Pengembangan Ground Motion Synthetic Berdasarkan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis Model Sumber Gempa 3D Teluk Bayur, Padang (Indonesia) Merley Misriani 1), Monika Natalia 2), Zulfira Mirani 3) 1), 2) Program Studi Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang Kampus Politeknik Unand, Limau Manis-Padang, 25163 merlymisriani@yahoo.com 1), monikanatalia75@gmail.com 2), raninawaf@gmail.com 3) Abstrak Pada perencanaan struktur bangunan tahan gempa, tujuan dari analisa struktur dinamis adalah memprediksi respons dari struktur terhadap pengaruh ground motion yang memiliki Spectral Acceleration (Sa) pada periode tertentu berdasarkan tingkat kemungkinan terlampui (Probability of Exceedence/ PE) 10% atau 2% masa layan bangunan 50 tahun. Prediksi respons struktur ditentukan dengan memilih ground motion yang cocok dengan beberapa target spektra kemudian ground motion tersebut digunakan sebagai input dalam analisis dinamis. Namun, berhubung wilayah Indonesia khususnya kota Padang belum memiliki data time history/ground motion synthetic secara lengkap maka perlu dibuat sesuai dengan karakteristik kegempaan di wilayah Padang dan sekitarnya. Oleh karena itu, pada paper ini dilakukan analisis seismic hazard berdasarkan data sumber gempa terbaru menggunakan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) zona sumber gempa 3 dimensi untuk Teluk Bayur (kota Padang). PSHA dilakukan untuk periode ulang gempa 475 tahun (PE 10%) dan periode ulang gempa 2475 tahun (PE 2%) masa layan bangunan 50 tahun. Hasil yang diperoleh yaitu usulan beberapa (ground motion synthetic) di periode PGA, 0.2, dan 1.0 detik. Peak Ground Acceleration (PGA) untuk periode ulang gempa 475 dan 2475 tahun berturut-turut adalah 0.31g dan 0.49g. Sumber gempa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap lokasi tersebut adalah zona subduksi megatrust. Kata kunci : ground motion, spectral acceleration, PSHA 1. Pendahuluan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki tatanan geologi yang paling kompleks. Tatanan ini juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki hazard kegempaan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena letak indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif dan terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik serta sembilan lempeng kecil lainnya yang saling bertemu diwilayah Indonesia dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks (Bird, 2003). Lempeng-lempeng tersebut bergerak dengan kecepatan dan arah yang berbeda-beda. Dalam selang enam tahun terakhir ini, telah tercatat berbagai aktifitas gempa besar di Indonesia, yaitu Gempa Aceh disertai tsunami Desember 2004 (M w = 9.2), Gempa Nias Maret 2005 (M w = 8.7), Gempa Yogyakarta May 2006 (M w = 6.3), Gempa Pangandaran disertai tsunami Juli 2006 (M w = 7.2), Gempa Bengkulu September 2007 (M w = 8.4), Gempa Tasik 2009 (M w = 7.4), Gempa Padang 2009 (M w = 7.6), Gempa Mentawai disertai tsunami 25 Oktober 2010 (M w =7.2), Gempa Sumatera Utara 2012 (M w = 8.6). Seluruh kejadian gempa tersebut menyebabkan ribuan korban jiwa, keruntuhan dan kerusakan ribuan infrastruktur dan bangunan, serta dana triliyunan rupiah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi (Irsyam,M.,2010) Dengan melihat fenomena ini, menjadi tanggung jawab seorang engineer untuk merencanakan bangunan yang tahan gempa dan dapat menyelamatkan nyawa manusia agar aman dari bahaya gempa. Yang mampu dilakukan terhadap fenomena alam ini adalah mencegah atau mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan olehnya. Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa perlu diketahui bahwa tujuan umum dari analisa struktur dinamis adalah memprediksi respons dari struktur terhadap pengaruh ground motion yang memiliki Sa pada periode tertentu berdasarkan tingkat kemungkinan terlampui (PE) 10% atau 2% masa layan 258
bangunan 50 tahun. Prediksi respons struktur ditentukan dengan memilih ground motion yang cocok dengan beberapa target respons spektra dan nantinya ground motion tersebut digunakan sebagai input dalam analisis dinamis. Berhubung wilayah Indonesia khusunya kota Padang belum memiliki data ground motion synthetic secara lengkap sehingga perlu dibuat ground motion yang sesuai dengan karakteristik kegempaan di wilayah Padang dan sekitarnya. Oleh karena itu, pada paper ini dilakukan analisis seismic hazard berdasarkan data sumber gempa terbaru dengan model sumber gempa 3 dimensi untuk Teluk Bayur (Kota Padang). Studi ini bertujuan untuk : 1. Mendapatkan nilai percepatan maksimum dibatuan dasar ( Peak Ground Accelerattion /PGA) dan percepatan pada setiap periode spektra bangunan Teluk Bayur (kota Padang) pada periode ulang 475 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun) dan periode ulang gempa 2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun) 2. Mengusulkan ground motion synthetic di batuan dasar untuk Teluk Bayur (kota Padang) pada periode PGA, 0.2 detik dan 1 detik periode ulang gempa 475 tahun dan 2475 tahun. Metodologi yang digunakan dalam studi ini berdasarkan pada teori analisa hazard gempa berdasarkan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) model sumber gempa 3 dimensi. Adapun ruang lingkup studi ini dibatasi sebagai berikut : 1) Menggunakan data-data seismisitas dari tahun 1900-2009 dengan batasan koordinat 10 LU 12 LS dan 90 BT - 145 BT sedangkan untuk analisis annual rate digunakan data dari tahun 1964 sampai tahun 2009. 2) Pemodelan sumber gempa untuk wilayah kota Padang dibuat dengan mempertimbangkan faktor sejarah kegempaan dan faktor geologi yang ada disekitar lokasi sumber gempa dengan batasan pemodelan kedalaman sumber gempa 300 km, lokasi sumber gempa radius 500 km dari lokasi yang ditinjau. 3) Menggunakan parameter-parameter seismik yang meliputi a-b parameter, magnitude maksimum dan slip rate berdasarkan data sumber gempa hasil studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010. 4) Pemilihan rumus atenuasi yang sesuai dengan karakteristik kegempaan untuk wilayah Indonesia. 5) Melakukan analisa hazard gempa untuk mengestimasi besarnya PGA dan Sa di beberapa periode spektra bangunan. 6) Seluruh proses dalam menghasilkan ground motion synthetic dilakukan dengan bantuan program komputer EZ-FRISK TM versi 7.37 (Risk Engineering, 2009). Hasil studi ini diharapkan dapat dikembangkan dan digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam penyusunan desain infrastruktur tahan gempa. Hasil analisis tersebut meliputi : Analisis seismic hazard yang menunjukkan probabilitas percepatan puncak di batuan dasar (PGA) dan respon spektra di batuan dasar yang dapat terjadi di lokasi studi di masa mendatang akibat kejadiankejadian gempa historis di sekitarnya. Hasil analisis ini meliputi probabilistic hazard spectra, kurva deagregasi dan controlling earthquake serta target spectra ( scaled spectra) yang digunakan sebagai acuan dalam analisa spectral matching Ground motion synthetic di batuan dasar Untuk mencari ground motion synthetic di batuan dasar, maka digunakan input motion dari berbagai data pencatatan internasional untuk digunakan dalam analisa spectral matching. Dari hasil analisa spectral matching dapat dibuat digitasi sintetik untuk periode ulang gempa 475 tahun dan 2475 tahun. 2. Tinjauan Pustaka Seismic Hazard Analysis Analisis seismic hazard dilakukan untuk mengetahui tingkat goncangan tanah secara kuantitatif yang diakibatkan oleh suatu kejadian gempa pada suatu lokasi tertentu. Analisis ini dapat dilakukan dengan dua metode perhitungan, yaitu dengan metode deterministik (DSHA) dan metode pro babilistik (PSHA). Dalam studi ini menggunakan metode PSHA. Reiter (1990) menyimpulkan empat tahapan umum dalam melakukan analisis seismic hazard dengan metode probabilistik sebagai berikut : 1. Identifikasi dan karakteristik sumber gempa serta probabilitas dari distribusi lokasi keruntuhan yang mungkin terjadi disekitar sumber gempa. 2. Karakterisasi seismisitas atau distribusi temporer pengulangan kejadian gempa menggunakan hubungan pengulangan kejadian gempa ( recurrence relationship) dengan menentukan tingkat ratarata suatu kejadian gempa dengan ukuran tertentu akan terlampaui 3. Penentuan besarnya ground motion yang terjadi pada suatu lokasi akibat suatu kejadian gempa dengan ukuran tertentu pada setiap lokasi dalam zona sumber gempa menggunakan predictive 259
relationship. Dalam tahapan ini, diperhitungkan juga ketidakpastian yang ada pada predictive relationship 4. Selanjutnya, probabilitas parameter ground motion akan terlampaui dalam periode ulang tertentu ditentukan dari gabungan seluruh ketidakpastian pada ukuran gempa, lokasi gempa serta prediksi parameter ground motion. Pembuatan Ground motion Synthetic Ground motion akan lebih tepat digambarkan dalam bentuk acceleration time histories. Acceleration time histories dapat digunakan untuk menentukan ground motion desain spesifik dilokasi studi (site specific design ground motion) yang menggambarkan respon tanah dipermukaan akibat perambatan gelombang gempa. Acceleration time histories diperoleh dari pencatatan instrumentasi dilokasi tinjau. Pada kenyataannya, data acceleration time histories di Indonesia masih sangat kurang dan kebih banyak berupa informasi mengenai lokasi episenter gempa, magnitude, kedalaman dan mekanisme gempa. Guna mengatasi hal ini, acceleration time histories dapat diperoleh dari metode alternatif sebagai berikut : a. Menggunakan catatan time histories dari daerah yang memiliki kondisi geologi dan seismologi serupa dengan lokasi studi b. Menggunakan catatan time histories dari lokasi lain yang kemudian di match-kan dengan target spektra batuan dasar (percepatan maksimum dan periode) c. Membuat motion gempa sintetik yang disesuaikan terhadap kondisi geologi dan seismologi lokasi studi. Mahesworo, R.P (2008) mengusulkan Ground Motion untuk empat kota besar diwilayah Sumatera yang memiliki sejarah kegempaan aktif yaitu kota Banda Aceh, kota Padang, kota Bengkulu, dan kota Bandar Lampung yang dihasilkan melalui analisis seismic hazard berdasarkan data sumber gempa sebelum tahun 2008 dengan model sumber gempa tiga dimensi. Sengara et al. (2008) melakukan investigasi terhadap zona sumber gempa subduksi bagian barat sumatera dan zona patahan shallow crustal Sumatera Fault Zones (SFZ). Dalam studi ini, dihasilkan peta resiko gempa untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun yang menunjukkan bahwa ada beberapa perbedaan yang jelas disekitar SFZ dibandingkan dengan Peta hazard gempa Indonesia saat ini. Metodologi Probabilistic Seismic Hazard Mapping dan analisis ground motion untuk Pulau Sumatera dapat dipertimbangkan sebagai panduan yang mana bisa dipergunakan untuk seluruh wilayah Indonesia dalam usaha peningkatan Peta zonasi gempa Indonesia terkini serta perhatian yang khusus terhadap design spektra. Sengara et al. (2009) melakukan analisis PSHA untuk wilayah Sumatera Barat. Dari hasil PSHA diperoleh nilai percepatan gempa maksimum di batuan dasar (PGA) untuk periode ulang 475 tahun adalah sebesar 0,36g yang terjadi di sepanjang pesisir wilayah Sumetera Barat. Sementara nilai percepatan yang terjadi di sepanjang zona patahan Shallow Crustal adalah sebesar 0,5-0,7g. Pada studi itu juga dikembangkan peta mikrozonasi untuk Kota Padang. Peta ini berguna dalam analisis resiko gempa kota Padang. Analisis deagregasi menunjukkan bahwa PGA di sepanjang Kota Padang didominasi oleh subduksi Megathrust Mentawai. Gambar 1. Peta Zonasi Sumatera Barat, PGA untuk period ulang 475 tahun (Sengara dkk, 2009) Hasil studi Makrup (2010) adalah Peta Deagregasi Hazard untuk Indonesia dengan 10% probabilitas terlampaui dalam jangka waktu 50 tahun. Junianysah, U.F (2011) menunjukkan deagregasi Peta Gempa Indonesia 2010 berdasarkan Analisis PSHA sumber gempa 3 dimensi. Deagregasi dilakukan pada spectra percepatan dengan periode PGA, 0.2 detik, 1.0 detik dengan probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun 260
(periode ulang 475 tahun) dan 2% dalam 50 tahun (periode ulang 2475 tahun). Tujuan analisis deagregasi adalah untuk mendapatkan pasangan nilai M, R untuk memilih Accelerogram, A(t) sebagai input dalam program untuk analisis respon struktur. Menurut Asrurifak (2010), peta hazard gempa yang dihasilkan menunjukkan nilai yang lebih besar dari yang ada di SNI-03-1726-2002 untuk periode yang sama, terutama di daerah sekitar sesar aktif. Konstribusi hazard akibat sesar aktif lebih besar dari 50% terjadi di sekitar lokasi sesar, seperti zona sesar Sumatera untuk Pulau Sumatera, sesar Palu-Koro dana Matano untuk Pulau Sulawesi, sesar Sorong untuk Maluku, sesar Memberambo dan Yapen untuk Papua bagian Tengah dan Utara. Konstribusi hazard akibat sumber gempa background (gridded seismicity) lebih besar dari 30% terjadi pada daerah yang parameter sesarnya belum teridentifikasi dengan baik. Misriani.,M (2011) melakukan Studi Pengembangan Ground Motion Synthetic menggunakan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Sumber Gempa 3D dengan Mengadopsi Pendekatan Statistik Conditional Mean Spectrum (CMS) Kota Padang. Studi ini dibantu dengan program EZ-FRISK version 7.37 Software for Earthquake Ground Motion Estimation, diperoleh nilai percepatan maksimum dibatuan dasar (PGA) untuk periode ulang gempa 475 tahun adalah 0.31g sedangkan untuk periode ulang gempa 2475 tahun adalah 0.49g. Sementara, nilai percepatan maksimum dibatuan dasar (PGA) yang mengadopsi penedekatan CMS untuk periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun berturut-turut adalah 0.22g dan 0.35g. Dari hasil analisa deagregasi untuk lokasi tersebut, kontribusi hazard terbesar berasal dari sumber gempa subduksi megatrust. Sengara (2012) menyatakan bahwa kriteria desain seismik yang berasal dari ground motion risiko bertarget/ risk-targeted ground motions (RTGMs) untuk bangunan bertingkat tinggi diselidiki melalui integrasi kurva hazard dari PSHA dan kerapuhan fungsi bangunan. RTGM didefinisikan 1% kemungkinan bangunan runtuh dalam 50 tahun. Investigasi kriteria desain gempa dari pendekatan (RTGMs) diindikasikan lebih kecil dibandingkan dengan maximum considered earthquake (MCE). Menurut Sengara (2015) Risk-Targeted Ground Motions (RTGMs) untuk Indonesia dihitung sebagai percepatan respon spektral yang menghasilkan 1% kemungkinan bangunan runtuh dalam 50 tahun melalui metode yang sama seperti yang dilakukan oleh Luco et al (2007). Penulis juga mengadopsi kurva kerapuhan umum dengan alogarithmic standar deviasi,, nilai yang dianggap mewakili bangunan-bangunan di Indonesia. RTGM dipetakan untuk seluruh Indonesia dan telah dikembangkan untuk periode pendek dan periode spektral bangunan 1.0 detik. Peta-peta ini menjadi peta gempa risiko-target maksimum (MCER) dalam SNI baru 1726-2012. 3. Metode Penelitian Metodologi pengembangan Ground Motion Synthetic di batuan dasar diawali dengan tahapan study literature kemudian dilanjutkan melalui beberapa tahap : Tahap 1 : Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) Proses-proses yang dilakukan dalam PSHA antara lain : 1. Identifikasi sumber gempa 2. Karakterisasi sumber gempa, berdasarkan informasi geologi, seismologi dan katalog data gempa 3. Analisis parameter gempa 4. Fungsi Atenuasi 5. Logic tree 6. Seismic Hazard Analysis Total Probability Theorem Data-data yang dibutuhkan dalam analisis probabilitas resiko gempa (PSHA) berdasarkan data hasil studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010. Tahap 2 : Deagregasi Selanjutnya, dari seluruh kejadian per tahun akan dicari satu kejadian gempa yang mewakili suatu sumber gempa. Proses ini dinamakan Deagregasi, dengan cara mencari titik berat dari seluruh jumlah kejadian per tahun. Maka, diperoleh nilai M dan R yang mewakili suatu sumber gempa. Dalam studi ini, deagregasi dilakukan dengan bantuan software EZ-FRISK 7.37 dengan memasukkan nilai M dan R yang bervariasi dari M min -M max dan R min -R max. Hasil yang diperoleh adalah nilai M dan R yang mewakili suatu kejadian sumber gempa yaitu sumber gempa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap hazard gempa suatu site. Informasi jarak dan magnitude tersebut dipergunakan dalam mencari input time histories yang memiliki karakteristik yang mendekati kondisi yang diinginkan dan dipergunakan sebagai input motion dalam spectral matching. Pemilihan didasarkan atas karakteristik sumber gempa seperti mekanisme, magnitude dan jarak yang paling mendekati hasil deagregasi. Tahap 3 : Generate Target Spektra Tahap selanjutnya, dengan adanya nilai M dan R dari suatu sumber yang memberikan kontribusi terbesar terhadap hazard gempa disuatu site, selanjutnya masukkan nilai M dan R tersebut ke fungsi atenuasi yang sesuai dengan sumber gempa tersebut untuk setiap periode PGA, 0.2 detik dan 1.0 detik. Maka, 261
dapat diperoleh respons spektra percepatan di batuan dasar dari sumber gempa yang mempengaruhi suatu lokasi tersebut. Hasil respons spektra percepatan dari sumber gempa yang mempengaruhi kemudian ditargetkan ke nilai respons spektra gabungan ( Uniform Hazard Spectra) pada periode T =0, 0.2, dan 1.0 detik. Maka selanjutnya dinamakan sebagai target spektra. Tahap 4 : Mencari record ground motion dari data pencatatan internasional Proses berikutnya adalah mencari ground motion dari data pencatatan internasional. Dengan cara, masuk ke website http://peer.berkeley.edu/smcat/search.html lalu input data R dari (R min -R max ) dan data M dari (M min -M max ) untuk sumber gempa yang dominan, maka akan ada ratusan data ground motion dari seluruh dunia. Ambil satu data yang sama atau cocok dengan R dan M yang mewakili satu kejadian sumber gempa (dari hasil deagregasi) maka akan diperoleh satu ground motion yang sesuai. Tahap 5 : Scalling Response Spektra (Spectral Matching) Pada tahap 3 diperoleh target spektra sumber dominan. Tahap selanjutnya, menentukan ground motion synthetic dengan memodifikasi ground motion yang telah ada (hasil tahap 4). Prosedur ini dinamakan spektral matching analysis (SMA). Target spektra sumber dominan dilakukan SMA dengan ground motion yang didapat dari tahap 4. Proses ini dibantu dengan software EZ-FRISK 7.37 (Risk Engineering, 2009). Tahap 6 : Ground motion synthetic Setelah proses SMA selesai, maka selanjutnya ground motion synthetic dibatuan dasar untuk sumber gempa yang mempengaruhi suatu lokasi diperoleh. Diusulkan 5 bentuk ground motion untuk setiap periode PGA, 0.2 detik dan 1 detik untuk periode ulang 475 tahun (probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun) dan periode ulang 2475 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun) redaman 5%. Berikut ditampilkan metodologi penelitian yang akan dilakukan pada studi ini dalam bentuk bagan alir/ Flow chart. START PSHA (Bantuan software EZ-FRISK 7.37) DEAGREGASI (diperoleh M & R yang mewakili kejadian suatu sumber gempa) Bantuan software EZ-FRISK 7.37 CARI RECORD GROUND MOTION DARI DATA PENCATATAN INTERNASIONAL GENERATE TARGET SPECTRA (Fungsi Atenuasi) SPECTRAL MATCHING (Bantuan software EZ-FRISK 7.37) GROUND MOTION SYNTHETIC (masing-masing sumber untuk PGA, 0.2 detik dan 1 detik) FINISH Gambar 2. Diagram Alir Metode Pembuatan Ground Motion Synthetic dengan metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) 4. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis seismic hazard menggunakan program EZ-FRISK meliputi kurva seismic hazard, probabilistic hazard spectra, kurva deagregasi dan ground motion synthetic. 262
Kurva Seismic Hazard Kurva seismic hazard memperlihatkan hasil perhitungan resiko gempa berupa nilai percepatan maksimum dibatuan dasar rata-rata (mean) dari seluruh sumber gempa dengan periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun yang tergambar dalam kurva mean UHS. Adapun nilai PGA untuk Teluk Bayur (kota Padang) periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun berdasarkan hasil analisa dirangkum dalam tabel dibawah ini. Tabel 1. Nilai PGA Teluk Bayur (kota Padang) Kota PGA (g) 475 tahun 2475 tahun Padang 0.31 0.5 Tabel 2. Nilai percepatan pada periode spectra bangunan saat t = 0.2, 1.0, dan 2.0 detik periode ulang gempa 475 tahun dan 2475 tahun Period (t),s 475 tahun 2475 tahun Sa(t), g Sa(t), g 0.2 0.71 1.1 1 0.29 0.5 2 0.15 0.28 Sedangkan kurva Uniform Hazard Spectra untuk Teluk Bayur (kota Padang) untuk setiap periode ulang gempa dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3. Grafik respon spectra Teluk Bayur (kota Padang) terhadap beberapa periode ulang gempa Probabilistic Hazard Spectra Berdasarkan analisa yang telah dilakukan didapat inventarisasi sumber gempa yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total kejadian gempa per tahun untuk Teluk Bayur (kota Padang) sebagai berikut. Tabel 3. Kontribusi sumber gempa terbesar untuk Teluk Bayur (kota Padang) Kota Padang Dominasi Mekanisme Gempa Subduksi (Mid-2 Siberut) Sedangkan kurva Probabilistic Hazard Spectra untuk Teluk Bayur (kota Padang) dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 263
Gambar 4. Kurva Hazard akibat berbagai sumber gempa di Teluk Bayur (Kota Padang) Kurva deagregasi Berdasarkan analisa yang telah dilakukan diperoleh nilai jarak dan magnitude yang mewakili sumber gempa yang dominan pada suatuu lokasi studi adalah sebagai berikut. Tabel 4. Kontribusi Controlling Earthquake untuk Teluk Bayur (kota Padang) T = 475 T = 2475 Period Source M R M R PGA 7.4 80.09 7.51 91.59 0.2 7.4 72.15 1 7.65 90.17 2 7.75 140.52 7.55 78.05 7.91 97.71 8.12 164.85 Subduksi Kurva deagregasi akibat sumber gempa gabungan (all source) pada periode t = PGA, 0.2, 1.0 dan 2.0 detik untuk periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini. 0.04 0.03 0.02 0.01 0 5 25 45 65 85 105 125 Distance, km 145 165 185 Magnitude 5.255 5.755 6.25 6.75 7.25 7.75 8.25 8.75 Gambar 5. Deagregasi sumber gempa Ground Motion di Batuan Dasar Dari hasil analisa spectral matching dapat dibuat digitasi sintetik Teluk Bayur (kota Padang) untuk periode ulang 475 tahun dan 2475 tahun seperti terlampir pada gambar berikut ini. Acceleration (g) 0.40 0.20 0.00-0.20-0.40 0 20 yang mempengaruhi Teluk Bayur (Kota Padang) dengan M=7.4 & gempa 475 tahun, Sa(PGA)=0.31g 40 60 80 100 120 Time (s) R=80.09 km periode ulang 140 160 Gambar 6. Ground Motion Synthetic yang mempengaruhi Teluk Bayur (kota Padang) di periode PGA dengan periode ulang 475 tahun input motion KOCAELI/ATS-UP 264
0.40 Acceleration (g) 0.20 0.00-0.20-0.40 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Time (s) Gambar 7. Ground Motion Synthetic yang mempengaruhi Teluk Bayur (kota Padang) di periode PGA dengan periode ulang 2475 tahun input motion IMPVALL/I-ELC270 5. Kesimpulan dan Saran Dari hasil analisis seismic hazard untuk Teluk Bayur (kota Padang) menggunakan pendekatan probabilistik (PSHA) yang dibantu dengan program EZ -FRISK, diperoleh nilai percepatan maksimum dibatuan dasar (PGA) untuk periode ulang gempa 475 tahun (kemungkinan terlampaui 10% masa layan 50 tahun) adalah 0.31g sedangkan untuk periode ulang gempa 2475 tahun (kemungkinan terlampaui 2% masa layan 50 tahun) adalah 0.49g. Sementara untuk nilai percepatan pada periode spectra bangunan dapat dilihat pada tabel 2. Hasil studi ini disarankan dapat digunakan dalam site specific response analysis untuk mendapatkan ground motion dipermukaan dan response spectra design dalam analisis struktur dinamis. Daftar Pustaka [1] Asrurifak. (2010). Peta Respon Spektra Indonesia untuk Perencanaan Struktur Bangunan Tahan Gempa Berdasarkan Model Sumber Gempa Tiga Dimensi Dalam Analisis Probabilitas. Disertasi. Institute Teknologi Bandung. [2] Irsyam, M., Sengara, I., Aldiamar, F., Widyantoro, S., Triyoso, W., Hilman, D., Kertapati, E., Meilano, I., Suhardjono., Asrurifak., Ridwan, M., (2010) : Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010, Laporan Hasil Studi untuk Kementrian Pekerjaan Umum RI, 1 Juli 2010. [3] Juniansyah, U.F. (2011). Peta Deagregasi Indonesia Berdasarkan Analisis Probabilitas Dengan Sumber Gempa Tiga Dimensi. Tesis Magister. Institute Teknologi Bandung. [4] Mahesworo, R.P. (2008) : Usulan Ground Motion Untuk Empat Kota Besar di Wilayah Sumatera Berdasarkan Hasil Analisis Seismic Hazard Menggunakan Model Sumber Gempa 3-D, Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung. [5] Makrup, L.L., Irsyam, M., Sengara, I.W., Hendryawan. Hazard Deaggregation for Indonesia. Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil, Vol.17 No.3 Desember 2010. [6] Misriani, M. (2011). Studi Pengembangan Ground Motion Synthetic menggunakan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis Sumber Gempa 3D dengan Mengadopsi Pendekatan Statistik Conditional Mean Spectrum Kota Padang (Sumatera Barat). Tesis Magister. Institut Teknologi Bandung. [7] Risk Engineering Inc., EZ-FRISK version 7.37 Software for Earthquake Ground Motion Estimation, User s Manual. [8] Sengara, I.W., Hendarto., Natawidjaja, D.H., and Triyoso, W., (2008) : Probabilistic Seismic Hazard Mapping for Sumatra Island, Proceeding of International Conference on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation (ICEEDM08), Jakarta. [9] Sengara, I.W., Hakam A., Putra, H.G., Sudinda, T., and Sukamdo, P., (2009) : Seismic Hazard Zoning for West Sumatra and Microzonation of City of Padang, International Symposium on GeoInformatics and Zoning for Hazard Mapping -2009 (GIZ2009), Kyoto, Japan, December 3-4. [10] Sengara, I.W., (2012) : Investigation on Risk-Targeted Seismic Design Criteria for a High-Rise Building in Jakarta- Indonesia, 15 WCEE, Lisboa, 2012. [11] Sengara, I.W., (2015 ) : Development of Earthquake Risk-Targeted Ground Motions for Indonesian Earthquake Resistance Building Code SNI 1726-2012, 12 th International Conference on Applications of Statistics and Probability in Civil Engineering, ICASP12, Vancover, Canada, July 12-15, 2015. Biodata Penulis Merley Misriani, memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T ), Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik [Universitas Andalas], lulus tahun 2007. Tahun 2011 memperoleh gelar Magister Teknik (M.T) dari Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan pengutamaan Geoteknik [Institut Teknologi Bandung]. Saat ini sebagai Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil [Politeknik Negeri Padang]. 265