BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di masa yang akan datang. Pada dasarnya terminologi tersebut digunakan untuk suatu konsep lama yang merupakan kewajiban dari mereka yang mengontrol perusahaan untuk bertindak bagi kepentingan seluruh pemegang saham dan stakeholder 1. Khusus di Indonesia karena struktur kepemilikan perusahaan yang sangat terkonsentrasi, maka masalah biaya perusahaan dapat timbul dari perbedaan kepentingan antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas (stakeholders). Karena kewajiban inilah maka dewan komisaris, direksi atau pemegang saham pengendali perusahaan dilarang untuk mengambil keuntungan dari orang yang memberi kepercayaan yakni pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya seperti kreditur melalui transaksi yang tidak wajar dan tidak adil 2. Pada April 1998, (OECD) telah mengeluarkan seperangkat prinsip Corporate Governance yang dikembangkan seuniversal mungkin. Hal ini mengingat bahwa prinsip ini disusun untuk digunakan sebagai referensi di 1 Good Corporate Governance http://www.bpkp.go.id/index.php?idunit=21&idpage=326 diakses tanggal 3 Juni 2009 2 Ibid.
berbagai negara yang mempunyai karakteristik sistem hukum, budaya, dan lingkungan yang berbeda. Dengan demikian, prinsip yang universal tersebut akan dapat dijadikan pedoman oleh semua negara atau perusahaan namun diselaraskan dengan sistem hukum, aturan, atau nilai yang berlaku di negara masing-masing bilamana diperlukan 3. Secara umum Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar yaitu 4 : 1. Pertanggungjawaban (Responsibility). Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham juga kepada stakeholder. 2. Transparansi (Transparency) Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. 3. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. 4. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. 3 Ibid. 4 Ibid.
5. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas Good Corporate Governance, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Dalam pelaksanaan Good Corporate Governance di Indoneisi salah satu BUMN yang telah melaksanakannya yaitu PT POS Indonesia. Ketentuan pelaksanaan Good Corporate Governance di PT POS Indonesia tercantum dalam Keputusan Direksi Pt Pos Indonesia (Persero) Nomor : Kd 55/Dirut/1202. 5 Good Corporate Governance (GCG) tidak lain adalah pengelolaan bisnis yang melibatkan kepentingan stakeholders serta penggunaan sumber daya berprinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas 6. Hal tersebut dalam keberadaannya penting dikarenakan dua hal yaitu : 1. Cepatnya perubahan lingkungan yang berdampak pada peta persaingan global. 2. Karena semakin banyak dan kompleksitas stakeholders termasuk struktur kepemilikan bisnis. 7 Dua hal yang telah dikemukakan diatas menimbulkan: turbulensi, stres, risiko terhadap bisnis yang menuntut antisipasi peluang dan ancaman dalam strategi termasuk sistem pengendalian yang prima 8. Good Corporate Governance tercipta apabila terjadi keseimbangan kepentingan antara semua pihak yang berkepentingan dengan bisnis kita. 5 Ibid. 6 Ibid. 7 Sudin, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Sudin.staff.gunadarma.ac.id, diakses tanggal 3 Juni 2009 8 Ibid.
Identifikasi keseimbangan dalam keberadaannya memerlukan sebuah sistem pengukuran yang dapat menyerap setiap dimensi strategis dan operasional bisnis serta berbasis informasi 9. Pengukuran kinerja konsep GCG berdasarkan kepada lima dasar 10, yaitu: 1. Perlindungan hak pemegang saham, 2. Persamaan perlakuan pemegang saham, 3. Peranan stakeholders terkait dengan bisnis, 4. Keterbukaan dan transparansi, 5. Akuntabilitas dewan komisaris. Pengukuran kinerja tersebut juga berdimensi aktifitas operasional internal, intelektual kapital dan pembelajaran kapasitas untuk inovasi dan respon terhadap pasar, produk dan penerimaan pasar, hubungan dengan pelanggan, hubungan dengan investor, hubungan dengan partner dan stakeholders lainnya seperti Deperindag, hubungan dengan publik sasaran, lingkungan, keuangan 11. Di dunia perbankan, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral telah mewajibkan seluruh bank umum untuk menerapkan GCG dalam operasional usahanya. Sejauh ini Bank Indonesia hanya mewajibkan Bank Umum untuk menerapkan GCG dalam operasional usahanya. LKM yang cakupannya sangat luas meliputi Bank, Koperasi dan organisasi non bank, masih belum tersentuh aturan GCG 12. 9 Ibid. 10 Ibid. 11 Ibid. 12 Ibid
Salah satu unsur penting dalam kelompok industri perbankan adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR). BPR adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR 13. Status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD), dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 14. Ketentuan tersebut diberlakukan karena mengingat bahwa lembagalembaga tersebut telah berkembang dari lingkungan masyarakat Indonesia, serta masih diperlukan oleh masyarakat, maka keberadaan lembaga dimaksud diakui. Oleh karena itu, UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagimana telah diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 memberikan kejelasan status lembaga-lembaga dimaksud. Untuk menjamin kesatuan dan keseragaman dalam pembinaan dan pengawasan, maka persyaratan dan tata cara pemberian status lembaga-lembaga dimaksud ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 15. 13 Ibid 14 Ibid 15 Ibid.
Dalam melaksanakan usahanya BPR berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah sistem ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan tiga ciri negatif yang harus dihindari (free fight liberalism, etatisme, dan monopoli) 16. Untuk mendukung tumbuhnya industri BPR secara berkelanjutan agar memenuhi fungsinya sebagai pemberi pelayanan terhadap UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) harus didukung secara maksimal oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia perlu terus menerus melakukan berbagai upaya secara konsisten terutama dalam memperkuat pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), menyempurnakan aspek pengaturan dan pengawasan, mendorong penyehatan BPR bermasalah, memperkuat struktur Governace BPR, menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan BPR maupun mendukung penguatan infrastruktur industri. Seluruh upaya tersebut dikonsolidasikan untuk menciptakan perbankan Indonesia yang memiliki daya saing yang teruji kehandalannya. Oleh karena itu sangat logis bila diperlukan sebuah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan dalam rangka mendorong penerapan GCG bagi BPR 17. 16 Ibid. Mohamad Fajri M.P, Implementasi GCG Bank Perkereditan Rakyat, http://shafconsulting.blogspot.com/2008/11/implementasi-gcg-bank-perkreditan.html diakses tanggal 4 JUni 2009 diakses pada tanggal 16 April 2009.
Meskipun skala yang dijalankan adalah mikro namun sebagai lembaga keuangan, aktivitas usaha LKM tetap membawa konsekuensi risiko terkait pertanggungjawaban dana masyarakat (publik) 18. Perlakuan yang berbeda bagi LKM dimana belum ada kewajiban penerapan GCG. LKM memang memiliki cakupan yang luas dan hanya LKM jenis Bank Perkreditan Rakyat (BRI) dan BRI Unit yang berada di bawah pengawasan BI. Sedangkan LKM Jenis Koperasi diatur oleh undang-undang tersendiri dan berada dibawah naungan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM). Selain dua jenis LKM tersebut masih banyak LKM jenis lain bukan bank dan bukan Koperasi. Belum adanya undang-undang tentang LKM merupakan faktor penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan LKM. Banyak pekerjaan rumah terkait LKM dan belum adanya bank sentral bagi LKM (Apex Bank) menjadikan LKM masih cukup jauh dari aturan penerapan Good Corporate Governance (GCG) 19. Namun demikian meskipun LKM menjalankan bisnis dengan kategori mikro maka sebagai lembaga keuangan tetap membawa konsekuensi resiko atas dana masyarakat yang dikelolanya. Mengenai pemikiran dan tanggung jawab pada masyarakat sangat penting dalam pengelolaan BPR dan Koperasi. Tidak serta merta BPR dan Koperasi hanya mencari untung saja. Selain itu brand image dari 18 Mohamad Fajri M.P, Menjadikan Koperasi sebagai Sokoguru, Perekonomian dengan Implementasi GCG, http://shafconsulting.blogspot.com 2008 /12 diakses tanggal 17 April 2009 19 Ibid.
pengelolaan sangat penting sehingga BPR dan harus selalu melaksanakan Good Corporate Governance (GCG) secara total 20 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan Good Corporate Governance (GCG) dalam ketentuan hukum Indonesia? 2. Bagaimanakah pengaturan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam Undangundang Perbankan sebagai Lembaga Keuangan Mikro? 3. Bagaimanakah Good Corporate Governance (GCG) di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat disimpulkan yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah: a) Untuk mengetahui pengaturan Good Corporate Governance (GCG) dalam ketentuan hukum korporasi di Indonesia. b) Untuk mengetahui pengaturan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam ketentuan hukum Perbankan sebagai Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia. c) Untuk mengetahui perlunya penerapan Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat serta dasar hukum pembentukannya. 20 Muhammad Adrian Muluk, PT.Permodalan Nasional Madani, Corporate Governance di Lembaga Keuangan Mikro, http://www.pnm.co.id/default.asp di akses tanggal 17 April 2009
Selain tujuan-tujuan tersebut diatas penulisan ini juga diharapkan bermanfaat untuk berbagai hal diantaranya : a) Manfaat Subjektif Skripsi ini bermanfaat bagi penulis untuk memenuhi syarat kelulusan di Fakultas Hukum. b) Manfaat Objektif Penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat untuk menerapkan hukum ekonomi yang telah dipelajari khususnya mengenai Hukum Organisasi Perusahaanyang berkaitan dengan perlunya penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Lembaga Keuangan Mikro (BPR). Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum secara teoriti. D. Keaslian Penulisan Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan fakultas hukum bahwa penulisan tentang Tinjauan Terhadap Perlunya Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Lembaga Keuangan Mikro (BPR) belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya penulisan yang asli dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional serta terbuka. Skripsi ini juga didasarkan pada referensi dari buku-buku, informasi media cetak dan elektronik. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan
kebenaran ilmiah, sehingga penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaran secara ilmiah. E. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan kepustakaan dicoba untuk mengemukakan beberapa ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi kepustakaan.hal ini akan berguna bagi penulis untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi agar tetap berada didalam topic yang diangkat dari permasalahan yang telah disebutkan diatas. Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah sebagai berikut : a) Tinjauan adalah pandangan, penglihatan atau pemikiran. b) Terhadap adalah menandai arah, tujuan atau kepada seseorang atau sesuatu. c) Perlunya adalah kebutuhannya, atau harapannya. d) Penerapan adalah pengaplikasian, atau implementasi. e) Good,dalam bahasa Indonesia diartikan baik, bagus atau patut. f) Corporate, dalam bahasa Indonesia diartikan perusahaan, lembaga, badan hukum atau serikat. g) Governance, dalam bahasa Indonesia diartikan pemerintahan. h) Good Corporate Governance adalah Komitmen, aturan main, serta praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. i) Lembaga Keuangan Mikro adalah lembaga keuangan yang tidak menyertakan lalu lintas pembayaran dalam kegiatan usaha perbankannya sebab hanya memiliki modal yang kecil dan memiliki ruang lingkup gerak yang kecil.
j) Bank adalah Badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan mengluarkan uang pada masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dalam kegiatan oknum karyawan bank mencari kredit dan meminjamkan hasil kredit tersebut kepada nasabah umum tanpa melalui administrasi Bank. k) Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. F. Metode Penelitian Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari sekian banyak jenis penelitian, khususnya penelitian hukum yang paling popular dikenal adalah : a) Penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan atau hanya menggunakan data sekunder belaka. b) Penelitian hukum empiris yang dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder dari perpustakaan. Pilihan metode penlitian tergantung kepada tujuan penelitian tersebut. Sesuai dengan tujuan skripsi ini maka penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif atau disebut juga dengan studi kepustakaan (Library Research).
Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian.dalam penelitian ini dipakai tiga alat pengumpul data yaitu : a) Bahan hukum primer yaitu ketentuan ketentuan dalam peraturan perundang undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat baik peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia mauapun peraturan yang diterbitkan oleh negra lain dan badan badan Internasional, seperti Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 Tahun 2006, Peraturan Bank Indonesia No. 6/22/PBI/2004, Undang Undang no.10 Tahun 1998 Peraturan BI,Peraturan Bank Indonesia No.5/25/PBI/2003 mengenai Fit and Proper Test, Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tentang Penunjukan Direktur Kepatuhan dan Peraturan Bank Indonesia yang terbaru adalah No.8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, seperti seminar seminar, jurnal jurnal hukum, majalah majalah, koran koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas. c) Bahan hukum tertier yaitu semua dokumen yang berisi konsep konsep, dan keterangan keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus dan ensiklopedia dan lain - lain.
Dalam penulisan skripsi ini analisis data yang digunakan adalah dengan menganalisis data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan dan dianalisi secara deskriptif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif. Dengan demikian tidak merupakan analisis data tanpa mempergunakan rumus dan data matematis. G. Sistematika Penulisan Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur terperinci didalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. Tulisan ini terdiri dari lima bab, yang akan diperinci lagi dalam satu bab. Adapun kelima bab tersebut terdiri dari : Bab I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II : GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM KETENTUAN HUKUM KORPORASI INDONESIA Bab ini berisikan tentang pengertian dan konsep Good Corporate Governance, prinsip dasar dan asas Good Corporate Governance dan pengaturan Good Corporate Governance dalam ketentuan hukum Korporasi di Indonesia.
Bab III : BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DALAM KETENTUAN HUKUM PERBANKAN INDONESIA Bab ini berisikan pengertian dan konsep Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada umumnya, prinsip dasar dan asas pada Bank Perkreditan Rakyat(BPR), dan pengaturan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam ketentuan hukum Perbankan di Indonesia. Bab IV : GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Bab ini berisikan Dasar Hukum sehingga diperlukannya penerapan Good Corporate Governanace (GCG) di Lembaga Keuangan Mikro (BPR) dan menngenai perlunya penerapan Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai Lembaga Keuangan Mikro. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN Penulisan skripsi ini diakhiri dengan pengambilan kesimpulan dari beberapa masalah yang ada dan penulis mencoba memberikan saran kepada pihak pihak yang terkait dengan pelaksanaan dan penerapan Good Corporate Governance pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro.