125 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pola kemitraan inti plasma perkebunan kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA dilakukan oleh masyarakat atau KUD bersama perusahaan perkebunan baik swasta maupun BUMN sebagai mitra dan menggunakan dana kredit program yang disediakan oleh pemerintah melalui bank-bank pelaksana atau penyalur kredit yang telah ditunjuk. Kerja sama kemitraan inti plasma ini dimulai dengan pembentukan KUD sebagai koperasi primer yang berbadan hukum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian oleh para petani/kelompok petani peserta. KUD mewakili para petani anggota melakukan persiapan termasuk perijinan dan syarat-syarat administratif yang diperlukan, serta mengadakan perjanjian kerjasama kemitraan inti plasma dengan perusahaan inti secara tertulis dan diketahui oleh Bupati maupun walikota setempat. Setelah itu, KUD mengajukan permohonan kredit KKPA kepada Bank pelaksana dengan memenuhi syarat-syarat pengajuan permohonan kredit yang telah ditentukan dan dalam hal ini perusahaan inti bertindak sebagai penjamin kredit. Berbeda dengan pola kemitraan inti plasma lainnya, perusahaan inti dalam pola kemitraan ini dibebaskan dari beban tanggung jawab permodalan pembangunan perkebunan. Seluruh biaya yang dibutuhkan ditanggung oleh pihak KUD dengan memanfaatkan dana KKPA.
126 Perusahaan inti berperan sebagai pihak yang membantu KUD, memberikan bimbingan dan pendidikan bagi KUD serta petani anggotanya dalam pembangunan perkebunan. Dalam hubungan kerjasama ini, perusahaan inti wajib membeli seluruh hasil produksi perkebunan plasma yang disalurkan melalui KUD mitranya sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Dalam skim KKPA, KUD dapat berperan sebagai pelaksana pemberi kredit (executing agnt) atau penyalur kredit (chaneling agent). Sebagai pelaksana pemberi kredit, KUD bertanggung jawab atas pengembalian dana kredit secara penuh dan bertanggung jawab untuk menjalankan tugas: a. pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. penyaluran KKPA kepada anggota; d. pengawasan penggunaan KKPA; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA; dan g. administrasi pemberian KKPA. Sebagai penyalur kredit, KUD tidak dibebankan tanggung jawab atas pengembalian kredit kepada bank. Dalam perannya ini, KUD memiliki tugas untuk: a. pengajuan usulan proyek yang..akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. koordinasi penyaluran KKPA kepada anggota;
127 d. pengawasan penggunaan KKPA; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA; dan g. administrasi penyaluran KKPA 2. Dalam pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma pola KKPA antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII telah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang menyebabkan tidak terlunasinya hutang kedit KKPA, sehingga lahan perkebunan milik para petani anggota terancam dilelang oleh Bank BNI setempat sebagai sarana pelunasan hutang. Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut, antara lain: a. Penjualan TBS hasil produksi perkebunan para petani anggota KUD Hasta Karya Bhakti ke PTPN VII melalui koperasi lain. b. Pada Tahun 2006, pengurus-pengurus KUD yang selama ini mengelola program KKPA pengembangan perkebunan kelapa sawit, telah keluar dari KUD Hasta Karya Bhakti tanpa adanya pertanggungjawaban sehingga menyulitkan para petani anggota. c. Tidak adanya transparansi mengenai pembayaran angsuran ke bank oleh pihak KUD kepada para petani anggota. d. Koperasi KUD Hasta Karya Bhakti memiliki rekening di bank lain, yaitu Bank Danamon yang digunakan untuk penyaluran kuntungan hasil penjualan TBS dari PTPN VII kepada KUD Hasta Karya Bhakti.
128 e. Tidak terkoordinirnya pembayaran angsuran bibit kepada PTPN VII oleh KUD Hasta Karya Bhakti. f. PTPN VII sebagai perusahaan inti membeli TBS hasil perkebunan para petani anggota yang tidak disalurkan melalui KUD Hasta Karya Bhakti. g. PTPN VII menyalurkan keuntungan hasil penjualan TBS kepada KUD Hasta Karya Bhakti melalui rekening miliki KUD Hasta Karya Bhakti di Bank Danamon, bukannya Bank BNI Cabang Metro sesuai dengan kesepakatan yang ada. 3. Implikasi yuridis dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma kebun sawit pola KKPA antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII, yaitu: a. Terjadinya wanprestasi atau cidera janji oleh KUD Hasta Karya Bhakti dalam kewajibannya melunasi dana pinjaman kredit KKPA kepada Bank BNI. b. Tanah perkebunan sawit milik para petani anggota plasma KUD Hasta Karya Bhakti terancam dieksekusi oleh pihak Bank BNI sebagai sarana pelunasan atas kredit yang belum terbayar. c. Perjanjian inti plasma kelapa sawit antara KUD Hasta Karya Bhakti dan PTPN VII dapat dibatalkan oleh hakim. d. Gugatan kepada pemerintah atas perbuatannya yang menyebabkan pelaksanaan hubungan kerjasama kemitraan inti plasma tersebut
129 tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum. B. Saran Dalam upaya menciptakan keseimbangan kedudukan antara para pihak dalam perjanjian inti plasma kelapa sawit yang memanfaatkan dana KKPA, seharusnya perusahaan inti diwajibkan untuk bertindak sebagai penjamin atas kredit KKPA yang diterima oleh plasmanya. Hal ini juga berfingsi sebagai perlindungan kepada pihak dengan golongan ekonomi lemah seperti para petani plasma. Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan, terutama menyangkut peraturan-peraturan tentang pola kemitraan inti plasma dan mengenai skim KKPA itu sendiri. Ketentuan mengenai sanksi harus diatur lebih jelas dan tegas bagi para pihak untuk mencegah timbulnya tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah dibuat. Selain itu, dalam skim KKPA perlu diatur mengenai sanksi dan pertanggungjawaban KUD sebagai penyalur kredit (channeling agent), apabila terjadi keadaan dimana tidak terlunasinya kredit disebabkan oleh kesalahan dan/atau kelalaian KUD. Pembinaan dan penyuluhan terhadap usaha menengah atau kecil, yang dalam hal ini adalah KUD maupun para petani anggota, seyogyanya dilakukan secara berkala dan teratur oleh pemerintah dan pihak perusahaan, mengingat keterbatasan sarana informasi dan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan. Koordinasi antara KUD dan perusahaan inti harus lebih sering
130 dilakukan untuk mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan kerjasama kemitraan inti plasma.