BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan teknis keuangan daerah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan

Abstrak. Kata kunci: senjangan anggaran, partisipasi penganggaran, kepercayaan diri, komitmen organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. disfungisional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Indriantoro dan

2015 PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN BUDGET EMPHASIS SEBAGAI VARIABEL MODERASI

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI, INFORMASI ASIMETRI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN AMBIGUITAS PERAN DAN PENEKANAN ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan yang baik karena merupakan proses penentuan kebijakan dalam rangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Keagenan merupakan sebuah teori yang membahas mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

PERANAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KEADILAN PROSEDURAL DAN KINERJA MANAJERIAL (Survei pada BAPPEDA Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

PENDAHULUAN. lebih mengutamakan kepentingan organisasi dibandingkan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN TERHADAP SENJANGAN ANGGARAN DENGAN AMBIGUITAS PERAN DAN ASIMETRI INFORMASI SEBAGAI PEMODERASI

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Pertumbuhan yang pesat tersebut mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik juga dituntut untuk mampu bersaing dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terjadi dalam satu atau beberapa periode mendatang. Menurut Governmental

PENGARUH PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KINERJA MANAJER DAN PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mengkomunikasikan rencana-rencana manajemen, peranan dalam hal merencanakan pembiayaan dan pendapatan pada suatu

BAB II LANDASAN TEORI. principal dan agen. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adanya faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi variabel satu dengan

BAB II. individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner (1996 :

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan rencana yang dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. didefinisikan sebagai suatu kontrak yang terjadi pada saat prinsipal mulai

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Pemerintah pusat maupun daerah mempunyai rencana-rencana

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. maksimalisasi laba tetapi lebih kepada publik service orientif (Suhayati,2009).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (1984) mengungkapkan bahwa hubungan keagenan di pemerintahan antara

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. anggaran partisipatif dengan kinerja manajerial. untuk beroperasi lebih efisien dan efektif. Untuk itu pihak manajemen harus

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi. Dalam anggaran haruslah memuat kerangka kerja organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

Agar anggaran itu tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan, maka diperlukan. kinerja yang baik antara atasan dan bawahan, pegawai dan pimpinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebuah hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu antara pemilik perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu. terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu memperoleh laba.

CHRISTINE PRAMITA W.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJER DENGAN PELIMPAHAN WEWENANG SEBAGAI VARIABEL MODERATING

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mecking dalam Amertadewi dan Dwirandra (2013) menjelaskan teori keagenan merupakan kontrak antara satu orang atau lebih antara principal dan agent, dimana agent tersebut diberi wewenang untuk bertanggung jawab melaksanakan tugas. Menurut Supanto dalam Asak (2014) inti dari teori keagenan ini adalah konta kerja yang didesain dengan tepat untuk menyelaraskan kepentingan antara principal dan agent. Teori keagenan terjadi pada saat atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas untuk membuat suatu keputusan. Hubungan antara atasan dan bawahan ini yang dapat mengarah pada kondisi dimana masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda terhadap organisasi Brownell dan Mc.Innes dalam Amertadewi dan Dwirandra (2013) menyatakan bahwa agen akan berusaha melakukan senjangan anggaran jika ingin memperoleh keuntungan dan penghargaan yang seharusnya didapatkan atas keberhasilannya mencapai anggaran. Perbedaan tersebut yang menyebabkan terciptanya suatu senjangan anggaran. 9

10 Dalam pemerintahan sektor publik, pemerintah pusat sebagai principal pemberi amanah berupa kewenangan untuk melakukan otonomi yang luas kepada masing-masing daerah kota atau kabupaten untuk mengelola daerahnya masing-masing, selanjutnya pemerintah daerah sebagai agent wajib menyajikan serta melaporkannya. 2. Pendekatan Kontijensi Menurut Otley dalam Nengsy, et al. (2013), teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem penendalian yang dapat diterapkan secara efektif untuk semua kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif untuk situasi atau organisasi tertentu. Pendekatan kontijensi bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel-variabel kontijensi dengan desain sistem akuntansi manajemen dan untuk mengevaluasi keefektifan hubungan antara dua variabel (hubungan variabel independen dan dependen (Nengsy, et al. 2013). Dalam peneltian ini faktor kontijensi digunakan untuk mengevaluasi keefektifan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Hal itu dikarenkan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya masih bertentangan mengenai hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Oleh karena itu, perlu menggunakan pendekatan-pendekatan lain untuk melihat kedua hubungan tersebut. Faktor kontijensi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ambiguitas peran dan penekanan anggaran.

11 3. Anggaran Menurut Mardiasmo dalam Rizanty (2015), anggaran merupakan pernyataan menhenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. APBD menurut pasal 8 UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan negara dikelola berdasarkan prestasi kerja atau anggaran kinerja, yang berarti program kerja dan kegiatan yang dialksanakan dengan menggunakan APBD harus dirumuskan secara jelas dan terukur apa output serta incomenya. Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik. Anggaran sektor publik merupakan hal yang penting karena beberapa alasan, yaitu: a. Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial, ekonomi, menjamin keseimbangan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. b. Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada sifatnya terbatas. c. Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah tela bertanggungjawab terhadap rakyat.

12 Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan Daerah Meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. b. Belanja Daerah Meliputi semua pengeluaran dan rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. c. Pembiayaan Daerah Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. 4. Partisipasi Anggaran Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pembuat keputusan. Sedangkan partisipasi dalam penyusunan anggaran adalah suatu proses dalam organisasi yang melibatkan para manajer dalam penentuan tujuan anggaran yang menjadi tanggung jawab penyusun anggaran yang

13 memungkinkan bawahan untuk ikut bekerja sama menentukan rencana (Dwisariasih, 2013). Partisipasi anggaran menunjukkan luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah daerah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggung jawaban anggaran mereka. Selain memberikan dampak positif penaikan kinerja manajer, penyusunan anggaran partisipatif juga memberikan dampak yang positif lain yaitu dapat mengurangi tekanan dan kegelisahan para bawahan, karena mereka dapat mengetahui suatu tujuan yang relevan, dapat diterima dan dapat dicapai (Sinaga, 2013). Proses penyusunan anggaran pemerintahan daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, melibatkan dua pihak yakni pihak eksekutif (pemerintah daerah) dan legislatif (DPRD) melalui sebuah tim anggaran. Proses penganggaran pada organisasi publik, manajer meminta jumlah anggaran (jumlah ini ditentukan oleh manajer unit) untuk unit mereka dari manajemen puncak organisasi atau organisasi pemerintah lainnya. Murray dalam Asak (2014) menyatakan bahwa partisipasi dari bawahan dalam penyususan anggaran mempunyai konsekuensi terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dari anggota.

14 Menurut Milani dalam Miyati (2014) karakteristik partisipasi anggaran meliputi: a. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para manajer. b. Alasan-alasan pihak manajer saat melakukan revisi anggaran. c. Keinginan memberikan pendapat atau usulan kepada pihak manajer tanpa diminta. d. Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir. e. Pentingnya bawahan berkontribusi terhadap anggaran. f. Seringnya atasan meminta pendapat saat anggaran sedang disusun. Partisipasi mempunyai tiga masalah potensial, yaitu : 1) Menetapkan Standar Terlalu Tinggi Atau Rendah Standar anggaran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan frustasi bagi para manajer, sedangkan standar anggaran yang terlalu mudah dicapai dapat menyebabkan kinerja para manajer menurun. 2) Membuat Kesenjangan Anggaran Senjangan anggaran terjadi ketika seorang manajer dengan sengaja merendahkan pendapatan dan melebihkan biaya dalam mengajukan anggaran. Hal ini bertujuan untuk memudahkan para manajer dalam mencapai target anggaran.

15 3) Partisipasi Semu (Pseudoparticipation) Partisipasi semu adalah perilaku disfungsional dari manajer (atasan) yang tidak menggunakan partisipasi anggaran dalam praktiknya. 5. Senjangan Anggaran Senjangan anggaran adalah perbedaan antara anggaran yang dilaporkan dengan anggaran yang sesuai dengan estimasi terbaik perusahaan yaitu ketika membuat anggaran penerimaan lebih rendah dan menganggarkan pengeluaran lebih tinggi dari estimasi yang sesungguhnya (Govindarajan dalam Sinaga 2012). Menurut Stede, senjangan anggaran adalah sumber daya dan pengupayaan aktivitas yang tidak dapat dijustifikasi dengan mudah dalam bentuk kontribusinya pada tujuan organisasi Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Febrian (2014) Senjangan Anggaran dapat diartikan perbedaan antara jumlah anggaran dan jumlah estimasi terbaik. Berdasarkan berbagai macam definisi diatas, senjangan anggaran merupakan selisih antara sumber daya yang sebenarnya dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan dengan sumber daya yang diajukan dalam anggaran. Menurut Supanto dalam Ardila (2013) terdapat tiga alasan utama manajer melakukan senjangan anggaran :

16 a. Orang-orang selalu percaya bahwa hasil pekerjaan mereka akan terlihat bagus di mata atasan jika mereka dapat mencapai anggarannya. b. Senjangan anggaran digunakan untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, jika terjadi suatu kejadian yang tidak terduga, atau terjadi karena manajer tersebut dapat melampaui/mencapai anggarannya. c. Rencana anggaran selalu dipotong dalam proses pengalokasian sumber daya. Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Triana et al. (2012) sejangan anggaran pada umumnya dilakukan dengan meninggikan biaya atau menurunkan pendapatan dari yang seharusnya, supaya anggaran mudah dicapai. 6. Ambiguitas Peran Ambiguitas peran adalah ketidakberadaan informasi yang memadai yang diperlukan seseorang agar dapat menyelesaikan perannya secara optimal (Marini dalam Ardila, 2013). Menurut Dwi dalam Ardila (2013) menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan ambiguitas peran meliputi koordinasi arus kerja, pelanggaran dalam rantai komando, deskripsi jabatan, dan kecukupan arus komunikasi. Ambiguitas peran disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: a. Ambiguitas peran dapat terjadi pada organisasi jika organisasi tersebut mengalami perubahan struktur dan perubahan peraturan

17 kepegawaian, yang menyebabkan timbulnya masalah-masalah seperti tuntutan dan tekanan atas pekerjaan yang lebih baik (Dwi dalam Ardila, 2013). b. Menurut Novika dalam Ardila (2013), ambiguitas peran muncul ketika karyawan tidak mempunyai informasi atau pengetahuan yang cukup atau jelas untuk melaksanakan suatu pekerjaan. c. Ambiguitas peran muncul disebabkan karena komunikasi yang buruk antara karyawan dengan atasan atau dengan rekan kerjanya, kurangnya pengawasan dari pihak manajemen, dan program pelatihan yang buruk (Anita dalam Ardila, 2013). d. Dwi dalam Ardila (2013) menyatakan bahwa ambiguitas peran disebabkan karena banyaknya tuntutan pekerjaan, tekanan waktu dalam tugas, dan ketidakpastian pengawasan oleh atasan yang mengakibatkan karyawan harus menebak dan memprediksikan sendiri setiap tindakannya. e. Ambiguitas disebabkan karena terdapatnya job description yang tidak ditulis atau dijelaskan dengan rinci, perintah- perintah yang tidak lengkap dari atasan, dan tidak adanya pengalaman (Ardhimas dalam Ardila, 2013) 7. Penekanan Anggaran Menurut Asak (2015), Penekanan Anggaran merupakan desakan dari atasan pada bawahan untuk melaksanakan anggaran yang telah dibuat dengan baik. Pengukuran kinerja berdasarkan anggaran yang telah disusun

18 membuat bawahan akan berusaha memperoleh variance yang menguntungkan dengan menciptakan senjangan anggaran, antara lain dengan merendahkan penghasilan dan meninggikan biaya pada saat penyusunan anggaran. Menurut Anggraeni dalam Apriantini et al. (2015), menyatakan senjangan anggaran hanya dipengaruhi oleh partisipasi anggaran dan budget emphasis. Menurut Irfan et al. (2016), penekanan anggaran yang diterapkan memicu terjadinya upaya manajer melakukan senjangan agar anggaran yang telah disusun di unit masing-masing mudah dicapai antara lain dengan cara melonggarkan anggaran. Manajer berusaha memperoleh perbedaan yang menguntungkan dengan cara menciptakan senjangan anggaran untuk mencapai target anggaran. B. Hipotesis 1. Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Senjangan Anggaran Penganggaran partisipatif adalah suatu proses dimana individu - individu terlibat dalam penyusunan anggaran dan mempunyai pengaruh terhadap target anggaran. Adanya partisipasi anggaran memiliki pengaruh terhadap timbulnya senjangan anggaran. Menurut Anthony dan Govindarajan dalam Dwisariasih (2013), senjangan anggaran mencerminkan adanya perbedaan antara jumlah anggaran yang sengaja disusun oleh manajer dengan jumlah estimasi terbaik. Hubungan antara partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian oleh Dewi dan Yasa

19 (2013), Triana et al. (2012), Dwisariasih (2013), Febrian (2014) menyatakan bahwa bahwa penganggaran partisipatif berpengaruh positif terhadap terjadinya senjangan anggaran. Terjadinya senjangan anggaran dalam partisipasi anggaran dikarenakan adanya kontribusi bawahan yang tinggi dalam proses penyusunan anggaran. Jika bawahan ikut berpartisipasi dalam penyusunan anggaran, memungkinkan bawahan (agent) akan memberikan informasi yang bias kepada atasan (principal) mereka. Bawahan menciptakan senjangan anggaran dengan mengestimasi pendapatan lebih rendah dan beban lebih tinggi agar target mudah untuk dicapai. Sehingga adanya partisipasi bawahan didalam pembuatan anggaran akan memicu bawahan melakukan tindakan yang ingin dicapai yaitu dengan melalukan senjangan anggaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menduga bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap senjangan anggaran. Artinya, semakin tinggi partisipasi daam penyusunan anggaran, maka kemungkinan akan terciptanya senjangan anggaran semakin besar. Dugaan ini akan di uji pada hipotesis 1. H 1 : Partisipasi anggaran berpengaruh positif signifikan terhadap senjangan anggaran.

20 2. Pengaruh Ambiguitas Peran, Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran Menurut Marini dalam Ardila (2013) ambiguitas peran adalah ketidakberadaan informasi yang memadai yang diperlukan seseorang agar dapat menyelesaikan perannya secara optimal. Ambiguitas peran ini terjadi jika seseorang tidak memahami secara pasti dan jelas apa tugas yang harus dikerjakan, minimnya pengalaman yang dimiliki, atau juga diakibatkan oleh tidak adanya pengetahuan atas peran yang semestinya dijalankan. Pada penelitian yang dilakukan Ardila (2013) yang menyatakan bahwa ambiguitas peran tidak berpengaruh signifikan terhadap hubungan partisipasi anggaran dengan senjangan anggaran. Hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Febi (2012) yang menemukan hasil bahwa ambiguitas peran memoderasi hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya ambiguitas peran juga menjadi salah satu penyebab timbulnya senjangan anggaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menduga bahwa ambiguitas peran memperkuat hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Artinya, adanya partisipasi anggaran dan ambiguitas peran yang tinggi akan menciptakan senjangan anggaran karena orang tersebut tidak mampu melaksanakan tugasnya di masa mendatang dengan baik akibat dari kurangnya pemahaman atas tugas

21 atau tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Dugaan ini akan di uji pada hipotesis 2. H 2 : Ambiguitas peran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. 3. Pengaruh Penekanan Anggaran, Partisipasi Anggaran dan Senjangan Anggaran Penekanan anggaran merupakan salah satu kendala di dalam penyusunan anggaran. Penekanan anggaran adalah suatu sistem penilaian kinerja para manajer yang didasarkan pada tingkat ketercapaian anggaran. Keterlibatan dalam proses penyusunan anggaran berperan penting karena anggaran berfungsi untuk memotivasi karyawan dan manajer dengan memberikan mereka target untuk mencapai tujuan. Menurut Gamal dalam Irfan et al. (2016), jika penilaian kinerja seseorang karyawan sangat ditentukan oleh anggaran yang telah disusun, maka bawahan cendrung melakukan senjangan anggaran ketika dalam proses partisipasi dengan penekanan anggaran. Penekanan anggaran ini akan mendorong para manajer untuk merumuskan anggaran yang mudah untuk dicapainya ketika diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam proses perumusan anggaran. Penelitian yang dilakukan oleh Apriantini et al. (2014) menemukan hasil bahwa penekanan anggaran memoderasi (memperkuat) hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya penekanan anggaran juga menjadi salah

22 satu penyebab timbulnya senjangan anggaran. Pada penelitian yang dilakukan Tristianto (2014) mendapatkan hasil bahwa penekanan anggaran memoderasi (memperlemah) pengaruh partisipasi anggara terhadap senjangan anggaran. Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Asak (2014) mendapatkan hasil bahwa penekanan anggaran tidak mampu memoderasi pengaruh partisipasi anggara terhadap senjangan anggaran. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menduga bahwa penekanan anggaran memperkuat hubungan partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. Dugaan ini akan di uji pada hipotesis 3. H 3 : Penekanan anggaran memoderasi pengaruh partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran. C. Model Penelitian Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis maka model penelitian ini sebagai berikut: Ambiguitas Peran Partisipasi Anggaran H1 (+) H3 (+) H2 (+) Senjangan Anggaran Penekanan Anggaran Gambar 2.1