Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

dokumen-dokumen yang mirip
SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penentuan mutu biji kakao yang diperoleh dengan berdasarkan uji

Biji kakao AMANDEMEN 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

Biji mete kupas (cashew kernels)

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kulit masohi SNI 7941:2013

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Lada hitam. Badan Standardisasi Nasional ICS

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Juni 2009 Telp. (031) ; Faks.

Masa berlaku: Alamat : Jl. Gayung Kebonsari Dalam 12 A, Surabaya Oktober 2007 Telp. (031) ; Faks.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2016 di Desa Margototo Metro Kibang

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN KOMODITI PERKEBUNAN HULU KAKAO. Oleh: Qoimatul Fitriyah / THP A / 7

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO

SNI Standar Nasional Indonesia. Inti kelapa sawit. Badan Standardisasi Nasional ICS

Tuna dalam kemasan kaleng

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

Manajemen Sortasi dan Pemecahan Buah Kakao (Theobroma cacao L.) di Jawa Tengah. Management of Handling Cocoa Pod (Theobroma cacao L.

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Buah Kakao Menurut Susanto (1994) klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: : Dicotyledon

(Studi Kasus Tanah Desa Jirek Mas Kecamatan BUAH KOPI. Cermee Kabupaten Bondowoso) SKRIPSI. Oleh Lubna Brilyani NIM

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO PROSES PENGOLAHAN BIJI KOPI

KAYU LAPIS DAN PAPAN BLOK PENGGUNAAN UMUM

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Air mineral SNI 3553:2015

Terasi udang SNI 2716:2016

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Mesin pemecah buah dan pemisah biji kakao - Syarat mutu dan metode uji

PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN PASCAPANEN KAKAO. Ketua : Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Herdradjat Natawidjaya

Jahe untuk bahan baku obat

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

Bambu lamina penggunaan umum

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI Standar Nasional Indonesia

Air demineral SNI 6241:2015

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

STUDI PENGENDALIAN MUTU KACANG TANAH SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUKSI KACANG SHANGHAI PADA PERUSAHAAN PUTRI PANDA TULUNGAGUNG

Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dosis ragi dan frekuensi pengadukan

K O P A L SNI

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 52/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

ABSTRAK JEFRI K. NUSI

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

PEDOMAN PENANGANAN PASCAPANEN KOPI

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

BAB III LAPORAN PENELITIAN. Perusahaan ini mendisitribusikan biji kopi secara khusus kepada distributor asing,

UJI BEDA UKURAN MESH TERHADAP MUTU PADA ALAT PENGGILING MULTIFUCER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

.:::: Powered By Ludarubma ::::. G A H A R U

Minyak terpentin SNI 7633:2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

A. Tujuan Percobaan Menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dan modulus. kehalusan. Data distribusi butiran pada agregat serta modulus kehalusan

SNI MUTU SIRAP DEWAN STANDARDISASI NASIONAL- DSN SNI UDC STANDAR NASIONAL INDONESIA

Cara uji kelarutan aspal

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

BAB I PENDAHULUAN. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi sendiri berasal dari bahsa arab

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

DAFTAR PUSTAKA. Anonim Pedoman Teknologi Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

G A H A R U, SNI

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

METODE PENGUJIAN UJI BASAH DAN KERING CAMPURAN TANAH SEMEN DIPADATKAN

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Dairi merupakan salah satu daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbungan tercepat terjadi di emerging market seperti Eropa Timur dan

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

BAB III METODE PENELITIAN

Metode uji CBR laboratorium

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Transkripsi:

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut HENDRO KUSUMO Kepala bidang Pertanian, Pangan dan Kesehatan Pusat Perumusan Standar BSN Jakarta, 25 Oktober 2017

SNI Biji kopi 2

Latar belakang penyusunan SNI Biji kopi perkembangan pasar global Resolusi ICO 407 (larangan perdagangan kopi mutu rendah per tanggal 1 Okt 2002) peningkatan mutu kopi Indonesia melalui penerapan standar mutu 3

SNI 01-2907:2008, Biji kopi Disusun oleh Komite Teknis 65-03 Pertanian Merupakan revisi dari SNI 01-2907:1999, Biji kopi Pelaksanaan rapat konsensus RSNI di Jakarta, 15 September 2004 Tahapan Jajak Pendapat RSNI tanggal 21 Juni 2007 sampai dengan 21 Agustus 2007 4

Ruang lingkup SNI Menetapkan penggolongan dan persyaratan mutu cara pengujian SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan penandaan pengemasan biji kopi jenis robusta dan arabika 5

Penggolongan kopi Berdasarkan jenis kopi Robusta Arabika Berdasarkan cara pengolahannya Pengolahan kering Pengolahan basah Berdasarkan nilai cacatnya Enam tingkat mutu Khusus kopi robusta mutu 4 terbagi dalam sub tingkat mutu 4a dan 4b Berdasarkan ukurannya Penggolongan ukuran untuk kopi robusta (Pengolahan kering : besar dan kecil; Pengolahan basah : besar, sedang, dan kecil) Penggolongan ukuran untuk kopi arabika : besar, sedang, dan kecil Berdasarkan jumlah keping biji Peaberry Polyembrioni 6

Syarat mutu Biji kopi Syarat mutu umum 7

Syarat mutu Biji kopi Syarat mutu khusus Berdasarkan ukuran biji 8

Syarat mutu khusus Berdasarkan ukuran biji Syarat mutu Biji kopi 9

Syarat mutu khusus Berdasarkan jumlah keping biji Syarat mutu Biji kopi 10

Syarat mutu khusus Berdasarkan sistem nilai cacat Syarat mutu Biji kopi 11

Syarat mutu khusus Berdasarkan sistem nilai cacat (lanjutan) Syarat mutu Biji kopi 12

Cara uji Biji kopi Cara penentuan adanya serangga hidup PRINSIP: Pengamatan secara visual adanya serangga hidup pada saat kemasan contoh dibuka PROSEDUR: Amati dengan seksama adanya serangga hidup pada saat kemasan contoh dibuka PENYAJIAN HASIL UJI: Apabila tidak ditemukan adanya serangga hidup maka contoh uji dinyatakan tidak ada. Apabila ditemukan adanya serangga hidup maka contoh uji dinyatakan ada 13

Cara uji Biji kopi Cara penentuan biji berbau busuk dan berbau kapang PRINSIP: Pengujian dilakukan secara organoleptik melalui penciuman pada wadah yang terlindungi yang tidak terpengaruhi oleh lingkungan luar PERALATAN: Wadah contoh yang bersih dan tidak berbau, yang dapat melindungi contoh daripengaruh bau lingkungan luar PROSEDUR: Setelah kemasan contoh laboratorium dibuka, lakukanlah penciuman dengan cara mendekatkan hidung pada permukaan contoh, kemudian menghirupnya dalam-dalam dengan menjaga agar kotoran tidak terisap. Dapat pula dengan memasukkan contoh ke dalam wadah yang bersih dan tidak berbau, kemudian lakukan penciuman dengan cara di atas PENYAJIAN HASIL UJI: Apabila tercium ada bau maka contoh uji dinyatakan ada. Apabila tidak ada tercium bau maka contoh uji dinyatakan tidak ada. 14

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kadar kopi 15

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kadar kopi (lanjutan) 16

Cara penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran biji kopi - Penentuan kopi lolos ayakan Cara uji Biji kopi PRINSIP: Pemisahan secara fisik dengan menggunakan ayakan dan penimbangan pecahan biji-biji kopi atau biji kopi yang lolos ayakan PERALATAN: a) neraca analitik ketelitian 0,001 g; b) kaca arloji; c) ayakan yang mempunyai lubang bulat berdiameter 6,5 mm dan 3,5 mm untuk kopi robusta pengolahan kering; d) ayakan yang mempunyai lubang bulat berdiameter 7,5 mm, 6,5 mm dan 5,5 mm untuk kopi robusta pengolahan basah; e) ayakan yang mempunyai lubang bulat berdiameter 6,5 mm, 6 mm, dan 5 mm untuk kopi arabika pengolahan basah dan pengolahan kering. 17

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran biji kopi - Penentuan kopi lolos ayakan (lanjutan) PROSEDUR: Timbang cuplikan untuk pengujian sebanyak 300 g dalam sebuah wadah yang telah ditimbang sebelumnya, dan ayak cuplikan tersebut dengan ayakan (7.4.3.c) atau (7.4.3.d), atau (7.4.3.e). Kumpulkan bagian cuplikan yang lolos dari ayakan tersebut dalam sebuah wadah yang telah ditimbang sebelumnya. Timbang cuplikan yang lolos dengan ketelitian 0,01 g. Cuplikan yang lolos ayakan disimpan untuk penetapan nilai cacat dan kadar kotoran PENYAJIAN HASIL UJI: 18

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran biji kopi - Penentuan nilai cacat dan kadar kotoran kopi biji PRINSIP: Pemisahan biji cacat dan kotoran secara fisik dan menghitung nilai cacat serta penimbangan kotoran. Pemisahan secara fisik dan penimbangan benda-benda yang dapat digolongkan dalam kotoran. PERALATAN: a) cawan petri; b) neraca analitis ketelitian 0,001g; c) kaca arloji atau cawan aluminium; d) kertas yang berwarna putih. 19

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran biji kopi - Penentuan nilai cacat dan kadar kotoran kopi biji (lanjutan) PROSEDUR: Timbang contoh uji sebanyak 300 g, termasuk cuplikan yang lolos ayakan dan tebarkan pada sehelai kertas. Dipilih dan dipisahkan biji cacat dan kotoran yang ada pada cuplikan. Tempatkan secara terpisah dalam kaca arloji atau cawan aluminium masing-masing dan hitung nilai cacatnya. Kotoran berupa ranting, tanah, atau batu setelah dihitung nilai cacat dikumpulkan bersama-sama dengan benda asing lainnya dalam sebuah wadah yang telah diketahui berat sebelumnya. Timbang dengan ketelitian 0,01 g. PENYAJIAN HASIL UJI: Bila pada satu biji kopi terdapat lebih dari satu jenis cacat, maka yang dinilai hanya satu jenis cacat saja, yaitu jenis yang mempunyai nilai cacat yang terberat. Untuk mempermudah perhitungan setiap cuplikan buatlah tabel seperti pada Tabel 10, dan masukkan jumlah nilai cacat dalam masing-masing lajur yang bersangkutan 20

Cara uji Biji kopi Cara penentuan kopi lolos ayakan, nilai cacat dan kotoran biji kopi - Penentuan nilai cacat dan kadar kotoran kopi biji (lanjutan) 21

Syarat lulus uji Biji kopi Biji kopi dinyatakan lulus uji apabila 1. Memenuhi persyaratan, baik - syarat umum maupun - syarat khusus untuk masing-masing jenis biji kopi dan 2. Memenuhi cara pengolahannya, seperti pada pasal 5, kecuali ada kesepakatan antara penjual dan pembeli khususnya mengenai ukuran biji yang dilengkapi pernyataan pembeli 22

Syarat penandaan & pengemasan Biji kopi Syarat penandaan Pada setiap pengiriman, bagian luar dari karung diberi keterangan yang sekurangkurangnya berisikan : a) Nama barang; b) Jenis mutu; c) Produksi Indonesia; d) Berat bersih; e) Nomor karung; f ) Pelabuhan negara tujuan. Syarat pengemasan Kopi dikemas dengan satu lapis karung baru yang baik, bersih, dan kering. Berat bersih tiap karung adalah 60 kg, atau sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli 23

SNI Biji kakao 24

Latar belakang penyusunan SNI Biji kakao memperhatikan standar yang digunakan oleh negara-negara produsen lain syarat mutu yang diminta oleh konsumen Perkembangan situasi perkakaoan dunia 25

SNI 2323:2008, Biji kakao Disusun oleh Komite Teknis 65-03 Pertanian Merupakan revisi dari SNI 01-2323-2002 Biji kakao Pelaksanaan rapat konsensus RSNI di Jakarta, 8 Oktober 2006 Tahapan Jajak Pendapat RSNI tanggal 21 Juni 2007 s/d 21 Agustus 2007 dan pemungutan suara pada tanggal 7 April 2008 s/d 7 Juni 2008 Diamandemen pada bagian: istilah dan definisi, syarat mutu dan lampiran, pada tahun 2010 dengan SNI 2323:2008/Amd1:2010 26

Ruang lingkup SNI Menetapkan Penggolongan Syarat mutu Cara pengambilan contohan Cara uji SNI 19-0428-1998, Petunjuk pengambilan contoh padatan Syarat lulus uji Syarat penandaan Pengemasan Rekomendasi biji kakao 27

Penggolongan kakao Berdasarkan jenis tanaman 1) jenis mulia (fine cocoa/f); 2) jenis lindak (bulk cocoa/b). Berdasarkan jenis mutunya Mutu I Mutu II Mutu III Berdasarkan ukuran berat bijinya (jumlah biji per 100 g contoh biji), kakao digolongkan dalam 5 golongan ukuran dengan penandaan: AA : maksimum 85 biji per seratus gram; A : 86-100 biji per seratus gram; B : 101-110 biji per seratus gram; C : 111-120 biji per seratus gram; S : lebih besar dari 120 biji per seratus gram. 28

Syarat mutu Biji kakao Syarat mutu umum 29

Syarat mutu Biji kakao Syarat mutu khusus 30

Cara penentuan adanya serangga hidup Cara uji Biji kakao PRINSIP: Pengamatan secara visual adanya serangga hidup dan benda asing pada saat kemasan contoh uji dibuka PROSEDUR: Amati dengan seksama adanya serangga hidup dan benda asing pada sekeliling partai dan pada saat kemasan contoh dibuka PENYAJIAN HASIL UJI: Apabila tidak ditemukan adanya serangga hidup, maka contoh uji dinyatakakan tidak ada. Apabila ditemukan adanya serangga hidup, maka contoh uji dinyatakan ada. Apabila tidak ditemukan adanya benda asing, maka contoh uji dinyatakan tidak ada. Apabila ditemukan adanya benda asing, maka contoh uji dinyatakan ada 31

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar air 32

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar air (lanjutan) 33

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar air (lanjutan) 34

Cara uji Biji kakao Cara penentuan adanya biji berbau asap abnormal dan berbau asing lainnya PRINSIP: Pengamatan secara organoleptik adanya bau asap abnormal dan bau asing lainnya pada bagian dalam biji kakao yang telah dibelah PROSEDUR: Amati secara organoleptik adanya bau asap abnormal dan bau asing lainnya dengan mencium bagian dalam dari setiap contoh uji yang telah dibelah terlebih dahulu PENYAJIAN HASIL UJI: Apabila tidak ditemukan adanya bau asap abnormal, dan bau asing lainnya maka contoh uji dinyatakan tidak ada. Apabila ditemukan adanya bau asap abnormal, dan bau asing lainnya maka contoh uji dinyatakan ada 35

Cara penentuan kadar kotoran PRINSIP: Pemisahan secara visual dan penimbangan Cara uji Biji kakao PERALATAN : a) neraca analitis dengan ketelitian 0,01 gram; b) kaca arloji/cawan plastik/cawan aluminium; c) ayakan dengan ukuran diameter lubang 7,5 mm; d) kertas putih. PROSEDUR: a) timbang contoh uji sebanyak ± 1000 g; b) pisahkan kotoran berupa plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit, biji pipih dan ranting, ke dalam kaca arloji/cawan; ke dalam kaca arloji/cawan lainnya yang telah diketahui bobotnya; c) timbang masing-masing kaca arloji/cawan yang berisi kotoran dan benda asing. 36

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar kotoran (lanjutan) 37

Cara penentuan kadar biji pecah Cara uji Biji kakao PRINSIP: Pemisahan secara visual dan penimbangan PERALATAN: a) kaca arloji/cawan plastik/cawan aluminium; b) neraca analisis, ketelitian 0,01 gram PROSEDUR: a) Timbang contoh uji sebanyak ± 100 g; b) Pisahkan biji pecah, ke dalam kaca arloji/cawan yang telah diketahui bobotnya; c) Timbang masing-masing kaca arloji/cawan yang berisi biji pecah. 38

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar biji pecah (lanjutan) 39

Cara uji Biji kakao Cara penentuan jumlah biji kakao per 100 g 40

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji berserangga, biji berkecambah) PRINSIP: Pengamatan secara visual bagian dalam biji kakao yang dipotong memanjang melalui bagian sisi tipisnya terhadap adanya biji cacat PERALATAN: a) pisau tipis/cutter yang tajam dan berujung tajam; b) talenan PROSEDUR: a) siapkan contoh uji sebanyak 300 biji diambil secara acak; b) potonglah memanjang dengan pisau/cutter melalui bagian sisi tipis pada talenan; dan amati satu persatu adanya biji fermentasi, biji berkapang, biji tidak terfermentasi, biji berserangga, biji berkecambah dan biji ungu yang tampak sesuai definisi berikut. c) khusus dalam penentuan biji slaty, apabila terdapat keraguan terhadap warna, sebaiknya keping biji tersebut digigit dan dicicipi, rasa pahit dan sepat yang ditimbulkan menandakan biji slaty; d) pisahkan biji-biji cacat (biji berkapang, biji slaty, biji berserangga, biji berkecambah) menurut jenis cacatnya dan hitunglah jumlahnya; 41

Cara uji Biji kakao Cara penentuan kadar biji cacat pada kakao (biji berjamur, biji slaty, biji berserangga, biji berkecambah) PROSEDUR (lanjutan): e) apabila pada suatu biji terdapat lebih dari pada satu jenis cacat, maka biji tersebut dianggap mempunyai jenis cacat yang terberat sesuai dengan tingkat resiko yang ditimbulkan; tingkatan tersebut adalah: jamur, serangga, kecambah dan biji yang slaty f) apabila ditemukan adanya biji pipih yang saling melekat, maka biji tersebut dipisahkan kemudian dikategorikan sesuai jenis cacatnya; g) cara menyatakan hasil. 42

Syarat lulus uji dan penandaan Biji kakao 43

Pengemasan, Penyimpanan dan Rekomendasi atau pengujian tambahan Biji kakao 44

Lampiran Amandemen 45

SNI Budidaya rumput laut 46

Latar belakang penyusunan SNI Rumput laut Bahan baku rumput laut yang memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan (Euro-GAP) 1. FAO Guidelines on Aquaculture Certification 2. ASEAN Good Aquaculture Practices (GAqP) Standard Panduan pembudidayaan yang baik yang berlaku secara nasional 47

Standar seri Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) Bagian 1 : Udang Bagian 2 : Rumput laut Bagian 3 : Ikan hias Bagian 4 : Ikan air tawar Bagian 5 : Ikan laut di karamba jaring apung (KJA) 48

SNI 8228.2:2015 Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) Bagian 2: Rumput laut Disusun oleh Komite Teknis 65-07 Perikanan Budidaya Pelaksanaan rapat konsensus RSNI di Jakarta, 12-14 Agustus 2015 Tahapan Jajak Pendapat RSNI tanggal 21 September 2015 sampai dengan 20 November 2015 49

Ruang lingkup SNI Menetapkan Kriteria Persyaratan Manajemen budidaya dengan memperhatikan (i) aspek keamanan pangan dan mutu (ii) kesehatan rumput laut (iii) aspek kelestariam lingkungan dan (iv) aspek sosial ekonomi. Rumput laut 50

Kriteria dan persyaratan Lokasi Disain dan tata letak Persiapan sarana Peralatan Bibit Pemeliharaan dan pengamatan Panen dan penanganan hasil Pengelolaan limbah Kebersihan lokasi dan fasilitas Pengelolaan lingkungan Pekerja Pelatihan Pendokumentasian

Kriteria dan persyaratan : Lokasi 52

Kriteria dan persyaratan : Lokasi (lanjutan) 53

Kriteria dan persyaratan : Disain dan tata letak 54

Kriteria dan persyaratan : Persiapan sarana; Peralatan; Bibit; Pemeliharaan dan pengamatan 55

Kriteria dan persyaratan : Panen dan Penanganan hasil 56

Kriteria dan persyaratan : Pengelolaan limbah; Kebersihan lokasi dan fasilitas; dan Pengelolaan lingkungan 57

Kriteria dan persyaratan : Pekerja dan Pelatihan 58

Kriteria dan persyaratan : Pendokumentasian 59