BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
No. 5/30/BKr Jakarta, 18 November 2003 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN MENTERI KOPERASI DAN PEMBINAAN PENGUSAHA KECIL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/20/PBI/ 2003 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/3/PBI/2000 TENTANG PENGALIHAN PENGELOLAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK INDONESIA DALAM RANGKA KREDIT PROGRAM

No.16/3 /DPTP Jakarta, 3 Maret 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA DAN PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/19/PBI/2012

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO,

PERATURAN DAERAH DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN BARAT NOMOR: 18 TAHUN 2002 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PERUSAHAAN INTI RAKYAT PERKEBUNAN

BAB V PENUTUP. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dalam Tesis ini dapat

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 71/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

Presented by Riadi Didik Tjahjanto

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI UNIT DESA TIGA KOTO. A. Sejarah Singkat Koperasi Unit Desa Tiga Koto

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia. Aspek hukum..., Ariyanti, FH UI, 2010.

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

BAB V PENUTUP. Pembiayaan Syariah Al-Anshari di Kota Bukittinggi. Penelitian dilakukan dengan

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS KKP-E

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

Lingkup hunbungan kemitraan meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2003

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

X. KESIMPULAN DAN SARAN

PERJANJIAN PINJAMAN. (Pemberi Pinjaman dan Penerima Pinjaman selanjutnya secara bersama disebut sebagai Para Pihak )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG C U K A I [LN 1995/76, TLN 3613]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

1 of 6 21/12/ :38

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA FLPP BAB I FASILITAS LIKUIDITAS PEMBIAYAAN PERUMAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107 TAHUN 2000 TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 301/KMK.01/2002 TENTANG PENGURUSAN PIUTANG NEGARA KREDIT PERUMAHAN BANK TABUNGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PINJAMAN DANA BERGULIR

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH PT. KUTAI BALIAN NAULI DALAM MELAKUKAN PERLUASAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. motif yang tersedia yaitu dengan cara memahami kondisi objektif dari

SURAT PERJANJIAN HUTANG PIUTANG. Umur :.. Pekerjaan :.. Alamat :.. Selaku yang memberi pinjaman, selanjutnya disebut ; PIHAK PERTAMA

*37998 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 107 TAHUN 2000 (107/2000) TENTANG PINJAMAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. untuk menanggung pembayaran kembali suatu hutang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

Ringkasan Informasi Produk/Layanan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KEMITRAAN USAHA PERKEBUNAN DI KABUPATEN KATINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

I. PENDAHULUAN. sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, manusia hidup di atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. usaha dari suatu perusahaan maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber untuk

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 34 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah PT Rajawali Nusindo yang mengelola bidang usaha

Transkripsi:

125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pola kemitraan inti plasma perkebunan kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA dilakukan oleh masyarakat atau KUD bersama perusahaan perkebunan baik swasta maupun BUMN sebagai mitra dan menggunakan dana kredit program yang disediakan oleh pemerintah melalui bank-bank pelaksana atau penyalur kredit yang telah ditunjuk. Kerja sama kemitraan inti plasma ini dimulai dengan pembentukan KUD sebagai koperasi primer yang berbadan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian oleh para petani/kelompok petani peserta. KUD mewakili para petani anggota melakukan persiapan termasuk perijinan dan syarat-syarat administratif yang diperlukan, serta mengadakan perjanjian kerjasama kemitraan inti plasma dengan perusahaan inti secara tertulis dan diketahui oleh Bupati maupun walikota setempat. Setelah itu, KUD mengajukan permohonan kredit KKPA kepada Bank pelaksana dengan memenuhi syarat-syarat pengajuan permohonan kredit yang telah ditentukan dan dalam hal ini perusahaan inti bertindak sebagai penjamin kredit. Berbeda dengan pola kemitraan inti plasma lainnya, perusahaan inti dalam pola kemitraan ini dibebaskan dari beban tanggung jawab permodalan pembangunan perkebunan. Seluruh biaya yang dibutuhkan ditanggung oleh pihak KUD dengan memanfaatkan dana KKPA.

126 Perusahaan inti berperan sebagai pihak yang membantu KUD, memberikan bimbingan dan pendidikan bagi KUD serta petani anggotanya dalam pembangunan perkebunan. Dalam hubungan kerjasama ini, perusahaan inti wajib membeli seluruh hasil produksi perkebunan plasma yang disalurkan melalui KUD mitranya sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Dalam skim KKPA, KUD dapat berperan sebagai pelaksana pemberi kredit (executing agnt) atau penyalur kredit (chaneling agent). Sebagai pelaksana pemberi kredit, KUD bertanggung jawab atas pengembalian dana kredit secara penuh dan bertanggung jawab untuk menjalankan tugas: a. pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. penyaluran KKPA kepada anggota; d. pengawasan penggunaan KKPA; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA; dan g. administrasi pemberian KKPA. Sebagai penyalur kredit, KUD tidak dibebankan tanggung jawab atas pengembalian kredit kepada bank. Dalam perannya ini, KUD memiliki tugas untuk: a. pengajuan usulan proyek yang..akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. koordinasi penyaluran KKPA kepada anggota;

127 d. pengawasan penggunaan KKPA; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA; dan g. administrasi penyaluran KKPA 2. Dalam pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma pola KKPA antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII telah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan tidak terlunasinya hutang kedit KKPA, sehingga lahan perkebunan milik para petani anggota terancam dilelang oleh Bank BNI setempat sebagai sarana pelunasan hutang. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut, antara lain: a. Penjualan TBS hasil produksi perkebunan para petani anggota KUD Hasta Karya Bhakti ke PTPN VII melalui koperasi lain. b. Pada Tahun 2006, pengurus-pengurus KUD yang selama ini mengelola program KKPA pengembangan perkebunan kelapa sawit, telah keluar dari KUD Hasta Karya Bhakti tanpa adanya pertanggungjawaban sehingga menyulitkan para petani anggota. c. Tidak adanya transparansi mengenai pembayaran angsuran ke bank oleh pihak KUD kepada para petani anggota. d. Koperasi KUD Hasta Karya Bhakti memiliki rekening di bank lain, yaitu Bank Danamon yang digunakan untuk penyaluran kuntungan hasil penjualan TBS dari PTPN VII kepada KUD Hasta Karya Bhakti.

128 e. Tidak terkoordinirnya pembayaran angsuran bibit kepada PTPN VII oleh KUD Hasta Karya Bhakti. f. PTPN VII sebagai perusahaan inti membeli TBS hasil perkebunan para petani anggota yang tidak disalurkan melalui KUD Hasta Karya Bhakti. g. PTPN VII menyalurkan keuntungan hasil penjualan TBS kepada KUD Hasta Karya Bhakti melalui rekening miliki KUD Hasta Karya Bhakti di Bank Danamon, bukannya Bank BNI Cabang Metro sesuai dengan kesepakatan yang ada. 3. Implikasi yuridis dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma kebun sawit pola KKPA antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII, yaitu: a. Terjadinya wanprestasi atau cidera janji oleh KUD Hasta Karya Bhakti dalam kewajibannya melunasi dana pinjaman kredit KKPA kepada Bank BNI. b. Tanah perkebunan sawit milik para petani anggota plasma KUD Hasta Karya Bhakti terancam dieksekusi oleh pihak Bank BNI sebagai sarana pelunasan atas kredit yang belum terbayar. c. Perjanjian inti plasma kelapa sawit antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII dapat dibatalkan oleh hakim. d. Gugatan kepada pemerintah atas perbuatannya yang menyebabkan pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma tersebut

129 tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum. B. Saran Dalam upaya menciptakan keseimbangan kedudukan antara para pihak dalam perjanjian inti plasma kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA, seharusnya perusahaan inti diwajibkan untuk bertindak sebagai penjamin atas kredit KKPA yang diterima oleh plasmanya. Hal ini juga berfingsi sebagai perlindungan kepada pihak dengan golongan ekonomi lemah seperti para petani plasma. Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan, terutama menyangkut peraturan-peraturan tentang pola kemitraan inti plasma dan mengenai skim KKPA itu sendiri. Ketentuan mengenai sanksi harus diatur lebih jelas dan tegas bagi para pihak untuk mencegah timbulnya tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah dibuat. Selain itu, dalam skim KKPA perlu diatur mengenai sanksi dan pertanggungjawaban KUD sebagai penyalur kredit (channeling agent), apabila terjadi keadaan dimana tidak terlunasinya kredit disebabkan oleh kesalahan dan/atau kelalaian KUD. Pembinaan dan penyuluhan terhadap usaha menengah atau kecil, yang dalam hal ini adalah KUD maupun para petani anggota, seyogyanya dilakukan secara berkala dan teratur oleh pemerintah dan pihak perusahaan, mengingat keterbatasan sarana informasi dan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan. Koordinasi antara KUD dan perusahaan inti harus lebih sering

130 dilakukan untuk mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan inti plasma.