33 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil Mutiara Mutiara adalah sejenis batu permata dalam berbagai bentuk, hasil biomineralisasi kerang anggota moluska (filum Mollusca). Mutiara alami terbentuk karena iritasi yang disebabkan oleh sesuatu yang asing yang masuk ke dalam kerang. Mekanisme pertahanan diri kerang akibat gangguan iritasi ini menghasilkan nacre yang terkomposisi sebagian besar dari kalsium karbonat. Dengan nacre tersebut, mutiara membungkus kotoran itu sehingga kotoran itu terbentuk menjadi mutiara. Komposisi mutiara alami kebanyakan didominasi nacre sedangkan mutiara hasil budidaya didominasi bagian intinya. Bagian inti yang digunakan untuk membuat mutiara buatan biasanya berbentuk bulat dan diambil dari kerang lain yang memiliki cangkang tebal. 4.1.1 Karakteristik Mutiara 1. Warna mutiara Kisaran warna mutiara cukup luas, dari hitam sampai perak. Namun demikian warna alami mutiara bukan semata ditentukan oleh warna dasar nacre mutiara itu sendiri yang dibentuk oleh pigmen warna di bagian matriks organik yang mengikat ubin nacre namun juga berkombinasi dengan warna overtone dan irredescence. Bahkan, dalam penelitian yang dilakukan terhadap nacre dari Pinctada maxima membuktikan bahwa warna nacre juga ditentukan oleh adanya kekacauan cahaya dalam daerah ikatan antar ubin aragonite yang membentuk nacre. Irridescence atau juga disebut orient muncul bagaikan pelangi, sebetulnya merupakan fenomena optik akibat dari lapisan nacre yang membuat difraksi cahaya yang berbeda beda, fenomena ini lebih jelas pada bagian dalam dari cangkang daripada mutiara itu sendiri, terjadi akibat terbentuknya garis-garis pertumbuhan. Sementara overtone adalah sinar cahaya warna yang muncul di permukaan mutiara sehingga terlihat berkilau. 2. Lustre mutiara Lustre diukur dari daya pantul nacre itu sendiri terhadap obyek di dekatnya. Bila daya pantulnya sempurna maka nacre itu akan menyerupai cermin
34 dalam memantulkan cahaya dan image. Sementara nilai luster rendah bila nacre terlihat berwarna kusam, kabur dengan daya pantul rendah. Luster juga ditentukan oleh komposisi ubin nacre sehingga menciptakan difraksi cahaya tertentu dan membuat nacre kelihatan buram. 3. Bentuk mutiara Secara umum, bentuk mutiara terdiri atas: spherical (bulat bola), simetris dan baroque. Bentuk spherical adalah bentuk umum yang dihasilkan oleh mutiara hasil budidaya. Bentuk ini juga yang paling banyak diminati konsumen. Namun, bentuk yang benar-benar bulat jarang ditemukan apalagi berasal dari mutiara alami. Mengingat model terbentuknya mutiara karena mengikuti kontur inti, sehingga dibuatlah inti bundar dengan maksud menghasilkan mutiara yang bundar pula. Bentuk simetris adalah bentuk mutiara apabila dibelah dua maka setengah bagiannya akan sama dengan bagian yang lainnya. Bentuk mutiara simetris yang umum adalah bentuk buah pir atau air mata. Sedangkan bentuk baroque adalah bentuk bangunan mutiara abstrak, memiliki tonjolan di sana-sini, tak simetris. Bentuk ini banyak ditemukan di mutiara alami. 4. Ukuran mutiara Besar kecil mutiara lebih banyak ditentukan oleh jenis kerang yang menghasilkannya. Di samping jenis kerang mutiara, faktor lain yang menentukan ukuran mutiara adalah lamanya budidaya. Makin lama mutiara dibudidaya, makin tebal nacre yang dihasilkan. Ukuran yang umum diterapkan untuk mengukur diameter mutiara adalam millimeter (mm). Mutiara hasil budidaya dengan ukuran di atas 20 mm, jarang ditemukan sehingga harganyapun mahal. 5. Kontur permukaan Mendapatkan mutiara dengan permukaan yang sangat licin pun tidak gampang. Mutiara yang memiliki goresan atau tonjolan-tonjolan kecil di permukaan disamping kurang indah secara estetik juga beresiko mengelupas bila bergesek. Keberadaan permukaan juga akan memengaruhi warna dan lustre dari mutiara. 6. Berat mutiara Umumnya berat mutiara diekspresikan dengan carat, grain dan momme. Menakar mutiara dengan berat biasanya dilakukan untuk pembelian jumlah besar,
35 kebanyakan mutiara budidaya ditakar dengan ukuran diameter (milimeter) disamping faktor-faktor penentu kualitas mutiara lainnya. Satu carat = 4 grain = 200 milligram = 1/5 gram Satu grain = 1/4 carat = 50 milligram = 1/20 gram Satu momme = 18.75 carat = 3750 milligram = 3.75 gram 4.1.2 Jenis Mutiara Berdasarkan cara pembuatannya, mutiara dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu Mutiara alam dan Mutiara budidaya atau buatan. 1. Mutiara Alam Mutiara alam hampir 100 persen tersusun atas kalsium karbonat dan conchiolin. Diperkirakan terbentuknya mutiara alam akibat sekumpulan kejadiankejadian tak disengaja ketika kotoran-kotoran kecil atau parasit masuk ke dalam kerang saat kerang tersebut membuka cangkangnya untuk bernapas ataupun makan. Kemudian kotoran-kotoran tersebut tersimpan di dalam kerang. Moluska tersebut merasa terganggu oleh benda asing yang masuk, sehingga membentuk kantung mutiara dari sel eksternal jaringan mantel dan mengeluarkan nacre atau lendir yang mengandung kalsium karbonat dan conchiolin untuk membungkus dan menutupi benda asing tersebut. Proses sekresi diulang berkali-kali, sehingga menghasilkan mutiara. Mutiara alam datang dalam berbagai bentuk, dengan sempurna yang bulat yang relatif langka. 2. Mutiara Budidaya Pembentukan mutiara ini tidak terjadi secara alami, melainkan dengan kerja manusia. Perbedaannya dengan mutiara alam adalah proses masuknya iritan atau benda asing dalam tubuh kerang. Sepotong jaringan mantel dari kerang pendonor dimasukkan ke dalam kerang. Selanjutnya jaringan tersebut menjadi iritan dalam tubuh kerang da terjadi proses pembetukan mutiara seperti pada mutiara alam. Kadang proses pemasukan jaringan mantel ke tubuh kerang disertai pemasukkan sejenis bahan padat sebagai bahan dasar pembentukan mutiara. 4.2 Standar Mutu Mutiara Mutiara memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi sebagai perhiasan. Bahkan sejak 260 SM pada Dinasti Han di Cina, orang-orang telah berburu
36 mutiara. Karena banyak variasi mutiara dan kualitasnya di dunia, orang membuat klasifikasi mutiara. 1. Klasifikasi Sistem AAA-A - AAA : Mutiara kualitas terbaik, tanpa bercak. Sangat berkilau dan setidaknya 95 persen permukaan tak cacat. - AA : Sangat berkilau dan 75 persen permukaan tak cacat. - A : Mutiara perhiasan kelas terendah, kilau kurang dan >25 2. Klasifikasi Sistem A-D persen permukaan mutiara bercacat. - A : Mutiara kualitas terbaik, sangat berkilau, sedikit cacat <10 persen>. - B : Sangat berkilau atau kilau sedang. Terlihat sedikit cacat namun tak lebih 30 persen dari luas permukaan. - C : Kilau sedang, cacat permukaan tak lebih 60 persen. - D : Memiliki cacat sedikit namun tak dalam dan tak lebih 60 persen dari luas permukaan Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: 1) ukuran mutiara, di mana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter, 2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara, 3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya, 4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan 5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin. 4.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Ekspor komoditi mutiara Indonesia di negara Australia, Hongkong, dan Jepang selama periode tahun 1999-2011 mengalami fluktuasi. Adapun berbagai
37 perkembangan nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia di ketiga negara tersebut ditunjukkan oleh tampilan gambar grafik yang merupakan gabungan dari HS710110 dengan komoditi natural pearls dan HS710121 dengan komoditi cultured pearls, unworked. 4.3.1 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Australia Selama periode 1999 hingga 2011 ekspor komoditi mutiara Indonesia di Australia berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai ekspor terendah terjadi pada tahun 2002 sebesar US$ 831,49 ribu. Dan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan nilai sebesar US$ 7,31 juta. 8,000,000 Nilai Ekspor (US$) 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: UN Comtrade, 2012 Gambar 4.1 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Australia, 1999-2011 4.3.2 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Hongkong Perkembangan nilai ekspor komoditi mutiara Indonesia di Hongkong selama periode tahun 1999 hingga 2011 juga menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Nilai ekspor terendah sebesar US$ 4,72 ribu pada tahun 2006. Periode dari tahun 2009 hingga 2011, nilai ekspor mutiara Indonesia mengalami peningkatan. Dan pada tahun 2011, nilai ekspor mutiara Indonesia mencapai nilai tertinggi sebesar US$ 13,64 juta.
38 15,000,000 Nilai Ekspor (ribu US$) 10,000,000 5,000,000 0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: UN Comtrade, 2012 Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Hongkong 1999-2011 4.3.3 Perkembangan Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Jepang Ekspor komoditi mutiara Indonesia di Jepang dari tahun 1999 hingga 2011 juga mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Nilai ekspor mutiara Indonesia ke Jepang mengalami nilai terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar US$ 2,71 juta. Sedangkan nilai ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2000 dengan nilai sebesar US$ 17,02 juta. 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 Nilai Ekspor (ribu US$) 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: UN Comtrade, 2012 Gambar 4.3 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditi Mutiara Indonesia di Jepang, 1999-2011