PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
Pengembangan Kawasan Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil analisis tentang Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

III. METODE PENELITIAN

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

KESIMPULAN DAN SARAN

Tugas Akhir PW Dosen Pembimbing : Ir. Heru Purwadio, MSP

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN KLASTER INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL KABUPATEN PAMEKASAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 10 TAHUN 2004

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

JUDUL RUMUSAN INSENTIF DAN DISINSENTIF PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KABUPATEN GIANYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Faktor Penentu Pengembangan Industri Pengolahan Perikanan Di Kabupaten Sidoarjo melalui Pengembangan Ekonomi Lokal

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 102

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print)

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN SENTRA / KLASTER INDUSTRI LOGAM DAN MESIN TA. 2016

BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 75 /KPTS/013/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

PERUMUSAN RENCANA STRATEGIS UNTUK MENUNJANG KEBERHASILAN INDUSTRI BATIK LAMONGAN

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1995 TENTANG GERAKAN NASIONAL MEMASYARAKATKAN DAN MEMBUDAYAKAN KEWIRAUSAHAAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Karangasem Melalui Pendekatan Agribisnis

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KERAJINAN KAYU DI KECAMATAN KEPANJENKIDUL BLITAR (MELALUI PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL)

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

IV. METODE PENELITIAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

Pengembangan Kawasan Industri Perikanan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG

Gambar 1. Kawasan Minapolitan Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang

Transkripsi:

Tugas Akhiir PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO KECAMATAN TULANGAN - SIDOARJO Vinza Firqinia Fristia 361010018 Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

LATAR BELAKANG Penggerak tumbuhnya kegiatan ekonomi lokal suatu wilayah sebagai pendorong pembangunan daerah Mengurangi angka Kemiskinan dan tingkat keluarga pra sejahtera di Desa Kenongo dan Kecamatan Tulangan Industri kecil batik di Desa Kenongo Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Kenongo melalui peningkatan pendapatan Program pemerintah Kabupaten Sidoarjo menggali potensi unggulan di beberapa kawasan usaha Meningkatkan pengembangan daerah dan kemandirian kawasan Desa Kenongo serta berpotensi meningkatkan pendapatan Kabupaten Sidoarjo

RUMUSAN MASALAH Pengembangan industri kecil batik yang belum optimal dan tidak signifikan dikarenakan masyarakatnya belum memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan pada lingkungan industri batik Desa Kenongo dan mengembangkannya secara optimal berkelanjutan Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat industri kecil batik Desa Kenongo : Hanya dua unit usaha yang memiliki sarana produksi. Belum memiliki pasar lokal batik karena orientasi pasar berbeda-beda dan lebih pada pedagang luar daerah. Sehingga kenongo lebih dikenal sebagai produsen batik. Lemahnya jaringan usaha/kemitraan usaha Kemampuan berinovasi tenaga kerja yang terbatas kurang berorientasi masa depan. Tidak berhubungan dengan baik antar unit usaha Semangat kewirausahaan yang belum kuat Pertumbuhan unit usaha perlahan/tetap Apa faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo Kecamatan Tulangan? arahan pengembangan seperti apa yang sesuai dengan industri kecil batik Desa Kenongo Kecamatan Tulangan?

Tujuan Arahan pengembangan industri kecil batik Desa Kenongo Kecamatan Tulangan, Sidoarjo Sasaran Menentukan Faktor Penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo Kecamatan Tlangan Menentukan Prioritas faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo Merumuskan arahan pengembangan industri kecil batik Desa Kenongo di Kecamatan Tulangan

Kerangka Berfikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tugas Akhiir Industri Kecil sebagai industri penggerak / generator pertumbuhan wilayah Konsep One Village One product ialah tiap wilayah mendalami keahlian dalam membuat/ menghasilkan suatu produk unggulan daerahnya Pengembangan sektor-sektor prioritas unggulan dalam aktivitas ekonomi lokal melalui pengembangan ekonomi lokal. Kegiatan industri kecil menjadi faktor penting dalam mekanisme perkembangan dan pertumbuhan wilayah guna memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup

SINTESA KAJIAN PUSTAKA

Tugas Akhiir BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN RASIONALISTIK JENIS PENELITIAN DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF ANALISA DELPHI ANALISA AHP ANALISA EXPERT- JUDGEMENT PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO

Populasi Penelitian POPULASI DAN SAMPEL Kelompok-kelompok usaha pembatik dan Konsumen Pihak Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Pemerintah Daerah Kecamatan Tulangan dan Desa Kenongo Teknik yang digunakan Teknik pemetaan stakeholder / Stakeholder Mapping Teknik Purposive sampling sesuai dengan kriteria responden Hasil Sampel Sampel untuk analisa Delphi dan AHP : 8 responden Sampel untuk analisa expert-judgement : 4 responden

METODE ANALISIS No Sasaran Penentuan Sample Pengumpulan Data Alat Analisis 1 Menentukan faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo Analisis Stakholder Wawancara & Kuesioner Delphi 2 Menentukan prioritas faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo Analisis Stakholder Wawancara & Kuesioner AHP 3 Merumuskan arahan penanganan pengembangan industri kecil batik Desa Kenongo di Kecamatan Tulangan Purposive Sampling In Depth Interview Analisis Expert Judgement

KERANGKA METODOLOGI

Tugas Akhiir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum Kawasan studi terletak di Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo. Desa Kenongo memiliki luas sebesar 158,13 Ha dengan ketinggian wilayah 7,00 m. Dipandang dari sisi geografis, letak wilayah Desa kenongo Kecamatan Tulangan dengan jarak dari Ibukota Kabupaten Sidoarjo. terletak kurang lebih 17 ( tujuh belas ) kilometer. Kawasan studi memiliki batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara : Desa Tulangan dan Desa Kepatihan Sebelah Timur : Desa Wonocelah Sebelah Selatan : Desa Kebaron dan Kepadang Sebelah Barat : Desa Gelang Desa Kenongo terdiri dari 6 Rukun Warga ( RW ), berikut pembagian wilayah Desa Kenongo berdasarkan RW masing-masing.

GAMBARAN DESA KENONGO

Tingkat pra sejahtera mampu menurun dengan adanya kegiatan ekonomi masyarakat yang diharapkan mampu mengembangkan kawasan dan masyarakatnya

Lokasi RW 1 Unit Usaha Sari Kenongo batik Lama Usaha (tahun) Jumlah dan Usia Tenaga Kerja 6 280 pengrajin 20 pengrajin laki-laki 260 perempuan 30 tahun Asal tenaga kerja Desa Kenongo ( RW 1, 6 ) Tulungangung Desa Jiken Desa Kepatihan Desa Tulangan Bahan baku ( asal ) Solo Pekalonga n Pemasaran Desa Kenongo Toko-toko batik di Surabaya, Jakarta, bandung, sidoarjo Macanegara Jumlah produksi tiap bulan ± 240 potong RW 1 RW 2 Batik Kunto Kenongo Tulanga n 8 262 pengrajin 25 laki-laki 237 perempuan 30 tahun 2 20 pengrajin 2 laki-laki 18 perempuan 20-30 tahun Solo Pekalongan Desa Kenongo ( RW 1,3,4,5 ) Desa Kepatihan Desa Kenongo ( RW 2, 4 ) Desa Jiken Jogja Surabaya Surabaya Jogja Sidoarjo jalan kartini. Pasuruan Makassar Papua Malang Madura Desa Kenongo Sidoarjo Malang 150 potong 30 potong RW 3 Kenongo Mas 4 10 pengrajin 2 laki-laki 8 perempuan 20-30 tahun Desa Kenongo ( RW 1 ) Kedurus Desa Kepatihan Solo Sidoarjo Desa Kenongo Lokal Sidoarjo untuk instansi pemerintah atau perusahaan. 20 potong RW 3 Patrang Mas 5 38 pengrajin 8 laki-laki 30 perempuan 30 tahun dan ± 20 tahun Desa Kenongo ( RW 2,3,4 ) Desa Jiken Desa Pangkemiri Solo Pekalonga n Desa Kenongo Madura 40 potong

Pembahasan Sasaran 1 Menentukan Faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan Metode yang digunakan untuk menentukan Faktor Penyebab belum berkembangnya Industri Kecil Batik Desa Kenongo di Kecamatan Tulangan, Sidoarjo adalah analisis Delphi. Tahapan-tahapan yang dilakukan peneliti dalam proses delphi ialah Analisis Stakeholder / pemetaan stakeholder Analisa Deskriptif faktor yang diambil Proses wawancara delphi terhadap faktor yang telah ditentukan HASIL DELPHI : FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB

Pembahasan Sasaran 2 Menentukan Prioritas Faktor penyebab belum berkembangnya industri kecil batik Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan Faktor Penyebab Kurangnya minat pemilik usaha 0.162 Kemampuan tenaga kerja pada pengadaan modal masih rendah Nilai bobot faktor 0.150 Kompetensi tnaga kerja yang rendah 0.104 Kurangnya keterkaitan antar usaha dengan daerah lain Keterbatasan fasilitas pendukung masih minim 0.098 0.097 Kontinuitas bahan baku rendah 0.061 Kemampuan usaha batik dengan pasar lokal masih minim 0.050 Lambatnya regenerasi pekerja 0.049 Kurangnya interaksi kegiatan yang dilakukan Kurangnya pengetahuan pengusaha dalam pengolahan limbah 0.042 0.044

Pembahasan Sasaran 3 Merumuskan arahan dengan Expert-judgement Kondisi Eksisting Hasil Analisa sasaran 1 &2 faktor penyebab Literature teori / penelitian lain Arahan menurut peneliti Tanggapan Responden ARAHAN PENGEMBANGAN

TAHAPAN ARAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO 1. Pengoptimalan kegiatan pembinaan magang oleh Dinas Perindustrian bagi pengrajin agar mampu menjadi pengusaha 2. Pengoptimalan pengusaha atau calon pengusaha menggunakan bantuan dari pemerintah berupa kredit usaha kecil dan modal dana bergulir, serta pengupayaan dari pemerintah untuk modal lunak. TAHAP Awal- Program pembangunan usaha baru 1. Membudayakan keterkaitan / partnership dengan industri / usaha lain. Pemerintah sebagai moderator dan pemberi kebijakan atas diversifikasi produk berupa program keterkaitan ondustri kreatif fashion dengan kerajinan batik 2. Peningkatan kapasitas modal sossial seperti pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian kepada pengusaha. Mewujudkan usaha kecil yang tangguh dan mandiri dan berkembang menjadi usaha menengah 3. Meningkatkan kegiatan penyuluhan fasilitas pendampingan oleh perguruan tinggi, perusahaan BUMN, atau tenaga ahli berinteraksi langusng kepada pengusaha kecil batik. 4. Pengupayakan pemerintah daerah dalam penyediaan sarana promosi khusus antar produk usaha-usaha batik Desa Kenongo TAHAP Membangun daya tarik Program modernisasi usaha 1. Menumbuhkan organisasi swadaya atau kelompok usaha bersama oleh kelompok pengusaha batik dengan mengajak kumpulan ibu pkk 2. Pengoptimalan kegiatan pemasokan bahan baku secara berkelompok 3. Timbulnya kemampuan dengan usaha sekunder/turunan batik dan keterkaitan pengrajin dalam berwirausaha 4. Memfokuskan batik yang inovatif dengan ketersediaan etalase khusus penjualan pada Desa Kenongo 5. Mengenalkan dan emlakukan kegiatan membatik sejak dini oleh pengrajin atau pengusaha batik TAHAP Membangun daya tahan Program pemantapan usaha kecil 1. Meningkatkan kelompok usaha bersama menjadi kelompok formal yakni koperasi bersama 2. Perbaikan pengembangan infratruktur dan kemampuan tentang teknologi tepat guna meliputi : TAHAP Membangun Daya Saing Program Perbaikan Struktur 1. Adanya keterkaitan antar industri lain, pemasok, dan konsumen sehingga mampu berpotensi menjadi cluster batik Kenongo 2. Batik sebagai produk OVOP Desa Kenongo dan Kecamatan Tulangan MEWUDUJKAN PENGEMBANGAN BERKELANJUTAN INDUSTRI KECIL BATIK DESA KENONGO

Kesimpulan Lemahnya kemampuan dalam kegiatan produksi batik, dan belum adanya kesadaran berinteraksi antar usaha sepeerti kemitraan usaha dan koperasi bersama. Urutan priroitas faktor penyebab yakni kurangnya minat pemilik usaha, pengadaan modal masih rendah, kompetensi tenaga kerja masih minim, kurangnya keterkaitan usaha, terbatasnya enggunaan teknologi dan infrastruktur yang masih minim. Pelatihan, pembinaan, dan mendorong pihak luar sebagai pendamping pengembangan; merubah strategi budaya yang lebih baik; menciptakan kemandirian daerah antar usaha-usaha batik Kenongo. Saran Pengembangan industri kecil batik Desa Kenongo memiliki beberapa arahan pengembangan. Peneliti mengharapkan apabila dilakukan tahapan penanganan berdasarkan fokus urgensi permasalahan dalam usaha batik kenongo ini. Tahapan arahan pengembangan tersebut menjadi kebijakan strategis pembangunan daerah berbasis industri kecil batik di Desa Kenongo Rekomendasi Pemerintah hendaknya melakukan monitoring lebih lanjut mengenai fasilitas-fasilitas yang diberikan Meningkatkan kinerja program industri kecil Kabupaten kedalam suatu kebiajakan terarah Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dalam menyusun pedoman/kebijakan yang mengatur pengembangan industri kecil batik di Desa Kenongo Masyarakat dan pemerintah daerah turut serta membantu, dan ikut berperan langsung dalam kegiatan tersebut

TERIMA KASIH Tugas Akhiir