BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pendunduk yang berusia diatas 60 tahun atau lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menyebabkan masalah kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses. pembangunan,terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

PENDAHULUAN. Peringkat IV di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat Sensus BPS 1998 UHH pria = 63 tahun, dan wanita = 67 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Population Prospects: the 2015 Revision, pada

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan kesehatan nasional dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diiringi dengan meningkatnya jumlah dan persentase penduduk Lanjut Usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Pudjiastuti, 2003 dalam Effendi dan makhfudli, 2009). Proses menua merupakan suatu proses yang terus menerus dimulai sejak manusia itu lahir. Manusia secara perlahan-lahan dapat mengalami penurunan jaringan untuk dapat mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Proses menua dipengaruhi berbagai macam faktor, salah satunya mempertahankan semangat hidup lansia dan diperlukan upaya-upaya untuk mempertahankan fungsi semangat hidup lansia itu sendiri. Manusia pasti akan menjadi tua tetapi akan lebih baik menjadi tua yang sehat (Darmojo, 2009). Saat ini demografi di dunia sedang mengalami perubahan seiring dengan meningkatnya pembangunan bidang kesehatan, yaitu meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) menyebabkan proporsi populasi yang berusia > 60 tahun juga bertambah. Menurut WHO (world health organization), di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, 1

2 sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi Lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini (Depkes, 2013). Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar didunia dengan jumlah lansia sesuai sensus penduduk pada tahun 2010 berjumlah 18,1 juta jiwa 9,6 % dari total penduduk. Diperkirakan jumlah penduduk Lanjut Usia di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2021 usia lanjut di Indonesia diperkirakan mencapai 30,1 juta jiwa yang merupakan urutan ke 4 didunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Menjelang tahun 2050 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 50 juta jiwa (Depkes, 2013). Sedangkan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk salah satu propinsi yang demografis termasuk kategori penduduk berstruktur tua dengan jumlah lansia 12,8%, dan salah satu propinsi dengan usia harapan hidup (UHH) tertinggi yaitu 73 tahun (proyeksi 2000-2005), dan 78,5 tahun ( proyeksi 2020-2025) (Lestari, dkk, 2011). Kesehatan lansia yang baik difokuskan pada bagaimana upaya untuk dapat menambah usia dan memperpanjang kehidupan, sehingga memungkinkan mereka tidak hanya hidup lebih lama, tetapi juga dapat memperluas keterlibatannya secara aktif dalam semua kegiatan di masyarakat.

3 Seiring dengan kecenderungan yang positif tersebut dalam arti meningkatkan kesehatan global, akan muncul tantangan khusus dalam bidang kesehatan pada abad ke-21 karena bertambahnya jumlah lansia. Berbagai dampak dari peningkatan jumlah lansia antara lain adalah masalah penyakit degeneratif yang sering menyertai para lansia bersifat kronis dan multipatologis, serta dalam penangananya memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan biaya cukup besar (Kemenkes RI, 2012). Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Sebagian Lansia akan mengalami hambatan dalam kehidupan mereka sehingga tidak sedikit dari mereka menarik diri dari kehidupan sosial, mengalami depresi dan tidak mau melakukan kegiatan-kegiatan produktif yang biasa dilakukan bahkan sampai pada keinginan bunuh diri. Selain itu akan muncul berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, patah tulang akibat osteoporosis, demensia dan lain-lain (Depkes, 2012). Seiring dengan meningkatnya populasi lansia dan yang berkaitan dengan status kesehatan lansia pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut. Salah satu bentuk pelayanan pemerintah adalah keberadaan posyandu lansia (Astuti, 2007). Tekait hasil pengembangan program kesehatan lanjut usia saat ini telah dikembangkan di

4 33 provinsi, dengan jumlah Puskesmas Santun lanjut usia sebanyak lebih kurang 528 Puskesmas yang tersebar di 231 kab/kota, jumlah kelompok Lanjut Usia (Posyandu Lansia) yang memberikan pelayanan promotif dan preventif ada 69.500 yang tersebar di semua provinsi (Astuti, 2007). Provinsi dengan presentase puskesmas tertinggi yang memiliki posyandu lansia adalah Provinsi Daerah Yogyakarta (100%) diikuti Jawa Tengah (97,1%) dan Jawa Timur (95,2%) (Depkes RI, 2013). Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dan untuk masyarakat di tingkat bawah, yang menyelenggarakan beberapa kegiatan meliputi pendataan atau pendaftaran, penimbangan dan pengukuran, pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran dalam kartu menuju sehat, penyuluhan dan pemberian beberapa vitamin serta informasi kesehatan yang dibutuhkan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai indikator untuk melihat status kesehatan seseorang (Astuti, 2007). Menurut komisi nasional lanjut usia (2010), Posyandu merupakan sarana pelayanan kesehatan lansia yang bermanfaat untuk meningkatkan kebersamaan diantara lansia, menyalurkan minat yang dimiliki lansia, meningkatkan kemampuan lansia untuk mengembangkan kegiatan kesehatan fisik, sosial, dan spiritual. Dengan demikian lansia dapat kondisi kesehatanya dan memiliki kemampuan serta kemandiriian untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam melaksanakan kegiatan posyandu biasanya lansia memiliki kendala

5 yang dihadapi untuk mengikuti kegiatan posyandu seperti kurangnya pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu, jarak rumah dengan posyandu yang jauh dan sulit di jangkau, dukungan keluarga, dan sikap petugas posyandu yang kurang baik (Kresnawati, 2011). Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting yang nantinya dapat membantu individu menyelesaikan masalahnya (Harnilawati, 2013). Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2013). Dijelaskan dalam Alqur an Al-Israa : 23 yang artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik". Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan antara lain dukungan informasi, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional (Harnilawati,2013). Selain itu, peran keluarga dan masyarakat sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup lansia, yaitu melalui perubahan perilaku kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan masyarakat, perbaikan lingkungan (fisik, biologis, sosial-budaya,

6 ekonomi), membantu penyelenggaraan yankes (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif), dan Ikut dalam proses kontrol dan evaluasi pelaksanaan pelayanan bagi lansia (Depkes, 2013). Kejadian pada saat ini peran serta keluarga dalam mendukung lansia keposyandu belum terlaksana dengan baik, seperti yang terjadi di posyandu Ngebel yang menggambarkan kurangnya kemampuan keluarga dalam melakukan dukungan langsung pada lansia. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan di posyandu Ngebel, diperoleh keterangan sampai saat ini data jumlah lanjut usia sebanyak 216 lansia dari 9 RT, tetapi saat dilihat kehadiran lansia hanya sekitar 70 lansia yang mengunjungi posyandu di Ngebel. Berdasarkan dari hasil wawancara pada 10 lansia, beberapa lansia mengatakan alasan mereka datang keposyandu kebanyakan untuk berobat dan memeriksakan kesehatanya yang dirasakan. Selain itu, pada saat jadwal posyandu lansia keluarga jarang mengingatkan pada lansia, tetapi kaderlah yang selalu mengingatkan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu melalui pengumuman yg disiarkan dimasjid. Keluarga juga tidak pernah mengantarkan dan menemani lansia, kebanyakan dari lansia datang sendiri. Alasanya lansia karena jarak rumah yang tidak terlalu jauh dari posyandu lansia.

7 Kegiatan rutin posyandu ini dilaksanakan setiap bulan dengan jadwal yang tetap yaitu tanggal 28 diposyandu Ngebel. Kegiatan dilaksanakan dari jam 09.00 diawali dengan senam lansia kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan tensi atau tekanan darah, penimbangan, konsultasi kesehatan dan pengobatan secara gratis yang biasanya diselingi dengan acara penyuluhanpenyuluhan tentang kesehatan dari petugas kesehatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, bahwa keluarga mempunyai peranan penting dan tanggung jawab yang penting dalam perawatan anggota keluarga terutama lansia, maka peneliti mengajukan rumusan masalah: Apakah terdapat hubungan dukungan informasi dan instrumental keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan dukungan informasi dan intrumental keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel. 2. Tujuan khusus a) Mengetahuinya dukungan informasi keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel.

8 b) Mengetahuinya dukungan instrumental keluaraga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel. c) Mengetahuinya pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel D. Manfaat Penelitian 1. Untuk ilmu keperawatan Sebagai bahan masukan untuk mengembangkan teori keperawatan dan mengembangkan ilmu kepeawatan terutama dalam keperawatan gerontik dan keluarga. 2. Untuk Posyandu Lansia Sebagai bahan masukan untuk membantu pembinaan lansia melalui pemberdayaan posyandu lansia yang didukung oleh peran keluarga. 3. Untuk keluarga dan lansia Bagi pihak keluarga yang memiliki lansia supaya memberikan dukungan kepada lansia untuk memanfaatkan Posyandu Lansia yakni dukungan informasi dan instrumental. Serta meningkatkan kesadaran lansia tentang pentingnya posyandu lansia. E. Keaslian Penelitian Sebatas pengetahuan peneliti, belum ada penelitian mengenai Hubungan dukungan informasi dan instrumental keluarga terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Ngebel. Namun dijumpai penelitian yang memiliki kesamaan variable dengan penelitian ini Yaitu:

9 1. Kurniawati, 2009 Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dan Keaktifan kader Dengan Kunjungan Lansia ke Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Rejo Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan non experimental yaitu penelitian korelasi dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan purpose sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang.hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dan keaktifan kader dengan kunjungan lansia keposyandu lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Rejo, hal ini bisa dilihat dari angka koefisien korelasi pada dukungan keluarga R= 0,669 dan angka koefisien keaktifan kader R= 0,368, berarti dukungan keluarga dan keaktifan kader mempunyai pengaruh kepada lansia untuk rutin mengunjungi posyandu lanjut usia karena lansia yang merasa diperhatikan dan mendapatkan dukungan yang baik dari keluarga, mereka akan rutin mengikuti kegiatan posyandu. 2. Jamalinah,2013 Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Desa Mon Ara Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional yang tujuan utama untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Mon Ara

10 Ujong Rimba Kecamatan Mutiara Timur Kabupaten Pidie Tahun 2013. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang, dan yang menjadi sampel adalah total sampling.berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara pengetahuan lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia, ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia. Perbedaan penelitaian ini adalah Cara pengumpulan data adalah dengan mewawancarai responden dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai pemanfaatan posyandu lansia. 3. Hasugian dkk, 2012 Judul : Hubungan perilaku lansia dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan 2012. Penelitian ini untuk mengambarkan bagaimana hubungan perilaku lansia dan dukungan keluarga terhadap pemanfaatan Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam tahun 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan umur 60 tahun yang ada di wilayah kerja Puskesmas Darussalam sebanyak 1420 orang dan jumlah sampel sebanyak 96 responden yang diambil secara Simple Random Sampling. Perbedaan Penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain penelitian cross sectional.