BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 62 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BOTATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR ^TTAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG

PEMANFAATAN DANA KAPITASI UNTUK PENINGKATAN KINERJA PUSKESMAS

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbang

APOTEKER, FKTP DAN ERA JKN. Oleh Helen Widaya, S.Farm, Apt

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN PROMOTIF DAN PREVENTIF DI PUSKESMAS TELADAN KOTA MEDAN TAHUN 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN (Permenkes No. 43/ 2016)

BAB 1 : PENDAHULUAN. health coverage di tahun Universal health coverage berarti setiap warga di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 28 TAHUN 2016

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. PENDAHULUAN A.

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN) yaitu suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA JAMBI

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alasan Menggunakan Metode Kualitatif Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan kualitatif yaitu memberikan gambaran atau deskriptif permasalahan penelitian yang berupa naratif, kata-kata, ungkapan, pendapat, gagasan yang dikumpulkan oleh peneliti dari beberapa sumber sesuai dengan tekhnik pengumpulan data dan studi mendalam dari orang dalam lingkungan alamiah atau lingkungan kerjanya (Mile, Huberman, 2007). Alasan peneliti menggunakan karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial seperti ini dijaring dengan metode penelitian kuantitatif, selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam, menemukan pola tentang analisis pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Helvetia Medan. 3.2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Helvetia Medan dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Dasar pertimbangan pemilihan lokasi penelitian ini adalah: 1. Belum pernah ada penelitian dengan topik yang sama pada lokasi penelitan ini. 44

2. Puskesmas ini merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh BPJS Kota Medan. 3. Pelaksanaan promotif dan preventif belum berjalan baik di Puskesmas ini. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2016 terhitung sejak survey pendahuluan hingga penelitian. 3.3. Sampel Sumber Data Penelitian Sumber informasi atau informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan karakteristik informan sebagai berikut: 1. Bersedia menjadi informan dan mampu bekerja sama dengan peneliti 2. Memiliki pengetahuan seputar JKN 3. Orang yang berkecimpung dalam BPJS 4. Pimpinan fasilitas kesehatan tingkat pertama 5. Penerima manfaat program JKN 6. Mampu berkomunikasi dengan baik Informan pokok dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: a. Kepala seksi promosi kesehatan di dinas kesehatan kota Medan b. Kepala Puskesmas c. Penanggung jawab bidang promosi kesehatan d. Pegawai BPJS Kota Medan e. Masyarakat penerima manfaat JKN.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Pengumpulan data primer secara langsung akan dikumpulkan dengan metode triangulasi. Teknik ini yang menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Teknik ini dilakukan sekaligus untuk menguji kreadibilitas data (Sugiyono,2012). Adapun teknik-teknik yang digunakan antara lain : a. Observasi Observasi dilakukan langsung di puskesmas. Observasi dilakukan untuk mengamati sumber daya puskesmas yang dapat dilihat secara fisik. b. Wawancara Wawancara dilakukan secara mendalam dengan panduan wawancara yang akan dilakukan terhadap informan. c. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh rekaman-rekaman yang memperkuat informasi, dokumentasi meliputi dokumen serta rekaman pembicaraan antara peneliti dan informan. 2. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder akan dilakukan di puskesmas dengan melakukan penelusuran dokumen dinas kesehatan ataupun puskesmas.

3.5. Teknik Analisis Data Metode analisa data dalam penelitian ini difokuskan dalam proses penelitian di lapangan. Dokumen yang berisi pengalaman dapat dianalisis dengan menggunakan content analysis artinya bahwa tema-tema, isu-isu dan motif-motif yang terkandung di dalamnya dapat dipisahkan, dihimpun dan diinterpretasikan. Untuk memudahkan dalam pengorganisasian data maka proses analisa data akan dilakukan dengan bantuan komputerisasi. Proses analisa data dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah menurut Polit dan Beck (2008) yaitu: 1. Menyusun transkrip Hasil rekaman wawancara disusun ke dalam bentuk transkrip, kemudian peneliti membaca secara keseluruhan dan mengulanginya bila perlu. 2. Mengidentifikasi pernyataan signifikan Setelah membuat transkrip dan membacanya, peneliti kemudian mengidentifikasi pernyataan yang signifikan yang terdapat dalam transkrip kemudian peneliti memberi kode warna menggunakan stabilo pada pernyataan yang signifikan. 3. Melakukan pengkodean Pada tahap ini peneliti memberi pengkodean pada pernyataan yang signifikan yang sudah distabilo dengan kode-kode yang dibuat oleh peneliti sendiri untuk memudahkan menyusun kategori.

4. Menyusun kategori Tahap analisa data pada dasarnya adalah mereduksi data, data dikonfersi menjadi lebih kecil sehingga lebih mudah dianalisa. Reduksi data dilakukan dengan menyusun kategori, dimana mengelompokkan coding yang sama ke dalam satu kategori. 5. Menyusun tema atau sub tema Setelah peneliti menemukan beberapa kategori-kategori, langkah selanjutnya adalah menentukan tema atau sub tema. Peneliti mengelompokkan beberapa ketegori yang saling berhubungan yang nantinya akan membentuk tema atau sub tema. 3.7. Rencana Pengujian Keabsahan Data Keabsahan data dapat dilakukan dengan credibility, transferability, defendability, dan confirmability (Guba dan lincoln, at all 2003). Keabsahan data dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Credibility Credibility dibuktikan melalui proses klarifikasi kepada partisipan. Transkrip yang telah disusun oleh peneliti ditunjukkan kepada partisipan untuk dibaca ulang dan dilakukan verifikasi terhadap keakuratan data. Partisipan berhak melakukan konfrontasi jika memang terdapat data yang tidak sesuai kemudian diparaf oleh partisipan dan kemudian menandatangani persetujuan keakuratan data (Creswell, 1998)

2. Transferability Transferabilty merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan kepada orang lain dalam situasi yang sama (Poerwanto, 2005). Transferability yang dilakukan pada penelitian ini melalui penyediaan laporan penelitian dimana peneliti menyimpan semua arsip, materi selama proses penelitian. 3. Defendability Menurut Polit, Beck & Huger (2001), defendability dalam penelitian kualitatif adalah suatu bentuk kestabilan data. Keabsahan data pada defendability harus menunjukkan bahwa jika penelitian ini diulang dengan konteks, metode dan peserta yang sama maka diperoleh hasil yang sama, oleh karena itu defendability sangat bergantung pada credibility yang dilakukan dan penelitian harus dilaporkan secara rinci. 4. Confirmability Kepastian (Confirmability) diartikan objektivitas atau netralitas atau konsentrasi data, jika terdapat kesamaan pandangan, pendapat dan penemuan dari pihak-pihak lain (Creswell, 1998). Dalam hal ini peneliti akan melakukan konfirmasi dengan menunjukkan transkrip wawancara dan fild note kepada partisipan dan pembimbing.

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Puskesmas Helvetia Medan 2016 4.1.1 Letak Geografi Puskesmas Helvetia Medan terletak di jalan Kemuning Raya, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Dengan letak Geografis: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Barat Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal : Berbatasan dengan Kecamatan Medan Petisah Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas Helvetia mempunyai wilayah kerja Kecamatan Medan Helvetia yaitu Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwikora, Sei Sikambing C-II, Tanjung Gusta, Cinta Damai. 4.1.2 Gambaran Kependudukan di Kecamatan Helvetia Medan Berdasarkan data Profil Kecamatan Helvetia Medan tahun 2015, jumlah penduduk Kecamatan Helvetia Medan sebanyak 162.547 jiwa yakni 71.174 jiwa lakilaki dan 74.795 jiwa perempuan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah kelurahan Tanjung Gusta yakni 29.636 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah kelurahan Helvetia yakni 11.358 jiwa. Gambaran jumlah 50

penduduk tiap kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Helvetia Medan No. Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1. Helvetia 11.358 2. Helvetia Tengah 26.707 3. Helvetia Timur 24.061 4. Dwikora 24.332 5. SSC II 12.359 6. Tanjung Gusta 29.336 7. Cinta Damai 17.086 Total 145.239 Sumber : Profil Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 4.1.3 Gambaran Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Fasilitas kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari fasilitas kesehatan milik pemerintah berupa puskesmas pembantu (Pustu), pos pelayanan terpadu (Posyandu). Selain itu fasilitas kesehatan milik swasta yang ada di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan terdiri dari rumah sakit swasta, Klinik swasta dan praktek dokter. Pasien dari Puskesmas Helvetia Medan biasanya dirujuk ke rumah sakit swasta di sekitar wilayah kerja puskesmas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan No. Fasilitas Kesehatan Jumlah 1. Puskesmas 1 2. Puskesmas Pembantu 2 3. Rumah Sakit Swasta 3 4. Rumah Sakit Paru 1 5. Rumah Bersalin 8 6. Puskesmas Keliling 0 7. Apotik 16 8. Praktek Dokter Umum 41 9. Praktek Dokter Spesialis 20 10. Praktek Dokter gigi 42 11. Praktek Bidan 13 12. Toko Obat Berizin 16 13. Laboratorium 1 14. Sinshe 2 15. Dukun Patah 0 16. Tukang Gigi 4 Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan masih belum memenuhi kriteria sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari : dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Untuk lebih jelasnya ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 No. Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah 1. Dokter Umum 3 2. Dokter Gigi 3 3. Perawat 11 4. Bidan 6 5. Tenaga Kesehatan Masyarakat 6 6. Tenaga Gizi 1 7. Tenaga Analis 2 8. Tenaga Farmasi 3 9. Tenaga Kesehatan Lingkungan - 10. Tenaga Elektromedik - Sumber : Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 Berdasarkan data di atas maka tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan belum sesuai dengan jumlah tenaga kesehatan menurut peraturan menteri kesehatan nomor 75 tahun 2014 dimana puskesmas harus memiliki setidaknya 9 (sembilan) jenis tenaga kesehatan. Puskesmas Helvetia Medan masih kekurangan tenaga kesehatan berdasarkan jenis tenaga yaitu tenaga kesehatan lingkungan dan tenaga elektromedik. 4.1.5 Angka Rujukan Puskesmas Helvetia ke Rumah Sakit Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Helvetia Medan jumlah rujukan pasien peserta BPJS dari tahun 2014 sampai Juli 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2014 di Puskesmas Helvetia Medan No. Bulan Jumlah Pasien Peserta BPJS Jumlah Rujukan Persentase (%) 1. Januari 2.401 105 4,4 2. Pebruari 2.265 121 5,3 3. Maret 2.388 128 5,4 4. April 1.907 110 5,8 5. Mei 2.256 132 5,8 6. Juni 2.667 246 9,2 7. Juli 2.532 287 11,3 8. Agustus 2.289 226 9,8 9. September 2.580 257 9,9 10. Oktober 2.772 246 8,8 11. November 3.105 220 7,1 12. Desember 2.809 245 8,7 Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 Tabel 4.5 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2015 di Puskesmas Helvetia Medan No. Bulan Jumlah Pasien Peserta BPJS Jumlah Rujukan Persentase (%) 1. Januari 3.807 289 7,6 2. Pebruari 3.453 260 7,5 3. Maret 3.125 251 8,0 4. April 3.337 169 5,1 5. Mei 3.466 178 5,1 6. Juni 3.676 266 7,2 7. Juli 3.765 281 7,5 8. Agustus 3.960 277 7,0 9. September 3.874 256 6,6 10. Oktober 3.789 221 5,8 11. November 3.552 202 5,7 12. Desember 3.677 247 6,8 Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016

Tabel 4.6 Jumlah Rujukan ke Rumah Sakit mulai bulan Januari sampai dengan Juli 2016 di Puskesmas Helvetia Medan No. Bulan Jumlah Pasien Peserta BPJS Jumlah Rujukan Persentase (%) 1. Januari 3.472 275 7,9 2. Pebruari 3.512 196 5,6 3. Maret 3.285 276 8,4 4. April 3.458 245 7,1 5. Mei 3.156 318 10,1 6. Juni 3.975 267 6,7 7. Juli 4.266 346 8,1 Sumber: Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2016 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka rujukan ke fasilitas tingkat lanjutan rata-rata dibawah 10 % tiap bulan. Informasi dari kepala tata usaha Puskesmas Helvetia Medan menyatakan bahwa angka rujukan tiap bulan di bawah rata-rata 10% karena di Puskesmas Helvetia Medan fasilitas kesehatan cukup. Contohnya pemeriksaan sputum, USG, pemeriksaan kadar gula darah, pemeriksaan HIV. Selain itu tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan cukup memadai. 4.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Helevetia Medan Pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN dapat dilihat dari pelaksanaan promotif dan preventif yang telah dilaksanakan di Puskesmas Helvetia Medan. Menurut observasi selama beberapa hari di Puskesmas Helvetia Medan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif mulai dari ruang pendaftaran sampai pasien pulang, pasien mendapatkan pelayanan promotif dan preventif pada saat di

ruang pemeriksaan dan ruang obat. Seharusnya pasien yang datang ke Puskesmas bahkan keluarga pasien juga mendapatkan pelayanan promotif dan preventif selama berada di puskesmas. Sehingga pelayanan promotif dan preventif itu berjalan dengan baik. Contohnya di tempat pendaftaran sebaiknya berupa poster atau neon box yang memuat foto tenaga kesehatan yang ramah disertai kata-kata Selamat datang, Kami siap untuk menolong anda. Akan lebih baik bila poster atau neon box juga dilengkapi dengan suara rekaman yang mengucapkan salam. Adapun wawancara dari beberapa informan yaitu dari dinas kesehatan, puskesmas, BPJS Kota Medan dan peserta JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut: Yaaaaah... setahu saya pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas itu sama aja seperti dulunya sebelum adanya program JKN, tidak ada bedanya sebelum dan setelah adanya JKN. Penyuluhan di Puskesmas tetap dilaksanakan baik di dalam Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas. Contohnya saja pada saat imunisasi, tetap tenaga juru imunisasi melakukan penyuluhan di setiap adanya kegiatan Posyandu karena memang dari dulu sudah biasa dilakukan penyuluhan itu. Kalo di dalam Puskesmas sendiri penyuluhan tetap kita tuntut agar setiap tenaga kesehatan tetap memberikan penyuluhan kesehatan walaupun pelaksanaannya kita akui belum maksimal dan menggunakan fasilitas apa adanya. Begitu juga pernyataan dari informan kedua(kepala Puskesmas) sebagai berikut: Kegiatan penyuluhan tetap dilaksanakan seperti pada saat kegiatan posyandu tiap bulan apalagi kalo ada masalah kesehatan lingkungan yang sedang hangat-hangatnya terjadi di lapangan, wajib kita memberikan motivasi kepada juru imunisasi kita agar dia tetap memberikan penyuluhan kepada pengunjung posyandu itu, harapan kita bagaimana supaya masyarakat itu tetap waspada terhadap berbagai masalah kesehatan. Kegiatan ini sudah

merupakan tanggung jawabnya dan dananya memang nggak ada kita anggarkan kesana. Dari pernyataan informan satu dan dua dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari informasi yang diberikan oleh informan satu dan dua dimana manfaat pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum dirasakan oleh peserta JKN secara keseluruhan. Skrining kesehatan yang dananya bersumber dari non kapitasi berupa papsmear belum terlaksana di Puskesmas Helvetia Medan karena alat dan tenaga kesehatan yang ahli dalam bidang itu belum tersedia di Puskesmas. Kegiatan home care masih belum terlaksana di Puskesmas karena Puskesmas menganggap bahwa home care itu sudah merupakan tugas pokok dari tenaga kesehatan sehingga tidak perlu lagi dibayarkan jasa pelayanannya. Dana kapitasi yang dberikan ke Puskesmas diarahkan untuk upaya kesehatan masyarakat seperti Posyandu, Posyandu lansia, penyuluhan ke sekolahsekolah, penyuluhan kepada masyarakat. Namun penyuluhan perseorangan, pemasangan alat KB dan pemberian imunisasi sudah terlaksana di Puskesmas dengan menggunakan fasilitas apa adanya oleh tenaga kesehatan sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Hasil wawancara dengan informan ketiga (Bidang promosi kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan) sebagai berikut: Kegiatan promotif dan preventif tetap kita laksanakan di dalam Puskesmas terutama di ruang poli umum, poli anak, poli kebidanan, terutama bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan yang serius. Kalo dari Puskesmas tetap menganjurkan

bagaimana supaya pasien itu tetap menjaga kesehatannya. Walaupun kegiatan promotif dan preventif hanya sekilas tentang anjuran karena memang mengingat waktu yang sangat terbatas, pasien di sini kan antri, yah... jadi hanya sekedar lewat aja. Namun kalo di luar gedung Puskesmas kami tetap mengusahakan mengunjungi rumah-rumah penduduk sekitar wilayah Puskesmas walaupun mereka ada yang tidak peduli bahkan tidak mau membuka pintu, ada juga yang kita disambut di luar pagarnya, tetapi kita tetap memberikan promotif tentang bahaya sampah, bahaya DBD. Sedangkan hasil wawancara dengan informan bidang promosi kesehatan yang menangani kegiatan prolanis sebagai berikut: Kalo disini pak epo yang menangani masalah prolanis beda dengan promotif dan preventif yang selama ini, kita pisahkan dengan kegiatan biasanya karena kegiatan ini merupakan kegiatan baru yang diprogramkan oleh BPJS, jadi kita mau mengkhususkan kegiatan prolanisini, kami laksanakan setiap bulan sekali, kita buat senam bagi lansia di kelurahan Helvetia Timur dan Dwikora. Setelah senam, baru kita berikan penyuluhan bagi semua lansia tanpa kecuali, tetapi bagi lansia yang mempunyai masalah kesehatan seperti hipertensi dan diabetes melitus kita mengukur tekanan darahnya dan bagi lansia DM kita mengukur KGDnya. Dari kedua informan tenaga kesehatan Puskesmas yang menangani program promotif dan preventif di atas jelas bahwa kegiatan yang mereka laksanakan selama ini belum maksimal karena keterbatasan sumber daya yang tersedia. Pernyataan di atas didukung oleh informan 4 (pasien JKN) dimana hasil wawancara sebagai berikut: Iya... penyuluhan diberikan kepada saya seperti jaga makanan, kurangi makanan yang berlemak dan banyak istirahat, minum obat teratur, makanya saya sekarang ini tidak menarik becak lagi malam hari, hanya sampe sore aja, karena saya takut nanti penyakit saya kambuh lagi.... penyuluhan diberikan waktu saya diperiksa dokter.

Berdasarkan pernyataan dari informan ke empat di atas diperoleh informasi bahwa tenaga kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan memberikan penyuluhan kepada pasien pada saat mereka berkunjung ke Puskesmas walaupun hanya sepintas tentang penyuluhan bagi pasien yang mengalami masalah kesehatan. Dari pernyataan ke empat informasi tersebut dapat diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang di Puskesmas. Manfaat pelayanan promotif dan preventif masih belum dirasakan sepenuhnya oleh peserta JKN. Penyuluhan perseorangan, pemberian imunisasi dan pemasangan alat kontrasepsi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun menggunakan fasilitas seadanya. Kegiatan promotif dan preventif lainnya dalam bentuk Upaya Kesehatan Masyarakat seperti Posyandu, Posyandu Lansia, Penyuluhan PHBS di sekolah, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di sekolahsekolah sudah berjalan. Hal ini didukung dari observasi pada dokumen POA Puskesmas yang dananya berasal dari kapitasi. 4.3 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas Helvetia Medan berdasarkan indikator masukan (Input) Indikator yang berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN di Puskesmas. 4.3.1 Komitmen Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan, Kepala Puskesmas Helvetia Medan dan BPJS Kota Medan tentang komitmen

pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada era JKN dapat diperoleh pernyataan dari informan pertama sebagai berikut: Kalo komitmen dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif, saya rasa sudah cukup jelas karena bukan hal baru dalam program promotif dan preventif bagi Puskesmas. Dari dulu sudah ada komitmen bahwa Puskesmas punya program utama dalam melaksanakan tugasnya yaitu promosi kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Medan tetap mendukung apa program Puskesmas apalagi dalam era JKN ini sangat membantu Dinas Kesehatan untuk pelaksanaan program kita. Pernyataan yang sama dinyatakan oleh informan dari Puskesmas tentang komitmen pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, sebagai berikut: Kalo untuk pelaksanaannya saya rasa cukup. Karena untuk pengadaan fasilitas, sarana dan prasarana untuk promotif dan preventif tetap dari Dinas Kesehatan, jadi kita hanya menerima apa yang diserahkan ke kita dan kita manfaatkan secara maksimal. Berdasarkan pernyataan dari informan pertama dan kedua dapat diketahui bahwa Puskesmas hanya menerima apa yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Komitmen tentang pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif juga masih belum cukup mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas. Contohnya dalam hal pengadaan fasilitas pendukung pelayanan promotif dan preventif seperti alat pengeras suara (TOA), laptop, Puskesmas tidak diperkenankan untuk mengadakan fasilitas tersebut, tetapi pengadaan alat harus dilakukan melalui Dinas Kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari BPJS sebagai berikut:

Kalo komitmen dalam pelaksanaan...ada, namun dalam pelaksanaannya ya... tergantung Puskesmas bagaimana membuat kegiatan yang berhubungan dengan promotif dan preventif. Memang dalam peraturan itu tidak diuraikan kegiatan apa saja yang mesti dilakukan. Mestinya pihak Dinas Kesehatan dan Puskesmas kreatif dalam membuat atau merencanakan kegiatan yang berhubungan dengan promotif dan preventif. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa komitmen untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif pada program JKN yang berbentuk rencana operasional promosi kesehatan Puskesmas sudah ada, tetapi belum berjalan sesuai dengan rencana operasional. Komitmen yang ada tidak memudahkan Puskesmas untuk pengadaan alat-alat kesehatan khususnya untuk pelayanan promotif dan preventif. 4.3.2 Tenaga Kesehatan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Kepala Puskesmas Helvetia Medan tentang tenaga kesehatan khususnya yang menangani masalah promotif dan preventif pada program JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut: Tenaga ahli yang menangani promotif dan preventif sama sekali tidak ada, namun tenaga yang ada tetap kita berdayakan karena kalau kita tunggu ahli khusus untuk promotif dan preventif tentu program kita mungkin tidak berjalan. Tapi kalo dari Dinas Kesehatan tetap menghimbau kepada Kepala Puskesmas agar tenaga yang menangani masalah promotif dan preventif berlatar belakang atau minimal punya pendidikan promotif dan preventif, kan bisa juga yang tamatan S1 Kesehatan Masyarakat menangani masalah promotif dan preventif. Sedangkan pernyataan dari informan yaitu Kepala Puskesmas Helvetia Medan sebagai berikut:

Di Puskesmas Helvetia ini tenaga promotif dan preventif saya rasa sudah cukup bagus. Karena mereka sudah banyak pengalaman dalam melaksanakan penyuluhan ke masyarakat, walaupun mereka berlatar belakang Keperawatan atau Bidan. Memang saya paham, kalo mereka memberikan promotif dan preventif tidak sesuai sekali dengan prosedur, yaaa... sesuai dengan teoritis, yang mungkin lebih mengerti kalo yang berlatar belakang D-III Promosi Kesehatan atau S-1 Promosi Kesehatan, tapi kembali lagi ke pemanfaatan sumber daya yang ada, yaaa...apa yang ada kita berdayakan, kan nggak mungkin kita tunggutunggu yang ahli dalam bidang promosi kesehatan, baru progam berjalan. Bahkan kalo di sini, mahasiswa yang praktek lapangan tetap kita manfaatkan mereka agar memberikan penyuluhan ke pasien yang datang berobat ke Puskesmas dan kalo ada kegiatan di luar tetap kita ikutkan untuk membantu tenaga Puskesmas dalam memberikan penyuluhan, contohnya waktu Posyandu, ada mahasiswa/i yang kita ikutkan dan mendampingi tenaga kita untuk membantu memberikan penyuluhan ke pengunjung Posyandu atau kegiatan yang lain. Berdasarkan pernyataan informan di atas maka dapat diperoleh informasi bahwa tenaga kesehatan yang khusus ahli dalam bidang promotif dan preventif belum tersedia di Puskesmas Helvetia Medan. Sedangkan tenaga penyuluh kesehatan sangat berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat apalagi pada era JKN sekarang ini, tenaga yang sangat dibutuhkan adalah tenaga khusus promotif dan preventif agar program JKN bisa lebih efektif dan efisien. Kualifikasi standar petugas khusus promosi kesehatan di Puskesmas yaitu D3 Kesehatan ditambah minat dan bakat di bidang promosi kesehatan. 4.3.3 Pendanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan informan dari dinas kesehatan, kepala Puskesmas Helvetia Medan dan BPJS Kota Medan tentang pendanaan dalam pelaksanaan promotif dan preventif dalam era JKN dapat diperoleh pernyataan sebagai berikut:

Dana untuk pelaksanaan promotif dan preventif di Puskesmas saya rasa cukuplah, karena fasilitas juga kita sediakan dari Dinas Kesehatan, jadi Puskesmas hanya memikirkan bagaimana cara pelaksanaannya. Begitu juga informasi yang disampaikan oleh informan yaitu Kepala Puskesmas Helvetia Medan sebagai berikut: Kalo masalah dana untuk kegiatan promotif dan preventif setahu saya, tidak masalah, bahkan kalo kita mengadakan penyuluhan ada sponsor dari beberapa produk susu, atau dari produk obat-obatan, jadi untuk kegiatan promotif dan preventif nggak masalah. Tapi kalo untuk kegiatan prolanis itu beda karena itukan dananya kan berasal dari BPJS. Selama ini dana untuk kegiatan promotif dan preventif berasal dari APBD dan propinsi akan tetapi belakang ini dana yang dari propinsi tidak dapat lagi. Sekali lagi kalo masalah dana saya tidak mengerti kali karena kita hanya pelaksana kegiatan. Sedangkan pernyataan dari informan dari pihak BPJS dapat sebagai berikut: Kalau menurut saya dana kapitasi itu sudah cukuplah untuk mengadakan kegiatan promotif dan preventif di Puskesmas. Kalau dari kami pihak BPJS sudah kami siapkan dananya sebesar Rp. 500 ribu per kegiatan. Misalnya mereka mengadakan senam prolanis bulan ini, maka kami berikan Rp. 500 ribu untuk honor instruktur dan akomodasi lain. Saya rasa sudah cukup ya untuk sekali kegiatan. Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan di atas maka diperoleh informasi bahwa dana tidak menjadi masalah dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Karena dana kapitasi yang diberikan sudah memperhitungkan apa saja yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. 4.3.4 Sarana dan Prasarana Berdasarkan hasil wawancara dengan dua informan dari Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas Helvetia Medan tentang sarana dan prasarana dalam pelaksanaan

pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN dapat diperoleh pernyataan dari informan sebagai berikut: Sarana dan prasarana untuk pelayanan promotif dan preventif saya rasa sudah cukup karena untuk Puskesmas Helvetia Medan sendiri sudah kita adakan beberapa alat-alat untuk kegiatan promotif dan preventif seperti media promosi: leaflet, poster,stands, laptop, Amplifier dan Wireless microphone. Hal yang sama juga disampaikan oleh informan dari Puskesmas Helvetia Medan sebagai berikut: Sarana dan prasarana untuk promotif dan preventif di Puskesmas kita ini, saya rasa sudah cukuplah, tinggal bagaimana tenaga promotif dan preventif menggunakannya di lapangan. Contohnya kalo di dalam gedung Puskesmas sendiri kita menggunakan Amplifier dan Wireless agar semua pasien dapat mendengar apa yang disampaikan oleh tenaga kita. Berdasarkan pernyataan informan satu dan dua di atas dapat diperoleh informasi bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan sudah cukup. Leafleat dan poster tersedia di Puskesmas Helvetia Medan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan. Sedangkan di Puskesmas Pembantu masih kurang. Contohnya di Pustu masih banyak fasilitas pendukung pelayanan yang belum tersedia seperti media promosi yang terbaru. Dari observasi terhadap sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif masih memerlukan kreatifitas dari tenaga kesehatan yang menangani program promotif dan preventif agar pasien tidak bosan dengan alat peraga yang tidak berubah dari dulu sampai sekarang.

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif dalam Era JKN di Puskesmas Helvetia Kota Medan Program Jaminan Sosial yang diselenggarakan oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial seperti PT Taspen, PT Jamsostek, Bapel JPKM dan berbagai program-program jaminan sosial mikro, tetapi cakupannya masih relatif rendah dan terbatas pada pekerja sektor formal. Badan-badan penyelenggaraan tersebut beroperasi secara parsial masing-masing berlandaskan Undang-Undang atau Peraturan-Peraturan yang terpisah, tumpah tindih dan kurang tegas. Sedangkan manfaat yang diterima peserta masih terbatas sehingga peserta tidak terlindungi secara optimal. Pengelolaan lembaga dianggap belum transparan dengan manajemen yang profesional. Dengan adanya kekurangan-kekurangan di atas, maka Pemerintah merasa perlu membuat Undang-Undang yang berlaku Nasional dan mampu menyempurnakan Undang-Undang dan peraturan yang mengatur baik substansi, kelembagaan maupun mekanisme penyelenggaraan jaminan sosial. Undang-Undang tersebut disusun berlandaskan konsep jaminan sosial nasional yang sahih dan integral sehingga dapat menjadi pedoman dalam penyelenggaraan jaminan sosial. Pemerintah sudah mengesahkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Undang-Undang ini mengamanatkan 65

bahwa jaminan sosial ini bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia maupun bagi warga negara asing yang sudah berdomisili di Indonesia minimal 6 (enam) bulan. Bentuk jaminan sosial itu dinamakan Jaminan Kesehatan Nasional melalui suatu Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) dan implementasinya dimulai 1 Januari 2014. Jaminan Kesehatan Nasional merupakan suatu program yang mulia dan sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. Akan tetapi dalam implementasinya tidak semudah yang diintervensikan oleh pemerintah apalagi Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program yang cakupan sasarannya cukup luas yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Kota Medan masih belum berjalan maksimal dan masih belum sesuai dengan yang diamanahkan oleh Undang-Undang. Manfaat pelayanan promotif dan preventif masih belum dirasakan manfaatnya oleh peserta JKN. Pelayanan homecare yang didanai dari kapitasi belum terlaksana dengan baik, skrining kesehatan yang dananya bersumber dari non kapitasi berupa pemeriksaan gula darah, papsmear dan IVA belum terlaksana maksimal di Puskesmas karena sosialisasinya juga belum maksimal ke masyarakat. Penyuluhan perseorangan, pemberian imunisasi dan pemasangan alat kontrasepsi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun menggunakan fasilitas seadanya. Kegiatan promotif dan preventif lainnya yang dilaksanakan di Puskesmas yang sumber dananya berasal dari kaptasi yaitu dalam bentuk Upaya Kesehatan

Masyarakat (UKM) seperti Posyandu, Posyandu Lansia, Penyuluhan PHBS di sekolah-sekolah, penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada anak sekolah dan masyarakat. Hal ini didukung dari observasi pada dokumen POA Puskesmas Helvetia Kota Medan yang dananya berasal dari kapitasi. Akan tetapi pelayanan promotif dan preventif dalam bentuk Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) yang merupakan amanah Undang-Undang masih belum terlihat di dalam POA yang kegiatannya didanai dari dana kapitasi seperti kegiatan Home Care. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional pasal 22 ayat 1 dinyatakan bahwa manfaat Jaminan Kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Dari pernyataan Undang-Undang tersebut dapat diketahui bahwa manfaat Jaminan Kesehatan yang diberikan kepada peserta JKN adalah manfaat pelayanan yang bersifat pelayanan perseorangan. Demikian juga dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pada pasal 20 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap peserta berhak memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perseorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan. Berdasarkan peraturan tersebut dapat diketahui bahwa setiap peserta JKN berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan perseorangan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Dalam Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan pada pasal 21 ayat 1 dinyatakan bahwa manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan ; penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining kesehatan. Berdasarkan peraturan tersebut dapat diketahui bahwa manfaat promotif dan preventif menjadi hak peserta JKN di Puskesmas seperti penyuluhan kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining kesehatan. Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2014 tentang pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama milik Pemerintah Daerah pada pasal 12 ayat 1 menyatakan dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Pada pasal 2 menyatakan bahwa jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Pada pasal 3 menyatakan bahwa dukungan operasional pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Ayat 4 menyatakan bahwa jasa pelayanan kesehatan di FKTP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total penerimaan dana kapitasi JKN dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan yaitu untuk biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Berdasarkan peraturan

tersebut diketahui bahwa dana kapitasi yang diberikan kepada FKTP yakni Puskesmas: 60% digunakan untuk jasa pelayanan kesehatan perseorangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, 40% digunakan untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan meliputi biaya obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional pada pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi pada FKTP yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD menyatakan bahwa dana kapitasi untuk dukugan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya digunakan untuk membiayai (1) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif lainnya. Untuk kegiatan ini dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti biaya makan minum, jasa profesi narasumber, fotocopy bahan, service ringan alat kesehatan, perjalanan. (2) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan. Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang harian. (3) operasional untuk puskesmas keliling. Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti bahan bakar minyak, penggantian oli, suku cadang kendaraan pusling. (4) bahan cetak atau alat tulis kantor dana/atau (5) administrasi keuangan dan sistem informasi. Dana yang ada antara lain dapat dibelanjakan seperti perjalanan, uang harian, fotocopy bahan, belanja piranti keras dan piranti lunak dalam mendukung implementasi sistem informasi JKN, biaya operasional sistem informasi.

Berdasarkan peraturan di atas dapat diketahui bahwa dana kapitasi untuk dukungan operasional pelayanan kesehatan lainnya digunakan untuk membiayai kegiatan meliputi kegiatan upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif lainnya, kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan, operasional untuk puskesmas keliling, bahan cetak atau alat tulis kantor dan administrasi keuangan dan sistem informasi. Sedangkan untuk pelayanan promotif dan preventif berupa pelayanan skrining kesehatan tertentu diberikan secara selektif untuk mendeteksi resiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan seperti Diebetes Melitus, Hipertensi, Kanker leher rahim, kanker payudara, penyakit lain yang ditetapkan menteri merupakan pelayanan yang termasuk dalam lingkup non kapitasi. Pemeriksaan skrining kesehatan meliputi periksaan gula darah, pemeriksaan IVA untuk kelas Ca Cerviks dan pemeriksaan papsmear (Permenkes no 28 tahun 2014). Berdasarkan peraturan di atas dapat diketahui bahwa manfaat pelayanan promotif dan preventif pada program JKN yang seharusnya diterima peserta JKN adalah manfaat pelayanan kesehatan yang bersifat pelayanan perseorangan meliputi penyuluhan perseorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana dan skrining kesehatan. Dana kapitasi yang diberikan ke Puskesmas harusnya digunakan sesuai dengan aturan yang ada seperti biaya untuk kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perseorangan, penyuluhan perseorangan. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dana kapitasi diarahkan untuk membiayai pelayanan yang bersifat upaya kesehatan masyarakat.

5.2 Pelaksanaan Pelayanan Promotif dan Preventif pada Era JKN di Puskesmas Helvetia Medan berdasarkan indikator masukan (Input) 5.2.1 Komitmen Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa Puskesmas Helvetia Medan masih belum melaksanakan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN secara maksimal atau sesuai dengan rencana umum pengembangan promosi kesehatan dikarenakan keterbatasan waktu dan tenaga yang ada di Puskesmas Helvetia Medan. Rencana operasional pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalan era JKN belum semua bisa dilaksanakan. Peraturan yang ada tidak menyatakan pemanfaatan dana kapitasi secara khusus untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif. Dari observasi terhadap peraturan yang mengatur pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif, peraturan yang ada tidak memberi kewenangan penuh terhadap Puskesmas untuk memanfaakan dana kapitasi seperti pengadaan alat kesehatan tetapi dilakukan melalui Dinas Kesehatan dan pemanfaatan dana kapitasi untuk pelayanan promotif dan preventif tidak ada secara spesifik diatur dalam aturan yang ada. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2014 Pasal 5 ayat 2 menyatakan: Pengadaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, dapat dilakukan melalui SKPD Dinas Kesehatan dengan mempertimbangkan ketersediaan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang dialokasikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pengadaan alat kesehatan, obat dan bahan medis habis pakai dapat dilakukan melalui Dinas Kesehatan, dalam hal ini Puskesmas tidak dapat mengadakan fasilitas pendukung pelayanan secara langsung. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 19 tahun 2014 pasal 3 ayat 1 dinyatakan: Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk:(a)pembayaran jasa pelayanan kesehatan, (b)dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Pasal 4 ayat 1, menyatakan: Alokasi dana kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 dimanfaatkan untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang melakukan pelayanan pada FKTP. Pasal 5 ayat 1 menyatakan : Alokasi dana kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 3 dimanfaatkan untuk:(a) obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, (b)kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Pasal 5 ayat 3 menyatakan: Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b, yaitu :(a) upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif lainnya, (b) kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan, (c) operasional puskesmas keliling,(d) bahan cetak atau alat tulis kantor dan atau (d) administrasi keuangan dari sistem informasi. Dari beberapa peraturan di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara khusus tidak ada yang menegaskan pemanfaatan dana untuk pelayanan promotif dan

preventif. Pemanfaatan dana kapitasi dinyatakan untuk membiayai pelayanan secara menyeluruh yaitu untuk dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan meliputi upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitaif. Berdasarkan analisis di atas dapat diketahui bahwa peraturan yang mengatur pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas masih belum mendukung pelayanan promotif dan preventif secara maksimal. Aturan yang ada belum memberi kewenangan penuh terhadap Puskesmas untuk memanfaatkan dana kapitasi untuk pengadaan alat kesehatan dilakukan melalui Dinas Kesehatan. Aturan yang ada juga belum tegas menyatakan pemanfaatan dana kapitasi secara khusus untuk pelayanan promotif dan preventif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Puskesmas pada dasarnya masih belum memahami sepenuhnya tentang aturan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Peraturan yang ada di Puskesmas hanya sebatas Peraturan Walikota. Jadi selain peraturan yang belum mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, para pegawai Puskesmas juga belum memahami sepenuhnya tentang aturan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Hal ini didukung oleh Moenir (2010) dalam bukunya Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia menyatakan bahwa faktor aturan juga merupakan faktor pendukung dalam pelayanan publik yang memadai. Faktor aturan merupakan perangkat penting dalam segala tindakan atau perbuatan orang. Faktor ini menyangkut segala ketentuan baik tertulis maupun tidak tertulis yang berlaku dalam

pelaksanaan pekerjaan, pemberian sanksi terhadap pelanggaran kerja serta ketentuanketentuan lainnya. Jika aturan yang mengatur pelayanan tidak memadai atau mendukung pelaksanaan pelayanan tidak dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Berdasarkan hasil penelitian, peraturan masih belum mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN, hal ini menjadi salah satu penghambat tidak terlaksananya secara maksimal pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Helvetia Medan karena aturan yang menjadi landasan kerja merupakan perangkat penting dalam segala tindakan kurang mendukung pelaksanaan pelayanan. Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN juga masih belum memahami sepenuhnya tentang aturan yang telah ditetapkan sehingga pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN masih belum terlaksana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5.2.2 Tenaga Kesehatan Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu program. Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial dan sumber daya sarana dan prasarana dapat memperlancar pelaksanaan suatu program (Sastrianegara,2014). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 34 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, menyatakan bahwa: Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan

melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Helvetia Medan dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN sudah cukup baik dari kuantitas namun dari kualitas tenaga penyuluh kesehatan masih memerlukan pendidikan dan pelatihan berkaitan dengan keterampilan untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN sekarang ini. Tenaga kesehatan mengakui dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas sekarang ini kesulitan membuat alat peraga yang terbaru dan menarik perhatian masyarakat. Mereka menggunakan alat peraga yang sudah lama disediakan oleh Dinas Kesehatan. Karena alat peraga juga sangat mempengaruhi keberhasilan dalam program promotif dan preventif di Puskesmas. Menurut Sastrianegara 2014, sumber daya manusia kesehatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan fungsi aktuasi dari Puskesmas. Tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UU RI no.36 tahun 2014).

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Helvetia Medan cukup bagus dari kuantitas akan tetapi dari kualitasnya masih kurang. Sementara tenaga penyuluh kesehatan sangat berperan dalam pelayanan penyuluhan kesehatan masyarakat terutama dalam hal mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik. Hal ini sangat mempengaruhi pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN. Karena manfaat promotif dan preventif pada era JKN seperti penyuluhan perseorangan, kegiatan home care TB mangkir, pasien Diabetes Melitus dan pasien Hipertensi, sangat memerlukan keahlian atau keterampilan untuk perubahan perilaku masyarakat ke perilaku hidup bersih, sehat dan bebas dari penderitaan penyakit. 5.2.3 Pendanaan Pendanaan sangat mempengaruhi berjalan tidaknya suatu kegiatan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa dana kapitasi yang diberikan ke Puskesmas Helvetia Medan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif agar program bisa berjalan dengan baik. Menurut Sastrianegara 2014, pendanaan merupakan salah satu faktor yang mendukung berhasilnya fungsi aktuasi dari Puskesmas. Dalam pelaksanaan program, faktor pendanaan sangatlah krusial. Faktor pendanaan merupakan salah satu yang menentukan bahwa kebijakan itu berjalan atau tidak. Hal ini didukung oleh pendapat George C.Edwards III yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan dipengaruhi oleh sumber daya yang di dalamnya termasuk materi atau dana.

Pendapat di atas didukung oleh penelitian Purwitayana (2013) tentang determinan yang mempengaruhi implementasi program jaminan kesehatan Bali Mandara menyimpulkan karena keterbatasan dana atau anggaran yang dimiliki pemerintah propinsi Bali sehingga beberapa pelayanan kesehatan seperti kecelakaan, operasi jantung, kanker tidak dijamin dalam program tersebut disebabkan karena kekurangan dana. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa pendanaan kegiatan senam prolanis yang diadakan di Puskesmas Helvetia Medan setiap bulan hanya cukup untuk mendanai satu kegiatan senam prolanis saja, padahal kegiatan senam prolanis di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan ada tiga tempat. Karena masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan ini sangat antusias untuk mengikuti senam prolanis sekaligus pemeriksaan kadar gula darah dan penyuluhan kesehatan. Puskesmas masih mencari sponsor baik dari produk obat-obatan ataupun produk susu formula sehingga ke depan kegiatan senam lansia ini bisa berjalan dengan baik. 5.2.4 Sarana dan Prasarana Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Prasarana kesehatan adalah segala sesuatu yang menunjang terselenggaranya pelayanan kesehatan. Meningkatkan sarana dan prasarana kerja merupakan salah satu upaya untuk memperlancar pelaksanaan tugas sehingga kendala-kenala yang dihadapi oleh pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya yang diberikan secara bertahap dapat diminimalisir serta pelayanan yang diberikan dapat menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh informasi bahwa sarana dan prasarana untuk pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan masih kurang. Media promosi masih belum lengkap, yang ada di Puskesmas hanya dalam bentuk leafleat dan poster. Dari observasi terhadap sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan promotif dan preventif yang ada di Puskesmas terlihat masih kurang. Menurut Sastrianegara 2014 bahwa sumber daya alat kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan fungsi actuating Puskesmas. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Moenir 2010 yang mengatakan bahwa faktor sarana pelayanan yang meliputi peralatan, perlengkapan dan gedung serta segala kegiatannya merupakan faktor pendukung dalam pelayanan publik. Keterbatasan sarana dan prasarana tersebut mengakibatkan peserta JKN belum bisa merasakan manfaat promotif dan preventif pada program JKN secara maksimal.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan masih belum berjalan maksimal dan belum terlaksana sesuai dengan komitmen bersama. Pelayanan promotif dan preventif yang sudah terlaksana lebih bersifat Upaya Kesehatan Masyarakat. Sedangkan pelayanan promotif dan preventif yang bersifat Upaya Kesehatan Perorangan belum berjalan secara maksimal. 2. Peraturan yang mengatur secara spesifik pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN belum ada sehingga menjadi kendala bagi pelaksana pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas Helvetia Medan. 3. Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Helvetia masih memerlukan pelatihan yang lebih spesifik untuk mendukung pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN agar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas lebih merasakan manfaat pelayanan promotif dan preventif. 4. Dana kapitasi untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN di Puskesmas Helvetia Medan cukup untuk menyelenggarakan kegiatan senam prolanis dari empat lokasi senam lansia di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan. 79