosok yang sulit yang ditemui. Jika seorang pria merokok mungkin hal yang lumrah bagi beberapa orang, apalagi ia menginjak usia yang sudah tergolong dewasa dan memiliki pendapatan sendiri (Jaya,2009:40). Mahasiswi adalah calon calon ibu yang nantinya akan melahirkan generasi generasi penerus. Dalam dunia kedokteran telah diakui bahwa ibu yang merokok selama masa kehamilannnya dapat mengakibatkan penurunan berat bayi yang dilahirkan serta peningkatan mortalitas bayi dan angka abortus spontan. Selain dampak tersebut di atas, merokok dapat pula menurunkan fertilitas, lebih awal mengalami menopause, lebih cepat berkerut mukanya dan

beruban. Sesudah menopause, tulang lebih rapuh sehingga cepat patah (McWeeney,1990:14). Karenanya mahasiswi yang notabene adalah perempuan yang akan hamil dan mengalami masa monopouse, memiliki risiko yang sama dengan data diatas. Peneliti memilih mahasiswi sebagai informan dalam penelitian tersebut karena mereka memegang status sebagai kaum terpelajar dan berpendidikan. Mahasiswa/i dalam peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswi merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswi juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi yang makin menyatu dengan masyarakat, dididik dan di harapkan menjadi calon-calon intelektual (Sarwono, 1978:80). Seorang peserta didik seharusnya menjadi seseorang yang terdidik pula. Fenomena mahasiswi perokok tersebut sangat menarik untuk diketahui. Karena, selain terbiasa dengan tugas dan sederetan aktivitas di kampus, seorang mahasiswi juga melakoni kebiasaan lain yakni merokok. Dengan berbagai faktor yang menyebabkan mereka memutuskan untuk merokok dan bagaimana ia dapat diterima di lingkungannya dengan kebiasaan tersebut membuat hal tersebut sangat menarik untuk diketahui. Lewat pengamatan peneliti, seorang mahasiswi perokok memaknai rokok bukan sebagai sesuatu yang melekat pada faktor status sebagai mahasiswi, namun pada keberadaanya pada segmen - segmen kehidupan lain. Diantaranya profesi di luar lingkungan pendidikan, gaya hidup, kebutuhan mendasar, dan sedikit pada faktor mencoba dengan kehendak sendiri. Peneliti melakukan observasi terhadap Bunga (nama samaran), menurut pengakuan Bunga ia tidak malu untuk merokok dimanapun, sebab rokok telah menjadi identitas dirinya sebagai seorang

penyiar radio. Rokok juga ia gunakan sebagai media untuk memberatkan kualitas suara saat on air disegmen acara yang dibawakan. Kualitas suara seorang penyiar wanita yang sedikit ngebass membuat para pendengarnya semakin tertarik untuk mendengarkan acara yang dibawakan. Menurut informasi yang peneliti dapatkan dilapangan, banyak mahasiswi perokok memulai kebiasaan merokok bukan ketika mengemban status sebagai mahasiswa namun ketika duduk dibangku SMP dan SMA. Bunga memaknai dirinya sebagai seorang perokok dan memandang perempuan perokok di kalangan mahasiswa adalah sesuatu hal yang wajar dan sudah umum dilakukan (Observasi Pra Penelitian 28 Agustus 2013). Keberanian seorang mahasiswi untuk merokok di depan umum menjadi sebuah hal yang sangat menarik untuk diketahui. Kebiasaan tersebut layaknya hal yang lumrah dan menjadi tontonan yang tidak asing lagi bagi orang - orang yang berada di lingkungan kampus. Fenomena tersebut menjadi dasar peneliti untuk melihat apa yang menjadi alasan seorang mahasiswi memutuskan untuk merokok. Kemudian apa yang menjadi alasan seorang mahasiswi perokok untuk menunjukkan kebiasaan merokoknya di tempat umum (front stage) khususnya di tempat tempat umum, dan bagaimana ia mendesain dirinya ketika berada di panggung belakang (back stage) serta peneliti sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana karakteristik seorang mahasiswi perokok sehingga setiap orang dapat mengenalinya. Lokasi Penelitian yang ditentukan sebagai sasaran penelitian adalah di, karena sedang giat untuk menyosialisasikan USU Bebas Rokok dengan membuat Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di beberapa titik titik di lingkungan, meskipun kegiatan tersebut mengandung pro dan kontra. Undang- Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 115, dalam pasal tersebut yang dimaksud dengan KTR meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajarmengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum lain yang ditetapkan. (http://suarausu.co/index.php?option=com_content&view=article&id=1236)

Impression menegement yang didesain sedimikian rupa akan mengundang persepsi yang berbeda dari tiap orang (Dadang, 2007 : 77). Sehingga peneliti juga ingin mengetahui bagaimana gambaran Impression Management dari wanita perokok dikehidupan front stage dan back stage. Penelitian akan dilaksanakan secara mendalam dengan menggunakan wawancara kepada informan yang telah bersedia untuk menjadi subjek penelitian. Secara lengkap akan dipaparkan lewat judul penelitian ini : Impression Management mahasiswi Perokok di Universitas Sumatera Utara (Studi Deskriptif Kualitatif Impression Management Mahasiswi Perokok di ). 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti merumuskan bahwa fokus yang akan diteliti lebih lanjut adalah : Bagaimana Impression Management mahasiswi perokok di? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menggambarkan karakteristik mahasiswi perokok di Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk menggambarkan alasan mahasiswi menjadi perokok di Universitas Sumatera Utara. 3. Untuk menggambarkan Impression Management mahasiswi perokok di. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini dapat memberikan dampak positif dan menambah pengetahuan dalam khasanah penelitian komunikasi serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan mahasiswa FISIP USU khususnya Departemen Ilmu komunikasi. 2. Secara teoritis, Penelitian ini dapat memberi kontribusi di bidang ilmu komunikasi yang berkaitan dengan Studi Dramaturgi dan Impression Management.

3. Secara praktis, Penelitian ini menerapkan lmu yang diterima peneliti - peneliti selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi sekaligus memberikan masukan kepada siapa saja yang tertarik terhadap meneliti fenomena sosial yang ada di masyarakat.