BAB I PENDAHULUAN. kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juni 2017) Nama : Dita Erline Kurnia NIM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semua orang akan mengalami proses tua, dan dimasa ini seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. menurun. World Health Organization (WHO) menggolongkan lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan tingkat pendapatan semakin meningkat. Salah satu penanda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN diperkirakan lansia menjapai 11,4% dari total jumlah penduduk atau

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ringan (TD diastole ), sedang (TD diastole ), dan berat (Td

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup ini mengakibatkan jumlah penduduk lanjut usia meningkat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

Tulang dan sendi merupakan kerangka tubuh yang menyebabkan tubuh dapat berdiri tegak,

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

BAB I PENDAHULUAN. terutama bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Masa tua merupakan masa yang paling bahagia. Yaitu masa dimana kita

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berumur 60 tahun atau lebih. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Tunduk Syukur. 3. Duduk Perkasa

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

PENURUNAN KELUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA MELALUI SENAM LANSIA DECREASING JOINT PAIN TO ELDERLY THROUGH ELDERLY EXERCISE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ageing process (proses menua) adalah proses menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbarui diri dan mempertahankan fungsinya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki diri jika terjadi kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011). Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007) dalam Azizah (2011), mendefinisikan lanjut usia sebagai orang yang telah berusia tua dan memiliki ciri fisik seperti rambut beruban, kulit telat berkeriput, dan hilangnya gigi. Sedangkan menurut Surini & Utomo (2003) dalam Azizah (2011), Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjutkan yang akan dilalui semua individu manusia, tanda tandanya lansia akan mengalami penurunan kemampuan tubuh untuk selalu beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang ada. WHO (1999) dalam Azizah (2011) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 kelompok berdasarkan usia kronologis, yaitu usia pertengahan (middle age) yaitu antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu antara usia 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu antara usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) yaitu usia diatas 90 tahun. Berdasarkan data Susenas 2014 dalam BPS (2014), jumlah lanjut usia di Indonesia sebanyak 20,24 juta jiwa, angka tersebut setara dengan 8,03

persen seluruh penduduk di Indonesia pada tahun 2014. Dan untuk jumlah lanjut usia di Kota Malang sendiri pada Sensus 2010 mencapai 8,5%. Perubahan perubahan yang bisa terjadi pada lanjut usia antara lain pada sistem indra yang meliputi sistem pendengaran dan integumen, serta sistem musculoskeletal yang meliputi jaringan penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot, dan sendi (Azizah, 2011). Adapun penyakit yang biasa menyerang manusia lanjut usia antara lain Asam urat. Berdasarkan survey yang dilakukan Buletin Natural, penduduk Indonesia yang menderita penyakit asam urat sebesar 35% sehingga WHO menempatkan Indonesia menjadi negara terbesar ke 4 di dunia yang menderita asam urat. Asam urat adalah hasil produksi oleh tubuh, sehingga keberadaannya bisa normal dalam darah dan urin. Akan tetapi sisa dari metabolisme makanan protein makanan yang mengandung purin juga menghasilkan asam urat. Oleh karena itu, kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat bila seseorang terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi (Misnadiarly, 2007). Penyakit sendi akibat asam urat adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh asam urat yang masuk ke dalam sendi. Jika kadar asam urat dalam darah seseorang melebihi ambang normal maka asam urat ini akan masuk ke organ organ tubuh khususnya ke dalam sendi. Sendi sendi yang disukai seperti jempol jari kaki, pangkal jari-jari kaki, pergelangan kaki, lutut, tangan, siku, bahu, dan lain lain (Kertia, 2009).

WHO mendata penderita gangguan pada sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi penduduk. Angka tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang penduduknya paling tinggi menderita nyeri sendi (Riskesdas 2007). Faktor faktor yang memengaruhi terjadinya nyeri sendi antara lain karena pada lansia, jaringan ikat sendi seperti tendon, ligamen dan fasia sudah mengalami penurunan elastisitas. Sendi mengalami penurunan fleksibilitas sehingga memengaruhi ruang gerak sendi. Kelainan tersebut menyebabkan sendi mengalami nyeri, bengkak, kekakuan sendi, dan mengganggu aktifitas keseharian lainnya (Azizah, 2011). Nyeri akibat penyakit asam urat tidak harus didahului oleh aktivitas olahraga dan nyerinya kambuh kambuhan, tetapi pegal pegal setelah berolahraga didahului oleh aktivitas olahraga dan akan membaik dalam beberapa hari (Kertia, 2009). Salah satu olah raga yang bisa dilakukan adalah Senam. Senam yang bisa dilakukan antara lain senam asam urat (ergonomik). Senam ergonomik adalah teknik senam untuk mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan dalam sistem saraf, dan aliran darah, memaksimalkan supply oksigen ke otak, membuka sistem kecerdasan, sistem keringat, sistem pemanasan tubuh, sistem pembakaran asam urat, dan lain sebagainya. Gerakan yang terkandung dalam senam ergonomik merupakan gerakan yang efisien karena merupakan gerakan yang sudah dilakukan manusia sejak dulu. Senam ergonomik merupakan senam yang gerakannya disesuaikan dengan kaidah kaidah penciptaan tubuh dan diilhami dari gerakan shalat. (Wratsongko, 2010)

Keistimewaan senam ergonomik adalah lebih mengutamakan kelenturan otot, urat, saraf, dan sendi. Pada penderita asam urat, terdapat suatu kondisi yang bisa dirasakan langsung, seperti racun dalam tubuh akan keluar melalui telapak kaki (Wratsongko, 2006). Telah dilakukan beberapa penelitian tentang pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan nyeri sendi akibat asam urat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Titih Huriah, Ema Waliyanti, Afiani Septina Rahmawati, dan Yuliana Matoka (2014) bahwa terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap penurunan skala nyeri sendi. Sedangkan Esthi Wahyuningsih, Faridah Aini, dan Mona Saparwati (2016) menyatakan bahwa ada pengaruh pemberian senam ergonomik terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia dengan hiperurisemia pada kelompok intervensi di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Ungaran. Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang penurunan nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik bagi penderita asam urat. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah tingkat nyeri sendi setelah dilakukan senam ergonomik pada lansia dengan hiperuric acid di wilayah puskesmas Kendal Kerep.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam ergonomik terhadap nyeri sendi pada lansia dengan hiperuric acid di wilayah puskesmas Kendal Kerep Kota Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kemampuan senam ergonomik lansia. b. Mengetahui tingkat nyeri sendi lansia dengan hiperuric acid setelah dilakukan senam ergonomik. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Sebagai media pemenuhan tugas akhir studi DIII Keperawatan Malang, sekaligus diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kemampuan peneliti baik mengenai konsep keperawatan maupun teori keperawatan dalam penerapan riset keperawatan. Selain itu, peneliti diharapkan mampu mengembangkan suatu penelitian lebih mendalam kaitannya dengan manfaat senam ergonomik untuk mengurangi nyeri sendi pada lansia dengan hiperuric acid. 1.4.2 Bagi Masyarakat Memberi wawasan dan tambahan pengetahuan tentang senam ergonomik dan kaitannya dengan pengurangan nyeri sendi pada lansia dengan hiperuric acid.

1.4.3 Bagi institusi keperawatan Hasil penelitian diharapkan menjadi sarana studi dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan yang telah dipelajari yakni cara mengurangi nyeri sendi pada lansia dengan hiperuric acid. 1.4.4 Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber dan tolak ukur bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam kaitannya dengan kegunaan senam ergonomik untuk mengurangi nyeri sendi pada lansia dengan hiperuric acid.