HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MERAWAT KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Astrid Rusmanindar

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

Eka Puspa Janurviningsih 1, Rina Suparyanti 2, Syaifuddin 3

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGI PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Putri Efendi NIM:

Keterangan: Xxx = koefisien korelasi Kendall Tau yang besarnya (-1<0<1) A = jumlah ranking atas

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGIS PADA SISWI KELAS X DI SMA NEGERI 3 BANTUL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL SISWI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PLUS GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

TAHUN Yogyakartaa

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI WANITA PADA SISWI SMP NASIONAL BANTUL DIY TAHUN 2011

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI BIDAN PRAKTEK SWASTA FITRI HANDAYANI CEMANI SUKOHARJO

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk observasional atau survey analitik (Setiadi, antara pengetahuan dan sikap mengenai vulva hygiene

PERAWATAN VAGINA, KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MERAWAT KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YUNITA 201210104273 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2013

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE PERCEPTION OF TAKING CARE OF THE CLEANLINESS OF THE VULVA WITH VAGINAL DISCHARGEON X CLASS STUDENTS INMUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA HIGH SCHOOL2013 1 Yunita 2, Umu Hani 3 Abstract : This research aims to determine the relationship between the perception of taking care of the cleanliness of the vulva with leuchorheae on the students of class X inmuhammadiyah 3 Yogyakarta high school 2013. Results of research that perception of taking care of the cleanliness of the vulva on the students of class X not nice 51 (53%) of respondents, well 2 (2%), and incidence of vaginal discharge on a X class, students who experience physiological vaginal discharge 41 (42.7%), pathologicalvaginal discharge (57,3%) 55. The results test Kendall Tau obtained the values r count of 0,268 with the value significance of 0.002. Keywords : perception, vulva hygiene Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi merawat kebersihan vulva dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun 2013.Hasil penelitian ini didapatkan bahwa persepsi merawat kebersihan vulva pada siswi kelas X tidak baik 51 (53%) responden, baik 2 (2%) dan kejadian keputihan pada siswi kelas X yang mengalami keputihan fisiologis 41 (42,7%), keputihan patologis 55 (57,3%). Hasil uji Kendall s Tau yang diperoleh yaitu nilai r hitung sebesar 0,268 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Kata kunci : Persepsi, vulva hygiene

PENDAHULUAN Isu isu terkini berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja merupakanhal yang menarik untuk dibahas, data menunjukkan kurang lebih 37 % dari jumlah penduduk di Indonesia adalah remaja,hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa.masalahkesehatan reproduksi menjadi suatu masalah yang memerlukan perhatian lebih khususnya masalah kesehatan reproduksi wanita termasuk remaja karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat(manuaba, 2010). Proses kematangan seksual remaja putri ditandai dengan datangnya menstruasai pertama yang menunjukkan aktif dan berfungsinya hormon seks seorang wanita. Pada masa ini lah berbagai masalah kesehatan reproduksi dimulai seperti halnya keputihan. Keputihan merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita, gangguan ini merupakan gangguan kedua setelah gangguan haid. Keputihan sering tidak ditangani dengan serius oleh para wanita padahal keputihan bisa menjadi indikasi adanya penyakit, hampir semua perempuan pernah mengalami keputihan yang normal (Purwanto, 2005). Wanita di seluruh dunia ternyata pernah mengalami keputihan sebanyak 75%, setidaknya sekali dalam hidupnya (Indarti, 2007). Sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25%, untuk wanita Indonesia yang mengalami keputihan berjumlah 75% (Octaviyanti, 2006). Data di atas menunjukkan kejadian keputihan pada wanita cukup tinggi, akan tetapi karena wanita sering beranggapan keputihan sebagai salah satu gejala premenstrual syndrom, sedikit sekali wanita yang berusaha untuk mengobati keputihan sebagai gangguan kesehatan yang perlu segera diobati dan dicari penyebabnya (Indarti, 2004). Oleh karena itu wanita termasuk remaja harus lebih memperhatikan kebersihan diri termasuk kebersihan organ reproduksinya(vulva hygiene) agar terhindar dari masalah reproduksi seperti infeksi keputihan. Sehingga untuk merawat kebersihan alat kelamin pada wanita termasuk remajaperlu memperhatikan bagaimana cara merawatkebersihan 1 vulva dengan baik dan benar untuk dapat menghindari bahaya infeksi alat reproduksi sehingga terhindar dari komplikasi karena infeksi mempunyai akibat yang buruk pada kesehatan reproduksi yang berakhir dengan infertilitas (kemandulan) danmeningkatkan kejadian kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan(wolrath, 2001). Pentingnya merawat kebesihan diri termasuk organ reproduksi dalam islam ditunjukkan dengan ayat Al-Qur an yang berbunyi : Hai orang yang berselimut, bangkitlah lalu beri peringatan! Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah dan tinggalkanlah segala macam kekotoran/dosa (QS : Al Mudatstsir 74: 1-5) dan juga hadist yang berbunyi :

Kebersihan itu adalah satu sudut dari iman (HR. Imam Ahmad danturmudzi). Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa ALLAH senang dengan orang orang yang menjaga kebersihan dalam hal ini menjaga kebersihan vulva dan tidak bermalas malasan sedangkan pada hadist HR. Imam Ahmad dan Turmudzi menjelaskan jika kebersihan adalah sebagian dari iman. Usaha untuk mempromosikan pentingnya merawat organ reproduksi yang sehat pada wanita termasuk remaja masih mengalami kendala yaitu masih dianggap tabu menyebabkan perempuan tidak mau memeriksakan dirinya saat ada permasalahan mengenai organ reproduksinya dan lebih memilih untuk diam, rendahnya status ekonomi menyebabkan ketidakmampuaan untuk memeriksakan diri kepada tenaga medis jika terjadi permasalahan pada organ reproduksinya dan kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi yang diterima oleh masyarakat serta kurangnya informasi yang diberikan oleh bidan. Informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima dapat berakibat kurang baiknya persepsi atau pandangan mengenai merawat organ reproduksi yang akan berdampak pada kurang baiknya perilaku. Hal ini dapat menyebabkan masalah-masalah reproduksi seperti iritasi, alergi, infeksi dan keputihan. Infeksi dan keputihan ini jika dibiarkan maka akan menimbulkan komplikasi penyakit radang panggul yang mengakibatkan kemandulan (infertilitas) karena saluran telur yang rusak dan tersumbat. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa 3 dari 4 wanita didunia pernah mengalami keputihan sekali seumur hidupnya (Wahyuni, 2009). Keputihan ada 2 macam yaitu keptihan normal (fisiologis) dan keputihan tidak normal (patologis). Keputihan normal terjadi padamasa subur, menjelang atau sesudah menstruasi, atau pada saat terangsang. Sedangkan keputihan patologis adalah cairan yang keluar berlebihan, berbau, berwarna kekuningan sampai kehijauan, dan menyebabkan gatal (Arixs, 2009). Keputihan patologis jika tidak ditangani dengan benar dapat mengakibatkan masalah masalah reproduksi yang lebih serius seperti infeksi, radang panggul, kolpitis, servicitis, vulvitis serta Ca Cervix. (Wahyuni, 2009, Depkes, 2007). Keputihan abnormal terjadi karena infeksi jamur, parasit atau bakteri. Faktor faktor yang memengaruhi (Discharge) keputihan yang tidak normal diantaranya stress (36,6%), kelebihan panas didalam tubuh (35,2%), dan infeksi (30,5%) (Patel, 2005). Vulva hygiene merupakan salah satu cara menjaga kebersihan alat kelamin wanita termasuk remaja yang merupakan peranan penting untuk pencegahan terhadap masalah-masalah reproduksi seperti alergi, iritasi, keputihan dan lain sebagainya. Adapun dampak dari keputihan patologis selain infeksi (Depkes RI, 2007) yaitu terjadinya gangguan psikologis karena wanita yang mengalami keputihan cenderung merasa tidak nyaman terganggu terhadap keadaannya yang akan mengakibatkan wanita merasa kurang percaya diri selain itu dampak yang lebih serius adalah terjadinya infertil atau kemandulan, keputihan yang kronis dan berlangsung lama dapat menyebabkan kemandulan karena transportasi sperma dalam vagina akan dihambat serta akan terjadi motilitas sperma yang disebabkan oleh Candida albicans dan Trichomonas vaginalis (Manuaba, 2002. Agustini, 2007).

Perilaku seseorang selalu didasarkan pada persepsi sehingga apabila seseorang memiliki persepsi yang baik maka seseorang itu akan memiliki perilaku yang baik juga dalam hal ini adalah persepsi mengenai merawat vulva hygiene jika seseorang memiliki persepsi yang baik dan benar serta belajar mengenai penyebab dari keputihan seperti infeksi virus, bakteri, parasit dan jamur akan mempengaruhi perilaku yang baik juga sehingga dapat membantu mengatasi masalah keputihan yang terjadi pada wanita termasuk remaja (Murphy, 2005). Bidan sebagai tenaga kesehatan yang dipercaya dan juga sebagai mitra wanita termasuk remaja mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi seperti keputihan, misalnya berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi khususnya masalah perilaku merawat kebersihan organ genetalia serta dengan menggabungkan pelayanan KB dengan skrening PMS. Kebijakan dari pemerintah Indonesia adalah diberikannya perhatian yang cukup besar pada masalah kesehatan wanita baik bagi pelajar maupun masyarakat. Bagi pelajar Indonesia, perhatian pemerintah dalam bidang kesehatan ini diwujudkan dengan dilaksanakan program UKS disetiap sekolah/ institusi pendidikan yang terkait. Salah satu kebijakan pemerintah yang telah dilakukan adalah bekerjasama dengan BKKBN untuk dibentuknya BKR (Bina Keluarga Remaja) dan PIK KRR ( Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja ) serta diadakannya penyuluhan-penyuluhan, seminar, diskusi tentang kesehatan reproduksi remaja dan masyarakat. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh penulis pada bulan maret 2013 menggunakan 22 pertanyaan yang ditanyakan kepada 25 siswi SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta diketahui bahwa dari 25 siswi yang mengalami keputihan sebanyak 24 siswi (96%), gatal-gatal saat keputihan sebanyak 21 siswi (84%), menggunakan pembersih wanita sebanyak 7 siswi (28%), keputihan yang dialami berbau sebanyak 2 siswi (8%), menjadikan keputihan sebagai keluhan sebanyak 20 siswi (80%), jika mengalami gatal saat keputihan dibiarkan saja sebanyak 20 siswi (80%), memakai bedak saat gatal 5 siswi (20%) dan sebanyak 15 siswi (60%) masih memiliki persepsi yang salah tentang merawat kebersihan organ reproduksi khususnya kebersihan vulva. Hal tersebut mendorong penulis untuk meneliti tentang hubungan antara persepsi merawat kebersihan vulva dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun 2013. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2010). Dengan pendekatan waktu crossectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas X SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta tahun 2013. Populasi berjumlah 119 siswi.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Dengan rumus Maslowsebagai berikut : n = N 1 + N (d 2 ) Keterangan : n = Besar sampel N d = Besar populasi = tingkat kepercayaan Dengan jumlah populasi (N) 119 maka jumlah sampel (n) yang didapat adalah sebanyak 92 responden tetapi berdasarkan pertimbangan peneliti dan saran dari guru BP di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta jumlah responden untuk ditambah menjadi 96 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non random (non probabilty) sampling yaitu purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010). Signifikasi 0,05 dan derajat kepercayaan (confidence level) 95 %. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat PersepsitentangMerawatKebersihan Vulva 2 2% 51 53% 43 45% Baik Cukup baik Tidak Baik Gambar 7. Diagram PiePersepsitentangMerawatKebersihan Vulva siswikelas X SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta Gambar 7 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi tentang merawat kebersihan vulva tidak baik yaitu 51 responden (53%). Persepsi merawat kebersihan vulva tidak baik yang dimiliki responden adalah kebanyakan tentang persepsi keputihan (gejala, ciri- ciri keputihan), persepsi membasuh dan mengeringkan alat kelamin, persepsi penanganan keputihan (penggunaan bedak saat gatal, pemeriksaan ke tenaga kesehatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi jika ada masalah), persepsi pemakaian pantyliner dan celana dalam ketat.

KejadianKeputihan 41 43% 55 57% < 12 Tahun > 12 Tahun Gambar 8. DiagramPieKejadianKeputihanSiswikelas X SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta Gambar 8 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami keputihan patologis yaitu 55 responden (57%). Hal ini dapat disebabkan karena masih tidak baiknya persepsi merawat kebersihan vulva yang dimiliki responden sehingga secara langsung akan berdampak pada perilaku merawat kebersihan vulva yang mengakibatkan terjadinya keputihan patologis. Analisis Bivariat Hubungan Persepsi Merawat Kebersihan Vulva dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tabel 2. HasilAnalisisHubunganPersepsiMerawatKebersihan Vulva dengankejadiankeputihan pada SiswiKelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta 2013 No Keputihan Keputihan r hitung Jumlah r tabel Persepsi FisiologisPatologis 1. Baik 2 (100%) 0 (0%) 2 (100%) 2. Cukup 20 (46,5%) 23 (53,5%) 43 (100%) 3. TidakBaik 19 (37,3%) 32(62,7%) 51(100%) Jumlah 41(42,7%) 55 (57,3%) 96 (100%) 0,202 0,268 Tabel 2 Menunjukkanbahwa responden yang memilikipersepsimerawatkebersihanvulva yang tidakbaikmengalamikeputihan yang patologis yaitusebanyak 32 responden (62,7%). Koefisienkorelasihasilperhitungantersebutsignifikan dan negatif. Taraf kesalahan ditetapkan 5 % (derajat kepercayaan 95%) dan N = 96, maka r tabel = 0,202, r hitung = 0,268. Dari pernyataan tersebut r hitung lebih besar dari harga r tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara persepsi tentang merawat kebersihan vulva dengan kejadian keputihan. Hal ini berarti semakin baik persepsi tentang merawat kebersihan vulva, maka akan semakin rendah kejadian keputihan.

KESIMPULAN 1. Persepsi merawat kebersihan vulva pada siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi tentang merawat kebersihan vulva tidak baik yaitu 51 responden (53%). 2. Kejadian keputihan yang dialami oleh siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta yaitu sebagian besar mengalami keputihan patologis 55 responden (57,3%). 3. Ada hubungan antara persepsi merawat kebersihan vulva dengan kejadian keputihan pada siswi kelas X di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, dengan nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,268 > 0,202), dan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,002 < 0,05). SARAN 1. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan referensi bacaan khususnya tentang persepsi merawat kebersihan vulva dengan kejadian keputihan. 2. Bagi Responden Meningkatkan peran aktif siswi untuk mencari informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya dalam merawat kebersihan vulva agar siswi memiliki persepsi yang lebih baik lagi, serta diharapkan setelah siswi membaca hasil penelitian ini siswi bisa lebih mengetahui tentang keputihan, jenis keputihan, dapat membedakan ciri ciri keputihan patologis maupun fisiologis sehingga jika siswi mengalami keputihan patologis siswi dapat segera memeriksakan dirinya ketenaga kesehatan terdekat. 3. Bagi Stikes Aisyiyah Diharapkan Stikes Aisyiyah dapat menjalin kerjasama dengan pihak SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta dalam hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya mengenai persepsi dan cara merawat kebersihan vulva serta kesehatan reproduksi remaja lainnya secara berkesinambungan sehingga siswi dan siswa memiliki persepsi dan perilaku yang lebih baik lagi mengenai kesehatan reproduksi remaja (pemberian konseling, seminar kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi remaja). 4. Bagi Pihak Sekolah Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dari pihak sekolah dapat mengadakan konseling yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja dan pendidikan kesehatan reproduksi tentang merawat kebersihan vulva atau membuat kebijakan untuk menyisipkan materi tentang kesehatan reproduksi dalam kegiatan ekstrakurikuler khususnya untuk siswi dan pada umumnya untuk siswa yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dan didukung oleh peran guru maupun siswi sebagai remaja. Hal ini dikarenakan peran PIK-KRR yang belum optimal. 5. Bagi Peneliti Lainnya Penelitian selanjutnya sebaiknya menambah jumlah sampel penelitian agar dapat digeneralisasikan tidak hanya terbatas pada satu sekolah tertentu. Pengumpulan dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner atau

angket, penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah metode pengumpulan data, seperti metode wawancara sehingga dapat memberikan informasi yang lebih akurat mendalam terkait persepsi tentang merawat kebersihan vulva pada siswi. DAFTAR RUJUKAN Anonym, 2012,Penyebabkeputihan, tersedia dalam :www.bidanku.co.id (diaksestanggal 25 Maret 2013) Arikunto, S., 2006, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Ed. 6, Jakarta :RinekaCipta. Emilia, O., 2008, Promosi Kesehatan Dalam Lingkup Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta : Pustaka Cendekia. Inong, D.I., 2007, Merawat Organ IntimWanita, tersedia dalam : www.kharisma.com(diakses 20 Februari 2013) Manuaba, I.G.B, 2010, IlmuKebidanan, Penyakit, Kandungan, dankeluargaberencanauntukpendidikbidan,jakarta :EGC. Memahami ayat ayat Al-Qur an dan hadist nabi, 2011, tersedia dalam : www.kangmuz.wordpress.com (diakses tanggal 20 Februari 2013) Mommies,2007, Miom, Keputihan, Kehamilan, tersedia dalam : www. wrindonesia.org(diakses 20 Februari 2013) Murphy, K.R. 2005, PengertianPersepsi,tersedia dalam :www.wikipedia.com(diakses 25 Maret 2013) Notoatmodjo, 2007, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto, 2005, Keputihan, tersedia dalam :www.sinarharapan.co.id ( diaksestanggal 25 Maret 2013) Sugiyono, 2010, Statistik Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta., 2010, MetodePenelitianKuantitatifKualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta.