Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE SEDIMENTASI

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

SEDIMENTASI 11. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI. Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PRASEDIMENTASI 7. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB IV METODE PENELITIAN

PENJERNIHAN AIR DENGAN METODE AERASI & FILTRASI

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB IV METODE PENELITIAN

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB 3 METODE PERCOBAAN

PENGATURAN IPAL PT. UNITED TRACTOR TBK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Oleh : Aisyah Rafli Puteri Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Nieke Karnaningroem, MSc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

EVALUASI KINERJA INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM LEGUNDI PDAM GRESIK UNIT 4 (100 LITER/ DETIK)

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

Suarni Saidi Abuzar, Rizki Pramono Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas ABSTRAK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB II TINJAUAN UMUM PDAM TIRTA KAMUNING

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB 3 SEDIMENTASI. Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Persiapan Penelitian. Gambar 15 Dimensi Penampang Basah Bangunan Filtrasi HRF

EFFECTS OF ROTATION AND SLUDGE ADDITION ON ROTATING SEDIMENTATION PERFORMANCE IN REMOVING TURBIDITY

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Primary sedimentasi. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI IPA TIPE CIKAPAYANG

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan kedalaman 3 hingga 4,3 meter. Bak berbentuk bujur sangkar umumnya mempunyai lebar 10 hingga 70 meter dan kedalaman 1,8 hingga 5,8 meter. Bak berbentuk segi empat umumnya mempunyailebar 1,5 hingga 6 meter, panjang bak sampai 76 meter, dan kedalaman lebih dari 1,8 meter. Macam bentuk bak sedimentasi adalah sebagai berikut: 1. Segi empat (rectangular) Pada bak ini, air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet, sementara partikel mengendap ke bawah. Gambar bak sedimentasi berbentuk segi empat (a) denah (b) potongan memanjang 2. Lingkaran (circular) center feed Pada bak ini, air masuk melalui pipa menuju inlet bak di bagian tengah bak, kemudian air mengalir horizontal dari inlet menuju outlet di sekeliling bak, sementara partikel mengendap ke bawah. Gambar bak sedimentasi beebentuk lingkaran center feed: (a) denah, (b) potongan melintang 3. Lingkaran (circular) peripheral feed. Pada bak ini, air masuk melalui sekeliling lingkaran dan secara horizontal mengalir menuju ke outlet di

bagian tengah lingkaran, sementara partikel mengendap ke bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe periferal feed menghasilkan short circuit yang lebih kecil dibandingkan tipe center feed, walaupun center feed lebih sering digunakan. Secara umum pola aliran pada bak lingkaran kurang mendekati pola ideal dibanding bak pengendap persegi panjang. Gambar Bak Sedimentasi berbentuk lingkaran peripheral feed: (a) denah, (b) potongan melintang Bagian-bagian dari bak sedimentasi: 1. Inlet: tempat air masuk ke dalam bak. Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi yang lebih baik. Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular. Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menhadi satu dengan bak flokulasi. Sebuah baffle (dinding) memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet bak sedimentasi. Desain dinding pemisah sangat penting karena kemampuan bak sedimentasi tergantung pada kualitas flok. 2. Zona pengendapan: tempat flok/partikel mengalam proses pengendapan. Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke arah outlet dan dalam zona ini terjadi pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan pengendapan. 3. Ruang lumpur: tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak. Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scrapper. Dalam zona ini, lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini, ia akan tetap di sana. 4. Outlet: tempat di mana air akan meninggalkan bak, biasanya berbentuk pelimpah (weir).

Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyai pengaruh besar dalam mempengaruh pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya weir dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak sedimentasi. Selain bagian-bagian utama di atas, bak sedimentasi juga dapat dilengkapi settler yang dipasang di zona pengendapan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pengendapan. Gambar Bagian-bagian bak sedimentasi Tipe Sedimentasi Klasifikasi sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel dan kemampuan partikel untuk berinteraksi. Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam tiga tipe: Sedimentasi Tipe I (Plain Settling/Discrete Particle) Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel diskret, yaitu partikel yang dapat mengendap bebas secara individual tanpa membutuhkan adanya interaksi antar partikel. Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain pengendapan lumpur kasar pada bak pra sedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan pengendapan pasir pada grit chamber. Sedimentasi tipe I merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling) Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia

setelah proses koagulasi dan flokasi. Pengendapan partikel flokulen akan lebih efisien pada ketinggian bak yang relatif kecil. Karena tidak memungkinkan untuk membuat bak yang luas dengan ketinggian minimum, atau membagi ketinggian bak menjadi beberapa kompartemen, maka alternatif terbaik untuk meningkatkan efisiensi pengendapan bak adalah dengan memasang tube settler pada bagian atas bak pengendapan untuk menahan flok-flok yang terbentuk. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah: 1. Luas bidang pengendapan 2. Penggunaan baffle pada bak sedimentasi 3. Mendangkalkan bak 4. Pemasangan plat miring Hindered Settling (Zone Settling) Hindered settling merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar partikel menghalangi pengendapan partikel-partikel di sebelahnya. Partikel berada di posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa partikel mengendap sebagai suatu zona dan menimbulkan suatu permukaan antara solid dan liquid. Jenis sedimentasi yang umum digunakan pada pengolahan air bersih adalah sedimentasi tipe I dan II, sedangkan jenis sedimentasi III lebih umum digunakan pada pengolahan air buangan. Penerapan pengolahan air minum dengan sedimentasi. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dengan metode sedimentasi adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan air baku merupakan tingkat kesuksesan pengolahan dengan metode ini. Pengecekan awal dilakukan terhadap ph, TSS, kekeruhan, dan pemantauan warna air baku. Oleh sebab itu, sebaiknya sumber air atau air baku yang tepat berasal dari: a. Air sungai yang tidak tercemar limbah, berwarna tidak hitam, - cenderung coklat, dengan kandungan CO2, dan HCO 3 yang tidak terlalu mencolok

b. Air sungai cenderung jernih yang memiliki konsentrasi partikel tinggi (keruh) c. Air sumur yang partikel kotorannya tinggi (keruh) 2. Proses koagulasi-flokulasi menggunakan alum/tawas akan efektif pada ph air berkisar antara 4,5-8 (Reynolds, 1982) dan kondisi ini menunjang proses koagulasi dan flokulasi karena biasanya koagulan dapat efektif bekerja pada ph netral (Anggriani, 2008). 3. Beberapa proses membutuhkan bak/tendon dengan ukuran yang berbeda dan alat pengaduk yang kestabilan pengaduknya baik. 4. Sebisa mungkin mengoptimalkan daya endap diri partikel kotoran dalam air, namun jika tidak mampu, perlu ditambahkan koagulan. 5. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat, dan murah. 6. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat. Bahan: 1. Bak 2. Ember besar 3. Kayu Pengaduk 4. Pipa 5. Keran 6. Lem 7. Isoplast keras 8. Tawas 9. Tablet Klor Peralatan: 1. Bak/tendon besar 1 paket 2. Bak/ember besar 2 buah 3. Pengaduk kayu 2 buah 4. Pipa 5. Keran 3 buah 6. Lem pipa 7. Gergaji/cutter

8. Palu 9. Alat pertukangan lain Pembuatan 1. Siapkan 1 bak besar berukuran 2 m x 1 m x 1,25 m 2. Buat bafel penyangga di dalam tangki sedimentasi yang tingginya sama dengan tinggi air 3. Pasangkan pipa inlet untuk mengalirkan air baku sungai/sumur. Pipa inlet ini bisa disambungkan dengan pompa dari air sungai/sumur untuk meringankan beban manusia. 4. Pasangkan pipa inlet (untuk pengaliran supernatant/air jernih menuju bak penampungan air terolah) 5. Pasangkan pipa outlet (buangan lumpur endapan), menuju saluran buangan 6. Pasangkan pengaduk. Pengaduk bisa berupa pengaduk manual (digerakkan oleh tenaga manusia) ataupun tenaga motorik (digerakkan oleh motor listrik) 7. Adapun dasar tangki sedimentasi merupakan dasar dengan kemiringan tertentu, 1 m panjang lantai turun 10 cm. Hal ini untuk mempermudah proses pengendapan dan sekaligus menjadi tempat penyimpanan lumpur endapan (hasil olahan). 8. Siapkan 2 buah ember berukuran besar untuk tempat penampungan air terolah. Kedua ember dibuat saling terhubung dengan pipa (seperti bejana berhubungan). Pasangkan pengaduk. Penggunaan 1. Pemakai mengalirkan air baku menuju bak sedimentasi dengan cara menyalakan pompa (apabila pengaliran dilakukan secara motorik) atau mengisi bak secara manual. 2. Pemakai memasukkan tawas yang sudah dicampur dengan air (50 gram tawas 2 liter air bersih) ke dalam bak dan pengadukan dilakukan secara konstan a. Pertama dilakukan pengadukan dengan cepat, 50 putaran per menit, selama 10 menit

b. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan lambat, 10-20 putaran per menit, selama 15 menit. Pada saat ini, pengadukan dilakukan secara konstan untuk menjamin pembentukan flok ukuran besar sehingga siap mengendap alamiah. Pengadukan dilakukan searah, untuk menjamin optimalnya penempelan flok mikro dan menjaga flok makro tidak berubah bentuknya. 3. Tahap berikutnya adalah mendiamkan air tersebut agar terjadi pengendapan alamiah. Tidak boleh ada gangguan apapun dalam proses ini, seperti getaran akibat pengadukan lainnya, penambahan zat lain, dan sebagainya). 4. Proses berikutnya merupakan pemisahan air terolah (supernatant) melalui outlet yang sudah disiapkan. Pemakai harus memastikan tidak terikutnya endapan yang terbentuk. 5. Endapan yang terbentuk merupakan kumpulan flok yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan kembali dalam proses pengolahan berikutnya. Untuk itu tidak perlu dibuang. 6. Apabila supernatant sudah dipisahkan, maka pemakai membutuhkan desinfektan dan kemudian diaduk. Dosis optimum desinfektan disesuaikan dengan bahan baku air yang digunakan. Intinya, sisa klor yang diperbolehkan tidak kurang dari 5 mg/l atau air masih sedikit berbau klor. 7. Perlunya memiliki ph-meter dan TDS-meter untuk pengecekan minimal guna memastikan konsentrasi TDS dan besarnya ph terolah, karena ph yang tidak sesuai dapat menyebabkan masalah bagi manusia (ph terlalu asam dapat membuat kulit iritasi dan ph terlalu basa menyebabkan penggunaan sabun menjadi boros). 8. Selama proses pengolahan ini, pemakai perlu menggunakan alat pelindung diri seperti baju kerja dan sarung tangan. Pemeliharaan bak sedimentasi 1. Pengontrolan kondisi pengendapan flok pada tangki dilakukan dengan frekuensi 4 kali sehari. Proses pembentukan flok yang tidak sempurna pada proses koagulasi dan flokulasi mengakibatkan banyaknya flok kecil yang terbawa ke bak penyaring sehingga meingkatkan beban penyaring.

2. Tangki sedimentasi perlu disikat untuk menghindari penebalan kotoran akibat flok yang bersifat kimiawi. 3. Tangki supernatant perlu dibersihkan untuk menjaga kejernihan air olahan. 4. Pengontrolan kualitas clarified water/supernatant untuk memeriksa efisiensi bak pengendapan. Efisiensi pengendapan yang buruk mengakibatkan meningkatnya beban pengolahan pada unit filtrasi. 5. Penyisihan schum, sludge yang mengapung dan pertumbuhan algae pada dinding tangki, baffle, dan lounders. 6. Peralatan yang digunakan untuk menakar dan membubuhkan zat kimia sebaiknya terbuat dari bahan tahan karat dan perlu dibersihkan setiap habis digunakan Keuntungan bak sedimentasi 1. Kontruksi tangki yang sederhana dan mudah dilaksanakan sendiri tanpa memerlukan persyaratan khusus, dapat menggunakan tangki atau bak yang sudah ada. 2. Biaya yang diperlukan cukup terjangkau oleh masyarakat. Kerugian bak sedimentasi 1. Apabila menggunakan sistem pengadukan manual dengan tenaga manusia, maka perlu kesabaran dari penggunanya. 2. Diperlukan upaya uji coba untuk menentukan dosis zat kimia yang dibutuhkan supaya pembubuhannya optimal. Daftar Pustaka Anonim. Nd. Unit Sedimentasi. Oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1406. Diunduh pada 7 Oktober 2012. Anonim. 26 Maret 2009. Pengolahan Air Minum. http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/pengolahan-air-minum-2/ diunduh pada 7 Oktober 2012. Reynolds, Tom D. 1982. Unit Operations and Processes in Environmental Engineering. California: Wadsworth Inc.