BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK PADA SKALA LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROKOAGULASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

APLIKASI METODE ELEKTROKOAGULASI DALAM PENGOLAHAN LIMBAH COOLANT. Arie Anggraeny, Sutanto, Husain Nashrianto

RACE-Vol.4, No.1, Maret 2010 ISSN PENGARUH PASANGAN ELEKTRODA TERHADAP PROSES ELEKTROKOAGULASI PADA PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

VOLUME 5 NO. 1, JUNI 2009

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ratna Agustiningsih, 2014

adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga atau bahan kimia yang sulit untuk dihilangkan dan berbahaya.

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH COLD STORAGE MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

Pengaruh Variasi Tegangan pada Pengolahan Limbah Cair Laundry Menggunakan Proses Elektrolisis

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

KAJIAN PENGGUNAAN METODE ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENYISIHAN COD DAN TURBIDITI DALAM LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT. Ratni Dewi *) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

PENURUNAN INTENSITAS WARNA REMAZOL RED RB 133 DALAM LIMBAH BATIK DENGAN ELEKTROKOAGULASI MENGGUNAKAN NaCl

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENYISIHAN COD LIMBAH CAIR PKS DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

EFEKTIFITAS ELEKTROFLOKULATOR DALAM MENURUNKAN TSS DAN BOD PADA LIMBAH CAIR TAPIOKA

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

PENURUNAN MINYAK DAN TSS PADA AIR LIMBAH BALAI YASA DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAPIOKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROFLOKULASI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

Yunus Tonapa, Agustinus Ngatin, Mukhtar Gozali

SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI ELEKTROKOAGULASI PASANGAN ELEKTRODA BESI UNTUK PENGOLAHAN AIR DENGAN SISTEM KONTINYU. Surabaya, 12 Juli 2010

Pengolahan Limbah Tekstil Menggunakan Elektrokoagulasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

KAJIAN PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

LAPORAN AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri batik memiliki peran penting sebagai penggerak perekonomian

TINJAUAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI DENGAN PROSES ELEKTROKOAGULASI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

OPTIMASI KONDISI ELEKTROKOAGULASI ION LOGAM TIMBAL (II) DALAM LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

PROTOTIPE UNIT PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN REAKTOR ELEKTROKIMIA (UPAL-RE) UNTUK MELAYANI HOME INDUSTRY BATIK (259L) ABSTRAK

Pengolahan Air Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dengan Cara Elektrokoagulasi Aliran Kontinyu

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI KHROMIUM DAN TEMBAGA DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING ARTIFICIAL DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.

PENGOLAHAN AIR LIMBAH PEWARNA SINTETIS DENGAN MENGGUNAKAN REAGEN FENTON

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin tinggi dan peningkatan jumlah industri di Indonesia.

BAB 4 HASL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TEKSTIL MENGGUNAKAN PROSES ELEKTROKOAGULASI DENGAN SEL Al Al

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak zaman kerajaan Mataram ke-1. Pembatikan merupakan teknik mewarnai kain dengan menempelkan lilin/malam pada beberapa bagian pola atau motif tertentu agar tidak ikut terwarnai. Pewarna batik pada zaman dahulu menggunakan zat warna alam yang diperoleh dari ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji atau bunga. Kebutuhan warna yang semakin kompleks dan tersedia sewaktu-waktu menyebabkan warna dari alam digantikan dengan warna sintetis. Zat pewarna sintetis lebih mudah diperoleh di pasaran, jenis warna bermacam-macam, dan lebih praktis digunakan. Batik telah diakui oleh badan internasional UNESCO dan telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak tanggal 2 Oktober 2009. Pengakuan internasional tersebut membuat batik menjadi salah satu souvenir khas Indonesia sehingga menjadi produk andalan yang ditawarkan kepada wisatawan baik domestik maupun asing. Hal ini membuat permintaan batik di pasaran meningkat. Permintaan batik meningkat sebesar 56 persen dalam kurun 2006-2010. Permintaan batik yang meningkat menyebabkan produksinya juga meningkat. Dari tahun 2008 hingga 2009, nilai produksi batik secara nasional mengalami peningkatan dari 3,2 triliun rupiah menjadi 3,36 triliun rupiah. Pada 1

tahun 2010, nilai produksi batik pun mengalami peningkatan menjadi 3,94 triliun rupiah (http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/ketidakstabilan-bahan-bakusulitkan-industri-batik, diakses 5 Juni 2013). Data yang diperoleh dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) kota Yogyakarta menunjukkan bahwa penjualan batik di Yogyakarta mengalami peningkatan sebesar 30 persen (http://www.republika.co.id/berita/breakingnews/ekonomi, diakses 5 Juni 2013). Industri batik juga mengalami pertumbuhan yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah produsen batik yaitu dari 53.250 unit usaha pada tahun 2008 dengan tenaga kerja 873.510 orang menjadi 55.778 unit usaha pada tahun 2010 dengan tenaga kerja 916.783 orang. Pertumbuhan industri, peningkatan permintaan dan peningkatan produksi merupakan indikasi aktivitas dalam industri mengalami peningkatan. Semakin tinggi produk yang dihasilkan maka sisa aktivitas dalam industri juga semakin banyak. Sisa aktivitas dalam industri umumnya berupa limbah yang tidak dapat digunakan lagi sehingga harus dibuang. Pada industri batik, bahan baku yang digunakan adalah lilin/malam dan pewarna sintetis. Penggunaan bahan baku tersebut menimbulkan adanya limbah padat dan cair. Limbah padat berupa lilin/malam dapat dipadatkan dan digunakan lagi untuk proses pembatikan, sedangkan limbah cair berasal dari proses pewarnaan. Salah satu industri batik di Yogyakarta yang memiliki nilai produksi cukup tinggi adalah industri batik Rara Djonggrang. Berdasarkan hasil observasi, industri ini memproduksi kain batik rata-rata 20 lembar per hari dengan ukuran 2,5 x 1 m per lembarnya. Pewarna yang digunakan pada industri batik ini adalah 2

pewarna sintetis yang disebut dengan Naphtol. Naphtol yang diperdagangkan memiliki nama dan jenis warna yang berbeda-beda sesuai dengan penamaan yang diberikan oleh industri yang memproduksinya. Warna Naphtol terdiri dari dua komponen, komponen pertama disebut Naphtol As atau Azoic Coupling Component dan komponen kedua adalah Diazo, yaitu berupa Base atau Garam Diazonium yang disebut pula Azoic Diazo Component. Bila kedua komponen tersebut bertemu dalam bentuk larutan maka bergabung menjadi senyawa berwarna yaitu warna Naphtol. Komponen Naphtol harus diolah terlebih dahulu agar dapat bersenyawa dengan komponen Diazo yaitu merubahnya menjadi bentuk Naphtolat. Naphtolat merupakan hasil dari proses pencampuran antara Naphtol As dan larutan kaustik soda panas. Proses pewarnaan kain batik di industri Rara Djonggrang dilakukan dengan menutup pola-pola pada kain terlebih dahulu sesuai dengan pola warna yang diinginkan, kemudian kain tersebut dicelupkan ke dalam Naphtolat. Proses selanjutnya adalah mencelupkan kain batik pada Garam Diazo untuk membangkitkan warna. Kain yang telah dicelupkan pada Naphtolat dan Garam Diazo tersebut kemudian dibilas dengan air biasa agar bersih. Pencelupan ke dalam satu jenis warna yang menggunakan Naphtolat dan Garam Diazo dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan warna yang maksimal. Satu lembar kain batik dapat memiliki 2-3 warna yang dikombinasikan. Proses pewarnaan untuk jenis warna yang ke-2 dapat dilakukan setelah lilin pada kain batik pada proses pertama dihilangkan dengan cara mencelupkan kain batik kedalam air panas agar lilin dapat luruh. Proses pewarnaan untuk warna ke-2 dilakukan dengan prosedur yang 3

sama yaitu menempelkan lilin terlebih dahulu pada pola kain batik yang hendak dilindungi dari warna ke-2. Proses selanjutnya yaitu mencelupkan kain batik pada Naphtolat dan Garam Diazo kemudian membilasnya. Prosedur ini dapat dilakukan untuk proses pewarnaan selanjutnya pada kain yang sama dan dengan jenis warna lain yang diinginkan. Jenis pewarna sintetis yang semakin beragam dan intensitas penggunaan yang semakin sering berdampak pada peningkatan jumlah limbah cair pewarnaan. Saat ini, industri batik Rara Djonggrang hanya mengandalkan IPAL di Bantul sebagai tempat pembuangan limbah tersebut. Limbah Naphtolat dan Garam Diazo yang dibuang dalam sekali proses yaitu masing-masing sekitar 138 liter per hari, sedangkan volume dari pencucian sebanyak 477 liter per harinya. Proses pewarnaan rata-rata dilakukan tiga kali per harinya, sehingga total limbah cair pewarnaan yang dibuang sekitar 2.259 liter per hari. Untuk mengetahui kandungan limbah cair pewarnaan maka dilakukan uji pendahuluan. Sampel limbah cair pewarnaan diujikan di BTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit) Yogyakarta. Sampel limbah cair yang diujikan adalah warna merah dan warna hitam. Limbah cair warna merah berasal dari Naphtolat, Garam Diazo, dan pencucian. Limbah Naphtolat yang telah diujikan mengandung COD sebesar 13.800 mg/l, BOD sebesar 3.200 mg/l, dan TSS sebesar 620 mg/l. Limbah Garam Diazo mengandung COD sebesar 3.800 mg/l, BOD sebesar 970 mg/l, dan TSS sebesar 1.125 mg/l serta limbah pencucian mengandung COD sebesar 140 mg/l, BOD sebesar 52,5 mg/l, dan TSS sebesar 36 mg/l. Limbah warna 4

hitam juga berasal dari Naphtolat, Garam Diazo, dan pencucian. Limbah Naphtolat yang diujikan mengandung COD 4.400 mg/l, BOD 1.300 mg/l, dan TSS 1.185 mg/l. Limbah Garam Diazo mengandung COD 2.400 mg/l, BOD 650 mg/l, dan TSS 1.050 mg/l; serta limbah pencucian mengandung COD 48 mg/l, BOD 13 mg/l, dan TSS 24 mg/l. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa setiap zat pewarna memiliki kadar limbah yang berbeda-beda yang ditunjukkan dari nilai COD, BOD, dan TSS. Persamaannya adalah limbah proses pewarnaan mengandung COD, BOD, dan TSS yang sangat tinggi dan melebihi ambang batas yang diatur dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No: 281/KPTS/1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Batik sehingga sangat berbahaya jika langsung dibuang ke lingkungan. Nilai COD, BOD, dan TSS merupakan parameter yang digunakan untuk melihat tingkat pencemaran air. Pengolahan limbah cair pada umumnya menggunakan metode konvensional yaitu fisika, kimia, dan biologi. Pengolahan limbah cair secara fisika merupakan cara yang dianggap paling aman dan tidak merusak lingkungan, namun proses ini hanya mengubah fase/bentuk limbah tanpa menurunkan kandungan berbahaya dalam limbah. Adapun pengolahan secara kimia dianggap efektif karena dapat mengolah limbah dalam skala besar dengan menggunakan zat pengolah yang sedikit, namun menimbulkan secondary pollution/waste (limbah dari proses pengolahan limbah). Pengolahan secara biologi merupakan pengolahan limbah menggunakan katalis mikroba yang dapat dikembangbiakkan, namun kelemahannya adalah katalis mikroba harus dijaga agar tetap hidup dan 5

aktif yaitu dengan pengaturan kondisi tempat mikroba seperti suhu dan ph air limbah. Pengolahan limbah cair secara konvensional yang memiliki keterbatasanketerbatasan tersebut menjadi alasan untuk mengembangkan metode alternatif untuk mengolah limbah cair. Salah satu metode yang saat ini banyak dikembangkan adalah metode elektrokoagulasi. Menurut Kaspar (2006), proses elektrokoagulasi merupakan proses elektrokimia yang secara simultan memisahkan logam berat, padatan yang larut, zat organik yang teremulsi dan kontaminan lainnya dari air dengan menggunakan listrik (Susetyo dkk., 2008). Metode elektrokoagulasi memiliki kelebihan yaitu peralatannya sederhana dan mudah untuk dioperasikan, tanpa menggunakan bahan kimia, lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling kecil dalam limbah, dan gelembung-gelembung gas yang dihasilkan pada proses elektrokoagulasi ini dapat membawa polutan ke permukaan air membentuk flok sehingga mudah dipisahkan dari air (Avsar et al., 2007). Dari uraian tersebut, metode elektrokoagulasi dapat menjadi alternatif untuk mengolah limbah cair pewarnaan di industri batik Rara Djonggrang. Proses elektrokoagulasi mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu kerapatan arus listrik, waktu, tegangan listrik, kadar keasaman (ph), dan jarak antar elektroda. Penelitian yang dilakukan Susetyo dkk. (2008) menunjukkan bahwa tegangan berpengaruh terhadap pengurangan konsentrasi Sr-90 yang terdapat dalam limbah cair. Terdapat hubungan antara tegangan, arus listrik, dan hambatan yang dinyatakan dalam hukum Ohm. 6

Hambatan juga dipengaruhi oleh jarak antar elektroda, semakin besar jaraknya maka semakin besar hambatannya sehingga semakin kecil arus yang mengalir. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Yulianto dkk. (2009) menunjukkan bahwa jarak antar elektroda berpengaruh terhadap penurunan COD limbah batik dengan menggunakan elektrokoagulasi. Hari dan Harsanti (2010) juga melakukan penelitian yang membuktikan bahwa proses elektrokoagulasi dengan menggunakan plat aluminium mampu menurunkan kadar COD, BOD, dan TSS dalam limbah cair tekstil. Fadli dkk. (2011) melakukan penelitian yang membuktikan bahwa plat aluminium lebih baik digunakan daripada plat besi dan seng dalam proses elektrokoagulasi limbah batik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai pengaruh tegangan dan jarak elektroda dalam proses elektrokoagulasi terhadap penurunan COD, BOD, dan TSS limbah cair pewarnaan industri batik Rara Djonggrang (Naphtolat, Garam Diazo, dan campuran kedua limbah tersebut) dengan menggunakan plat aluminium. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa jarak elektroda yang baik (optimum) dalam proses elektrokoagulasi limbah Naphtol, Garam Diazo, dan campuran kedua limbah cair tersebut? 2. Berapa tegangan listrik yang paling baik (optimum) dalam proses elektrokoagulasi limbah Naphtol, Garam Diazo, dan campuran kedua limbah cair tersebut? 7

1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui jarak elektroda yang baik (optimum) dalam proses elektrokoagulasi limbah Naphtolat, Garam Diazo, dan campuran kedua limbah cair tersebut. 2. Untuk mengetahui tegangan listrik yang baik (optimum) dalam proses elektrokoagulasi limbah Naphtolat, Garam Diazo, dan campuran kedua limbah cair tersebut 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan alternatif pengolahan limbah cair pewarnaan terutama pada industri batik 2. Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair industri batik. 3. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai pengolahan limbah cair industri batik. 4. Sebagai masukan bagi industri batik untuk pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dibuang ke IPAL ataupun lingkungan sekitar 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian dengan metode elektrokoagulasi telah banyak dilakukan terhadap berbagai limbah cair termasuk dalam pengolahan limbah cair batik, akan 8

tetapi ada perbedaan dengan penelitian ini. Beberapa diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Penelitian pengolahan limbah dengan elektrokoagulasi No Judul Penelitian Tujuan Hasil Perbedaan 1 Treatment of textile Membandingkan Proses elektrokoagulasi Jenis limbah, wastewaters by elektroda besi dan tergantung ph. Pada kondisi jenis plat electrocoagulation aluminium dalam ph < 6, COD dan efisiensi elektroda, dan using iron and proses penurunan kekeruhan dengan tujuan penelitian aluminum electrodes elektrokoagulasi plat aluminium lebih tinggi (Kobya et al., 2007) untuk mengolah limbah tekstil dibandingkan besi, sedangkan pada ph netral dan basa besi dapat menurunkan kekeruhan lebih baik. 2 Chemical or Electrochemical Techniques, Followed by Ion Exchange, for Recycle of Textile Dye Wastewater (Raghu and Basha, 2007) Membandingkan dua metode pengolahan limbah yaitu penambahan koagulan dan elektrokoagulasi Metode penambahan koagulan kimia mampu menurunkan COD sebesar 81,3% sedangkan metode elektrokoagulasi dengan menggunakan anoda besi mampu menurunkan COD sebesar 92,21% dengan kebutuhan energi 19,29 kwh/kg COD dan anoda aluminium mampu menurunkan COD sebesar 80,00 % dengan kebutuhan Jenis limbah dan tujuan penelitian 3 Reuse of Dye Wastewater Through Colour Removal With Electrocoagulation Process (Charoenlarp and Choyphan, 2009) Menurunkan kadar warna dalam air limbah tekstil dengan menggunakan elektrokoagulasi energi 130,10 kwh/kg COD. Elektroda aluminium dengan tegangan listrik 20 V dan waktu proses 180 menit menghasilkan efisiensi penurunan pewarna reaktif sebesar 96,05 % dan 38,15% padatan terlarut, sedangkan elektroda besi dengan 25 V dan waktu proses 180 menit menghasilkan efisiensi penurunan pewarna dasar sebesar hampir 85,61%; TSS 30,67%; padatan tersuspensi 66,67%; turbidity 20,61% dan COD 79,51%. Jenis limbah, tujuan penelitian, jenis plat dan parameter yang diamati 9

Tabel 1.1. (Lanjutan) Penelitian pengolahan limbah dengan elektrokoagulasi No Judul Penelitian Tujuan Hasil Perbedaan 4 Pengolahan Limbah Untuk mengolah Kadar TSS mengalami Jenis limbah Cair Tekstil limbah tekstil penurunan yaitu rata-rata dan tujuan Menggunakan Proses dengan metode sebesar 76,27%, penurunan penelitian Elektrokoagulasi dengan Sel Al-Al (Hari dan Harsanti, 2010) elektrokoagulasi menggunakan plat aluminium kekeruhan pada proses 30 menit dapat mencapai 96,36%, kadar COD mengalami penurunan sebesar rata-rata 77,03%, dan kadar BOD mengalami penurunan rata-rata 5 Comparison of Classical Chemical and Electrochemical Processes for Treating Rose Processing Wastewater (Avsar et al., 2007) 6 Penyisihan Kadar COD, BOD, dan Warna pada Limbha Cair Industri Batik dengan Metode Elektrokoagulasi (Fadli dkk., 2011) Untuk membandingkan pengolahan limbah dengan metode kimia dan elektrokoagulasi pada ekstraksi minyak atsiri mawar Untuk mengetahui tingkat efisiensi penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD) dan kadar warna yang terkandung dalam limbah cair industri batik setelah melalui proses elektrokoagulasi. sebesar 77,23%. Metode elektrokoagulasi lebih baik daripada metode kimia. Penurunan nilai COD dan kekeruhan dengan metode kimia sebesar 29,2% dan 43,5%, sedangkan dengan elektrokoagulasi kadar COD turun sebesar 79,8% dan kekeruhan sebesar 81,4% dalam waktu 20 menit. Penurunan konsentrasi COD, BOD dan warna dengan efisiensi penurunan maksimum yaitu sebesar 99,63%, 99,22%, dan 98,40%. Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) plat elektroda yaitu Aluminium (Al), Besi (Fe) dan Seng (Zn), yang paling efektif digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD, BOD dan warna dalam limbah industri cair batik adalah plat elektroda Aluminium (Al). Jenis limbah dan tujuan penelitian Tujuan penelitian, variabel yang digunakan, parameter yang diamati, dan jenis plat Dari beberapa beberapa penelusuran literatur di atas, penelitian mengenai penurunan COD, BOD, dan TSS Limbah Cair Pewarnaan Industri Batik Rara Djonggrang sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. 10