BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, Maka sangatlah wajar apabila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan. Kesempurnaan, kemuliaan, serta kebahagiaan tidak mungkin

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan kegiatan belajar mengajar, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa serta terdidik dalam bertindak sesuai dengan aturan yang berlaku. 1. Kompetensi atau kemampuan guru dalam menyampaikan ilmu

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kodrat kemanusiaannya.

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Agama Islam mewajbkan kepada semua penganutnya agar rajin

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah Swt. pada Q.S. al-mujadalah ayat 11, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan nama benda-benda tersebut (Al-Baqarah : 31) lainnya adalah penekanannya terhadap masalah pendidikan (mencari ilmu).

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan diri siswa secara terencana,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

Problematika Pembelajaran Al-Qur an Anak Tunanetra. (Studi Kasus Di Panti Asuhan Tunanetra Terpadu Aisyiyah. Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempakan hak dan kewajihan bagi setiap individu untuk memanfaatkan segala potensi yang dimilikinya, Maka sangatlah wajar apabila pendidikan memiliki posisi penting dalam setiap dimensi kehidupan manusia, dalam agama Islam juga mengutamakan tentang keilmuan dan pendidikan, hal ini sesuai dengan firmanan Allah SWT dalam surat Thoha ayat 114 yang berbunyi: Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Allah memerintahkan hambanya untuk memintaa tambahan ilmu, itu artinya pendidikan menduduki posisi yang sangatlah penting dalam ajaran agama islam. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan yang integral. Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak lain dari suatu totalitas fungsional yang terarah pada suatu tujuan. Setiap subsistem yang ada dalam sistem tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari rangkaian unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan secara dinamis dalam suatu kesatuan. 1 Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar, sistematis, dan berkelanjutan untuk 1 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) h. 22 1

2 mengembangkan potensi rasa agama, menanamkan sifat keislaman, dan memberikan kecakapan beramaliah sesuai dengan tujuan pendidikan. Dari pengertian ini terdapat tiga kata pokok yang harus kita garis bawahi yaitu mengembangkan, menanamkan, dan memberikan kecakapan ketiga unsur minilah yang menjadi inti dalam pendidikan agama Islam. Dalam proses pendidikan harus dilakukan pertama, kesadaran, sadar di sini yaitu adanya planning (perencanaan) dalam proses pembelajaran. Tanpa melakukan planning dengan penuh kesadaran maka sama saja dengan melakukan sesuatu tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu. Kedua, sistematis yaitu dalam proses pembelajaran harus dilakukan dengan berurutan sesuai dengan tahap-tahap pembelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat tersetruktur dengan baik. Ketiga, berkelanjutan yaitu dalam pembelajaran harus dilakukan dengan cara berkelanjutan atau berkesinambungan, tanpa dilakukan dengan cara berkelanjutan maka ilmu pengetahuan yang kita berikan kepada anak didik tidak dapat berkembang karena ia hanya cukup dengan apa yang ia miliki sehingga ilmu yang ia miliki tidak dapat dipadukan dengan ilmu-ilmu yang sedang berkembang. Untuk melaksanakan pendidikan agama Islam yang berhasil perlu dilakukan pendidikan agama yang terpadu. Keterpaduan yang dimaksud adalah keterpaduan tujuan, keterpaduan materi, dan keterpaduan proses. Pertama, keterpaduan tujuan berarti pencapaian tujuan pendidikan merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, yaitu pemerintah, kepala sekolah, guru, orang tua siswa, dan masyarakat.

3 Kedua, katerpaduan materi ialah keterpaduan isi kurikulum yang digunakan atau materi pelajaran. Semua materi pelajaran yang dipelajari siswa hendaknya saling memiliki keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Ketiga, keterpaduan proses berarti para pendidik hendaknya menyadari bahwa semua kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan dengan tujuan pendidikan keimanan dan ketakwaan, bahkan dikehendaki semua kegiatan pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertakwa. Pada hakekatnya pendidikan merupakan hak setiap individu seperti yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945, khususnya dalam pembukaan undang-undang alinea ke 4 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa tujuan dibentuknya negara Indonesia, adalah dibentuk untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan itu semua, langkah pertama yang harus dimajukan adalah pendidikan. 2 Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bagian umum menyatakan bahwa: Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui Pelaksanaan Pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. 2 Setia, Adi Purwanta, Pedoman Model Penyelenggaraan Pendidikan Inklusi, (Yogyakarta: Dria Manunggal, 2006), hal.1

4 Undang-Undang Dasar Negaara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. 3 Begitu besarnya makna pendidikan sebagaimana dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 5 yaitu setiap warga negara berhak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003 BAB III pasal 8 yang berbunyi : 1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik dan / atau mental berhak memperoleh pendidikan luar biasa 2) Warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus 3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah. 4 Mengingat banyak jenis kelainan yang dimiliki anak, maka secara umum dapat diklasifikasikan pada empat golongan sebagai berikut : 1) Anak yang keadaan dan perkembangannya demikian menyimpang pada segi fisik 2) Anak yang keadaan dan perkembangannya demikian menyimpang pada segi mental 3) Anak yang keadaan dan perkembangannya demikian menyimpang pada segi sosial 4) Anak yang keadaan dan perkembangannya demikian menyimpang pada segi emosi. 5 3 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta : 2006), h.48 4 Depdiknas, Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta Dapartemen Agama RI, Derektoral Jenderal Pendidikan Islam, 2006 5 Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Identifikasi dan Evaluasi Anak Luar Biasa. (Jakarta: CV. Harapan Baru, 2004) h.18

5 Dan juga dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab IV pasal 5 ayat 2 dijelaskan bahwa warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak mendapatkan pendidikan yang khusus. Sebagai wujud kepedulian dan persamaan hak tersebut, pemerintah telah menyediakan berbagai sarana pendidikan. Termasuk di dalamnya SLB (sekolah luar biasa) dan tempat rehabilitasi bagi penyandang cacat (difabel). Hal ini sebagaimana tercantum dalam UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Begitu juga halnya dengan pendidikan agama Islam, guru diharapkan mampu untuk memberikan pelayanan kepada anak didik yang memang membutuhkan pelayanan khusus. Oleh sebab itu guru harus peka terhadap anak didik yang difabel khususnya tunanetra (A). Peserta didik yang tunanetra memiliki hak yang sama dengan peserta didik yang bisa melihat (awas) dalam mendapatkan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) Sebagaimana yang tercantum dalam Hadits Nabi 6 : ع ن ا ن س ب ن م ال ك قا ل : ق ال ر س و ل هللا ص ل ى هللا ع ل ي ه و س ل م : ط ل ب ال ع ل م ف ر ع ل ى ك ل م س ل م. رواه بن ماجح وابن عبد الب ر Dalam proses bembelajaran PAI ini yang menjadi permasalahan adalah sulitnya peserta didik yang difabel (tunanetra) untuk bisa memahami pelajaran sebagimana halnya anak-anak yang non difabel. Permasalahan-permasalahan seperti ini yang perlu diperhatikan. Materi-materi yang dipelajari dalam PAI h.318 6 Salim Bahreisy, Terjamah Riadus Sholihin II, (bandung: PT Al-maarif, cet. Vii, 1983),

6 khususnya di Sekolah menengah pertama dan tidak dibedakan antara yang difabel (tunanetra) dan non difabel, sehingga dalam proses pembelajaran materi yang disampaikan harus bisa dikuasai oleh semua peserta didik tanpa terkecuali. Seperti halnya dengan buku-buku pelajaran ini merupakan sebuah permasalahan dan kendala yang besar bagi peserta didik tunanetra. Peserta didik yang tunanetra mereka membutuhkan buku-buku yang braille untuk membantu dalam Pelaksanaan Pembelajaran. Dengan adanya buku-buku yang sudah ditulis dengan huruf braille maka akan memudahkan peserta didik yang tunanetra untuk belajar mandiri. Menyadari betapa pentingnya pendidikan agama Islam pada anak yang memiliki kelainan, dalam pembentukan manusia yang Islam dan mengingat banyaknya persoalan yang dihadapi generasi yang akan datang, maka perlu adanya perhatian dan kasih sayang orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam hal ini sangatlah dibutuhkan suatu tempat atau wadah, guna menampung anakanak tersebut demi terciptanya proses pendidikan yang teratur dan terencana, yaitu suatu lembaga pendidikan luar biasa. Dalam memberikan pendidikan dan pembelajaran maka unsur keteladanan, keuletan, dan kesabaran seorang guru dalam membina anak didiknya sangatlah dibutuhkan. Anak merupakan salah satu anugerah dari Allah SWT, untuk itu anak tidak boleh disia-siakan serta harus dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjerumus pada budaya-budaya kehidupan yang merusak moral diera modern ini. Lingkungan sekitar sangat mempengaruhi perkembangan mental seorang anak. Hal ini dikarenakan dari lingkungan, anak dapat memperoleh

7 tambahan wawasan baik yang bernilai positif maupun negatif bagi berkembangnya mental anak. Peran orangtua terhadap pendidikan anak sangat diperlukan, agar orang tua mampu menjadi batu pijak perkembangan mental anak. Dengan adanya siswa anak berkebutuhan khusus tentu akan memerlukan perhatian secara khusus, terkadang membuat guru bisa saja membuat perencanaan pembelajaran menjadi berbeda dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan. Akan tetapi, meskipun siswa yang memiliki kelainan dalam kategori anak berkebutuhan khusus, para siswa anak berkebutuhan khusus juga mendapatkan hak yang sama dalam pembelajaran pendidikan agama islam, walaupun dengan keterbatasan yang ada tentu akan menuntun mereka untuk bisa bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu dalam menetapkan materi dan tujuan serta metode pembelajaran yang digunakan, tak lupa guru agama mempertimbangkan kemampuan, kedalaman materi serta waktu yang tersedia, apalagi terhadap anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya juga sama dengan proses belajar pada umumnya. Artinya harus ditunjang dengan berbagai faktor yang tidak boleh dilupakan atau dikesampingkan, jika ingin mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. 7 Berdasarkan gambaran yang diungkap di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap anak tunanetra di SMPLB A yang dituangkan dalam karya ilmiah dalam 2001) h. 14 7 Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar Yang Efektif dan Efesien, (Pekalongan: Cinta Ilmu,

8 bentuk skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Tunanetra di SMPLB A Fajar Harapan Martapura. B. Rumusan Masalah Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Tunanetra Di SMPLB A Fajar Harapan, dengan fokus masalah sebagai berikut; a) Bagaimana perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Martapura? b) Bagaimana Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Martapura? c) Bagaimana evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Maratapura? C. Tujuan Penelitian Untuk Mengetahui Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Terhadap tunanetra Di SMPLB A Fajar Harapan Martapura yang meliputi; a) Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Martapura. b) Kegiantan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Maratapura. c) Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPLB A Fajar Harapan Martapura.

9 D. Defini Operasional Untuk memudahkan pemahaman serta menghindarkan kesalah pahaman judul, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terdapat pada judul tersebut 1. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. 8 Jadi yang dimaksud pelaksanaan dalam penelitian ini adalah segala bentuk kegiatan pembelajaran meliputi perencanaan, kegiatan pembelajaran dan evaluasi. 2. Tunanetra Pengertian tunanetra atau buta disini memiliki pengertian secara luas, pengertian tuna netra secara sempit adalah kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan untuk melihat, sedangkan pengertian dalam arti luas adalah kehilangan penglihatan demikian banyak sehingga tidak dapat dibantu dengan kacamata biasa. 9 8 Nurdin Usman. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2002) hal. 70 9 Sidarta Ilyas, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, (fakultas kedokteran universitas Indonesia, 1993), hlm.155

10 Jadi yang dimaksud penulis tunanetra dalam penelitian ini adalah keterbatsan penglihatan atau low vision (lemah penglihatan) walau dibantu alat seprti kacamata. E. Signifikan Penelitian Mengenai manfaat penelitian dapat penulis jelaskan sebagai berikut : 1. Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan khususnya ilmu pendidikan agama Islam dalam Proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Terhadap tunanetra 2. Bagi Peneliti Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan ilmu pengetahuan baru tentang Proses Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Tunanetra 3. Bagi SMPLB A Fajar Harapan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Anak Tunanetra di SMPLB A Fajar Harapan F. Ruang Lingkup Pembahasan Untuk menghindari terjadinya kesimpang siuran dan perluasan masalah dalam pembahasan skripsi ini sekaligus untuk mempermudah pemahaman dan pemfokusannya maka perlu diberikan batasan-batasan yang dikemukakan sebagai berikut:

11 1. Bidang studi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pendidikan agama Islam saja. 2. Tunanetra yang menjadi sasaran adalah tunanetra yang beragama Islam saja. G. Sitematika Penulisan Untuk dapat memberikan kemudahan dalam memahami serta memberikan kedalaman dalam mengantisipasi persoalan maka skripsi ini ditulis secara sistematis, yaitu dipilah-pilah menjadi beberapa Bab bagaimana out line dimuka. Adapun antara bab satu dengan bab-bab yang lain memiliki keterkaitan yang sangat mendasar yaitu: Bab I merupakan pendahuluan yang berisi secara global keseluruhan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup, tinjauan pustaka, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II merupakan kajian teoritis yang meliputi kajian tentang pengertian pendidikan Agama Islam, dasar dan tujuan pendidikan Agama Islam, kajian tentang pengertian Tunanetra, klasifikasi Tunanetra, faktorfaktor penyebab Tunanetra beserta perandan nilai positif terhadap tunanetra. Bab III pada bab ini merupakan bab yang menjelaskan tentang metodologi penelitian yang mencakup pendekatan penelitian, sumber data

12 dan informan, tekhnik pengumpulan data, tekhnik keabsahan data dan metode analisis data dan pengecekan keabsahan data. Bab IV Tentang laporan hasil penelitian yang terdiri dari latar belakang objek yang meliputi sejarah dan perkembangan SMPLB A Fajar Harapan, letak geografis struktur organisasi dan dewan pengurus, keadaan guru dan siswa di SMPLB A Fajar Harapan, kurikulum sekolah luar biasa bagian Kedungkandang Malang dan yang terakhir tentang tujuan pendidikan institusional di SMPLB A Fajar Harapan, kemudian dilanjutkan dengan penyajian data dan analisis data. Bab V Pembahasan Hasil Penelitian Berisi tentang pembahasan terhadap temuantemuan penelitian yang dikemukakan di dalam hasil penelitian. Bab VI Tentang penutup, yang meliputi kesimpulan dan saransaran, kemudian dengan daftar kepustakaan dan yang terakhir adalah lampiran-lampiran.