BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14 PERSEDIAAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 14

TINJAUAN ATAS METODE PENCATATAN, PENILAIAN, DAN PELAPORAN PERSEDIAAN PADA PT. TRISULA TEXTILE INDUSTRIES BERDASARKAN PSAK NO. 14

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian Akuntansi Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2001 : 1198 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

didefinisikan sebagai jumlah kas pembelian atau kas konversi, termasuk kas lain untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ade Irmayani (2014), menyatakan bahwa akuntansi merupakan kontrol dan

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. keakuratan data dan penelitian yang dilakukan saat ini. Dalam penelitian

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak Persediaan. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi akuntansi terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi

30 Juni 31 Desember

BAB II LANDASAN TEORI Definisi atau Pengertian Persediaan. persediaan dapat diartikan sebagai berikut :

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

Materi: 06 INVENTORIES (PERSEDIAAN) (Sistem Pencatatan & Metode Persediaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PSAK NO. 1 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAN PSAK NO. 101 TENTANG PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam Zaki Baridwan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pedoman Tugas Akhir AKL2

Biaya persediaan = Rp ,-

BAB II LANDASAN TEORI

KESESUAIAN PENGAKUAN PEMBELIAN KREDIT ALAT BERAT X PT MALIKINDO PERKASA DENGAN PSAK 55 ABSTRAK

Laporan Keuangan: Neraca

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klassifikasi Piutang. mempertahankan langganan-langganan yang sudah ada dan untuk menarik

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. oleh beberapa ilmuan dalam ruang lingkup yang berbeda, antara lain :

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Carl (2015:3), Akuntansi (accounting) dapat diartikan sebagai

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SPR Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BAB II DASAR TEORI. produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;

PT SKYBEE Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

BAB II LANDASAN TEORI

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement. Presented by: Dwi Martani

BAB II LANDASAN TEORI

30 September 31 Desember Catatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II LAPORAN ARUS KAS

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam kehidupan sehari-hari, seluruh kegiatan membutuhkan jasa akuntansi. Karena informasi akuntansi berguna untuk pengambilan suatu keputusan. Tugas dan fungsi seorang akuntan yaitu menyajikan, mengelompokkan, mencatat, menilai, dan mengikhtisarkan. Peran akuntan di dalam dunia bisnis adalah membuat informasi keuangan maupun non keuangan yang digunakan perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya dan juga membantu manajemen untuk membuat keputusan dengan pertimbangan-pertimbangan dari informasi tersebut. Menurut Rudianto (2012:4) akuntansi adalah : Sistem informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihakpihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Hasil dari proses akuntansi disebut laporan keuangan. Laporan keuangan dapat diartikan juga sebagai gambaran suatu perusahaan dalam satuan moneter. Laporan keuangan juga menyediakan informasi untuk membantu orang dalam membuat/mengambil keputusan bisnis. 7

8 2.1.2 Pengguna Informasi Akuntansi Informasi yang dihasilkan oleh akuntan berguna untuk semua pihak yang bersangkutan, yaitu para pembuat keputusan. Para pembuat keputusan bukan hanya dari pihak internal manajemen saja, tetapi pihak eksternal manajemen juga. Karena informasi tentang keuangan yang dibuat oleh akuntan sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Menurut Rudianto (2012:5-6) para pengguna informasi akuntansi adalah : a. Kreditor : Sebagai pihak yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditor membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya. b. Pemerintah : Lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan usaha dan hal-hal yang terkait dengannya. c. Calon Investor : Sebagai pihak yang akan menanamkan uangnya dalam perusahaan, calon investor harus memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan pengembalian yang memadai dalam jangka panjang. d. Pemasok : Sebagai pihak penjual barang secara kredit kepada perusahaan, pemasok harus memiliki keyakinan bahwa kredit yang diberikannya kepada perusahaan akan dapat dibayar sesuai kesepakatan. e. Pemilik/Pemegang Saham : Sebagai pihak yang telah menanamkan uangnya dalam perusahaan, pemilik perusahaan harus memperoleh imbalan atas kekayaan yang telah ditanamkannya tersebut. f. Manajer Produksi : Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab terhadap proses produksi, manajer produksi memerlukan informasi tentang keseluruhan biaya maupun rincian biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk perusahaan.

9 g. Manajer Pemasaran : Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan, manajer perusahaan memerlukan data biaya produksi dari setiap produknya guna menentukan harga jual produk tersebut. 2.1.3 Bidang Spesialisasi Akuntansi Tidak semua akuntansi sama karena dalam kehidupan bisnis memerlukan konsentrasi atau spesialisasi dari setiap akuntan. Bidang spesialisasi akuntansi terbagi menjadi dua yaitu Akuntansi Keuangan yang menyajikan laporan keuangan bagi pihak eksternal dan Akuntansi Manajemen yang menghasilkan laporan keuangan maupun non keuangan bagi pihak manajemen atau internal untuk membantu membuat suatu keputusan bagi perusahaan. yaitu : Menurut Rudianto (2012:9-10) akuntansi dapat dibagi menjadi dua bidang, 1. Akuntansi Keuangan : Menjalankan keseluruhan proses akuntansi sehingga dapat menghasilkan informasi keuangan bagi pihak eksternal, seperti laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan posisi keuangan, dan laporan arus kas. 2. Akuntansi Manajemen : Menyediakan data dan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen menyangkut operasi harian dan perencanaan operasi di masa depan. Dan menurut Dwi Martani (2012:8) bidang spesialisasi akuntansi dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Akuntansi Keuangan : Berorientasi pada pelaporan pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing pihak membuat pihak penyusun laporan keuangan menggunakan prinsip dan asumsi-asumsi dalam proses penyusunan laporan keuangan.

10 2. Akuntansi Manajemen : Berorientasi pada pemberian informasi untuk manajemen terutama dalam hal pengendalian dan perencanaan. 2.1.4 Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas Untuk membuat sebuah perusahaan, pendiri perusahaan harus memiliki catatan yang menunjukkan aset perusahaan (aktiva), kewajiban perusahaan (liabilitas) dan modal perusahaan (ekuitas) agar pendiri dapat menentukan target laba perusahaan untuk menutupi kewajiban. Aktiva adalah semua aset, harta, dan kekayaan dimiliki oleh perusahaan. Aset perusahaan terdiri atas aset yang mudah untuk dicairkan dan juga yang tidak mudah (lama) untuk dicairkannya yang selanjutnya disebut aktiva. Contoh-contoh aktiva mencakup kas, persediaan, tanah, bangunan, peralatan. Aset-aset tersebut diperoleh melalui dua cara, yaitu dari pihak internal dan dari pihak eksternal. Yang dimaksud dari pihak internal disini adalah modal pendiri atau pemilik dari perusahaan, yang selanjutnya disebut ekuitas. Dan yang dimaksud dengan pihak eksternal adalah para kreditor yang meminjamkan uangnya pada perusahaan untuk membeli suatu aset, maka pihak eksternal ini disebut kewajiban, karena kita memiliki utang kepada orang lain. Menurut Samryn. L. M (2011:36-38) aktiva, kewajiban dan ekuitas adalah : Aktiva merupakan kelompok akun yang disajikan dalam neraca pada bagian sebelah kiri. Kas, persediaan, piutang, pembayaran di muka adalah aktiva. Kewajiban merupakan kelompok utang yang masih harus dilunasi kepada pihak ketiga. Ekuitas Pemilik atau Modal merupakan kepemilikan perorangan atas perusahaan yang bersangkutan. Persamaan akuntansi menunjukkan bagaimana aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik saling berhubungan. Aktiva muncul di sisi kiri persamaan, serta kewajiban dan ekuitas pemilik muncul di sisi kanan persamaan.

11 (sumber daya ekonomi) (hak-hak atas sumber daya ekonomi) Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik 2.1.5 Laporan keuangan Laporan keuangan berisi informasi-informasi perusahaan dalam satuan moneter yang digunakan oleh para pengguna informasi akuntansi untuk kepentingan eksteren dan intern. Laporan keuangan digunakan untuk menjelaskan kinerja entitas dalam satu periode didalam laporan laba rugi komprehensif. Menurut Samryn. L. M. (2011:30) laporan keuangan adalah : Meliputi ikhtisar-ikhtisar yang menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam satu periode waktu tertentu. Dan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2014) PSAK No. 1 laporan keuangan adalah : Suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. PSAK No. 1 (2014) juga menjelaskan bahwa dalam rangka mencapai tujuan perusahaan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : a) Asset b) Liabillitas c) Ekuitas d) Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan

12 e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik f) Arus Kas Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini : a) Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode; b) Laporan Laba Rugi Komprehensif selama periode; c) Laporan Perubahan Ekuitas selama periode; d) Laporan Arus Kas selama periode; e) Catatan Atas Laporan Keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan f) Laporan Posisi Keuangan Pada Awal Periode Komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, Entitas diperkenankan menggunakan judul laporan selain yang digunakan dalam Pernyataan ini. a) Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pospos berikut : a. Aset tetap; b. Properti Investasi; c. Aset Tidak Berwujud; d. Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan (i)); e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas; f. Persediaan; g. Piutang Dagang dan Piutang Lain; h. Kas dan Setara Kas; i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki

13 j. untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan; k. Utang dagang dan utang lain; l. Provisi; m. Liabillitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l); n. Liabillitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46: Pajak Penghasilan o. Liabillitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46; p. Liabillitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58; q. Kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas; dan r. Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Laporan Posisi Keuangan mencakup 2 elemen, yaitu Aktiva dan Pasiva. Aktiva menunjukkan kekayaan, harta dan aset perusahaan yang terdiri dari aset lancar dan aset tidak lancar sedangkan Pasiva menunjukkan kewajiban yang terdiri dari kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek dan modal pemilik perusahaan. Menurut PSAK No. 1 (2014) aset lancar, aset tidak lancar, liabillitas jangka pendek, liabillitas jangka panjang, dan modal mencakup : Aset Lancar Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika : a) Entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau memiliki

14 intensi untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal; b) Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan; c) Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau d) Aset merupakan kas atau setara kas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 2 : Laporan Arus Kas), kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabillitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar. Liabillitas Jangka Pendek Entitas mengklasifikasikan liabillitas sebagai liabilitas jangka pendek jika : a) Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabillitas tersebut dalam siklus operasi normal; b) Entitas memiliki liabillitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan; c) Liabillitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabillitas selama sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Persyaratan liabilitas yang dapat mengakibatkan diselesaikannya liabilitas tersebut dengan menerbitkan instrumen ekuitas, sesuai dengan pilihan pihak lawan, tidak berdampak terhadap klasifikasi liabilitas tersebut. Entitas mengklasifikasikan liabillitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai liabillitas jangka panjang. b) Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif adalah total pendapatan dikurangi

15 beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Laporan laba rugi komprehensif mencakup penyajian jumlah pospos berikut untuk periode : a. Pendapatan; b. Biaya keuangan; c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas; d. Beban pajak; e. Jumlah tunggal untuk total operasi yang dihentikan (lihat PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan). c) Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas mencakup informasi sebagai berikut : a. Total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang menunjukkan secara tersendiri jumlah total yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan nonpengendali; b. Untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif sesuai dengan PSAK 25: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan; c. Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara tersendiri mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari : i. Laba Rugi; ii. Penghasilan komprehensif lain; iii. Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara tersendiri kontribusi dari dan distribusi pemilik dan perubahan

16 iv. hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. d) Catatan Atas Laporan Keuangan Berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan digunakan untuk : a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi spesifik tertentu; b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan; dan c. Menyediakan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. e) Laporan Arus Kas Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2: Laporan Arus Kas mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.

17 2.1.6 Unsur Penting dalam Aktiva Laporan keuangan Seperti yang telah dijelaskan diatas, akuntansi itu sangat penting di dalam setiap perusahaan maka dari itu setiap perusahaan harus mencakup dua bidang akuntansi. Agar memudahkan para pengguna informasi akuntansi dalam membaca kondisi perusahaan. Mengingat pentingnya laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh akuntan, maka para akuntan harus benar-benar mengawasi setiap akun yang ada di dalam laporan keuangan, karena setiap akun di dalamnya sangat berpengaruh terhadap citra perusahaan. Salah satu akun di dalam laporan keuangan yang sangat berpengaruh pada perusahaan yaitu persediaan. 2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang sangat penting karena berpengaruh langsung terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan. Karena itu, persediaan harus dikelola dengan baik dan dicatat dengan baik agar perusahaan dapat menjual produknya serta memperoleh pendapatan sehingga tujuan perusahaan tercapai. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2014:14.2) paragraf 06 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 14, persediaan adalah aset : a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; b) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Ikatan Akuntan Indonesia (2014:14.2) paragraf 08 juga menegaskan bahwa persediaan juga meliputi barang yang di produksi, atau barang dalam

18 yang sedang di produksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Definisi diatas menjelaskan bahwa persediaan merupakan salah satu aset yang sangat penting bagi suatu entitas baik bagi perusahan ritel, manufaktur, dan jasa. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan adalah sejumlah barang jadi, bahan baku, dan barang dalam proses yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau di proses lebih lanjut. Menurut Alan Jayaatmaja (2013:9) mengemukakan bahwa persediaan adalah : Meliputi semua barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali dan atau dikonsumsi dalam operasional perusahaan. Berdasarkan definisi diatas dengan demikian intinya persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasional suatu perusahaaan yang dilakukan secara terus menerus untuk memproduksi produk-produk yang dibutuhkan pelanggan/konsumen. 2.2.2 Jenis-jenis Persediaan Persediaan memiliki fungsi yang berbeda, maka dari itu persediaan di dalam perusahaan harus dikelompokkan agar persediaan dapat berfungsi dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Menurut Rudianto (2012:164-165) jenis persediaan dalam perusahaan manufaktur dapat dibedakan menjadi : 1) Persediaan bahan baku (raw material) yaitu bahan dasar yang menjadi komponen utama suatu produk. 2) Persediaan barang dalam proses (work in process/good in process) yaitu bahan baku yang telah di proses untuk diubah menjadi barang jadi tetapi hingga akhir suatu periode tertentu, belum selesai proses produksinya.

19 3) Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu bahan baku yang telah di proses menjadi produk jadi yang siap pakai dan siap dipasarkan, seperti pakaian jadi, meja tulis, sepeda motor lengkap, dan televisi. 2.3 Klasifikasi Persediaan Klasifikasi persediaan antara satu entitas dengan entitas lain dapat berbedabeda. Entitas perdagangan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang mencatat persediaan sebagai persediaan barang dagang (merchandise inventory). Persediaan barang dagang ini merupakan barang yang dibeli oleh perusahaan perdagangan untuk dijual kembali dalam usaha normalnya. Sedangkan bagi entitas manufaktur, klasifikasi persediaan relatif lebih beragam. Karena selain menjual barang kepada perusahaan lain, juga memproduksi barang yang akan dijualnya. Akun-akun yang tercantum pada laporan keuangannya adalah bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Biaya yang di bebankan ke barang dan bahan baku yang ada di tangan tetapi belum melalui proses produksi dilaporkan sebagai persediaan bahan baku. Biaya bahan baku untuk produk yang telah di proses tetapi belum selesai, ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead yang di alokasikan merupakan persediaan barang dalam proses. Biaya yang terkait dengan produk yang telah selesai dibuat atau di proses tetapi belum terjadi dilaporkan sebagai persediaan barang jadi. Karena di perusahaan manufaktur terjadi proses produksi, maka akan muncul perhitungan harga pokok produksi yang di peroleh dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang nantinya akan di gunakan sebagai harga pokok penjualan. Menurut Alan Jayaatmaja (2013:9-1) persediaan dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali (barang dagangan); b. Barang jadi yang telah di produksi;

20 c. Barang dalam penyelesaian yang sedang dikerjakan; d. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. 2.4 Pengukuran Persediaan Berdasarkan PSAK No. 14 (2014:14.5) paragraf 09 persediaan harus diukur pada mana yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi netto. PSAK No. 14 mengemukakan bahwa : 2.4.1 Biaya Persediaan Biaya persediaan terdiri dari seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. i. Biaya Pembelian Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (selain yang dapat ditagih kembali setelahnya oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal serupa lain yang dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. ii. Biaya Konversi Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung,

21 mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlah overhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik. Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya. Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi. Suatu proses mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada, misalnya, perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali diukur pada nilai realisasi netto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk utama. Sebagai akibatnya, jumlah tercatat produk utama tidak berbeda secara material dari biayanya.

22 iii. Biaya Lain Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini. Sebagai contoh, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah : a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal; b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya; c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat kini; dan d) Biaya penjualan. iv. Biaya Persediaan Pemberi Jasa Sepanjang pemberi jasa memiliki persediaan, mereka mengukur persediaan tersebut pada biaya produksinya. Biaya persediaan tersebut terutama meliputi biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat didistribusikan. Biaya tenaga kerja dan biaya lainnya yang terkait dengan personalia penjualan dan administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Biaya persediaan pemberi jasa tidak termasuk marjin laba atau overhead yang tidak dapat diatribusikan yang sering merupakan faktor pembebanan harga oleh pemberi jasa. v. Teknik Pengukuran Biaya Teknik pengukuran biaya persediaan, seperti metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika hasilnya mendekati biaya.

23 Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar ditelaah secara regular dan, jika diperlukan direvisi sesuai dengan kondisi terakhir. Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur jumlah persediaan yang banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang serupa sehingga tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. Biaya persediaan ditentukan dengan mengurangi nilai persediaan dengan persentase marjin bruto yang sesuai. Persentase tersebut digunakan dengan memperhatikan persediaan yang telah diturunkan nilainya di bawah harga jual normal. Persentasi rata-rata sering digunakan untuk setiap departemen eceran. 2.4.2 Nilai Realisasi Netto Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan rusak, seluruh atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah meningkat. Praktik penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi netto konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaannya. Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi netto secara terpisah untuk setiap item dalam persediaan. Namun demikian, dalam beberapa kondisi, penurunan nilai persediaan mungkin lebih sesuai jika dihitung terhadap kelompok item yang serupa atau berkaitan. Misalnya barang-barang yang termasuk dalam lini produk dengan tujuan atau penggunaan akhir yang serupa, yang diproduksi dan dipasarkan di wilayah yang sama, dan tidak dapat dievaluasi terpisah dari item-item lain dalam lini produk tersebut. Penurunan nilai persediaan tidak tepat jika dihitung berdasarkan klasifikasi persediaan, misalnya, barang jadi, atau seluruh persediaan dalam suatu industri atau segmen geografis tertentu. Pemberi jasa pada umumnya

24 mengakumulasikan biaya-biaya untuk setiap jasa di mana harga jual terpisah ditentukan. Dengan demikian, masing-masing jasa tersebut diperlakukan secara terpisah. Estimasi nilai realisasi netto didasarkan pada bukti paling andal yang tersedia pada saat estimasi dilakukan terhadap jumlah persediaan yang diharapkan dapat direalisasi. Estimasi ini mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode. Estimasi nilai realisasi netto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Sebagai contoh, nilai realisasi netto dari jumlah persediaan yang dimiliki untuk memenuhi kontrak penjualan atau jasa yang bersifat pasti didasarkan pada harga kontrak. Jika kontrak penjualan lebih sedikit dari pada jumlah persediaan yang dimiliki, maka nilai realisasi netto untuk kelebihannya didasarkan pada harga jual umum. Provisi dapat timbul dari kontrak penjualan yang bersifat pasti yang melebihi jumlah persediaan yang dimiliki atau dari kontrak pembelian yang bersifat pasti. Provisi tersebut diperlakukan sesuai dengan PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi. Bahan dan perlengkapan lain yang dimiliki untuk digunakan dalam memproduksi persediaan tidak diturunkan nilainya di bawah biaya perolehan jika produk jadi yang dihasilkan diharapkan dapat dijual sebesar atau diatas biaya perolehannya. Akan tetapi, ketika penurunan harga bahan mengindikasikan biaya produk jadi yang dihasilkan akan melebihi nilai realisasi netto, maka nilai bahan diturunkan ke nilai realisasi netto. Dalam keadaan tersebut, biaya penggantian bahan merupakan ukuran terbaik yang tersedia untuk nilai realisasi nettonya. Suatu penilaian baru dilakukan atas nilai realissi netto pada setiap periode selanjutnya. Ketika keadaan yang semula mengakibatkan penurunan nilai persediaan di bawah biaya perolehan ternyata tidak ada lagi atau ketika terdapat bukti yang jelas

25 terhadap peningkatan nilai realisasi netto karena perubahan keadaan ekonomik, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik (yaitu pemulihan adalah terbatas untuk jumlah penurunan nilai awal) sehingga jumlah tercatat yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari biaya perolehan atau nilai realisasi netto yang telah direvisi. Hal ini terjadi, sebagai contoh, ketika suatu jenis persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi netto karena harga jualnya telah turun, masih dimiliki pada periode beikutnya dan harga jualnya telah meningkat. 2.4.3 Pengakuan Sebagai Beban Jika persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan terseut harus diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi netto dan seluruh kerugian persediaan harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi netto, harus diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke akun aset lainnya, sebagai contoh, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri. Persediaan yang dialokasikan ke aset lain dengan cara ini diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut. 2.5 Metode Pencatatan Persediaan Dalam melakukan pencatatan persediaan, teknis pencatatan persediaan terkait juga dengan sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh entitas. Entitas dapat menggunakan sistem periodik atau sistem perpetual. Sistem periodik merupakan sistem pencatatan persediaan dimana kuantitas persediaan ditentukan secara periodik yaitu hanya pada saat perhitungan fisik yang biasanya dilakukan secara stock

26 Sedangkan sistem perpetual merupakan sistem pencatatan persediaan dimana pencatatan yang up to date terhadap barang persediaan selalu dilakukan setiap terjadi perubahan nilai (Dwi Martani 2012:250). 2.5.1 Metode Pencatatan Persediaan Sistem Periodik Menurut E. Donald, Kieso, Jerry J, Weygandt Terry D. Warfield (2011:405) sistem pencatatan persediaan periodik adalah : Kuantitas persediaan ditangan ditentukan, seperti yang tersirat oleh namanya, secara periodik. Semua pembelian persediaan selama periode akuntansi dengan mendebet akun pembelian. Total akun pembelian pada akhir periode akuntansi ditambahkan ke biaya persediaan ditangan pada awal periode untuk menentukan total biaya barang yang tersedia untuk dijual selama periode berjalan. Metode pencatatan persediaan periodik pada umumnya digunakan pada perusahaan-perusahaan yang menjual barang dengan harga yang relative murah, tetapi frekuensi penjualannya cukup sering. Apabila perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan periodik, maka pembelian barang dagangan tidak dicatat pada rekening persediaan barang tetapi dicatat dalam rekening tersendiri yang disebut dengan rekening pembelian. Rekening persediaan barang digunakan hanya untuk menunjukkan harga pokok dari persediaan barang yang tersedia pada awal periode akuntansi. Berdasarkan sistem persediaan periodik, harga pokok penjualan ditentukan dengan menambahkan persediaan awal ke pembelian bersih dan kemudian menguranginya dengan persediaan akhir. Kelemahan dari sistem periodik ini adalah tidak dapat mengetahui besarnya persediaan awal dan akhir periode dari barang yang bersangkutan. Dan kelebihannya adalah untuk mengetahui besarnya persediaan yang ada di gudang sehingga persediaan diketahui secara pasti.

27 2.5.2 Metode Pencatatan Persediaan Sistem Perpetual Menurut E. Donald, Kieso, et. al. (2011:404) metode pencatatan persediaan perpetual adalah : Perusahaan mencatat semua pembelian dan penjualan (masalah) barang langsung dalam akun persediaan yang terjadi. Fitur akuntansi dari sistem persediaan perpetual adalah sebagai berikut : 1. Pembelian barang dagangan untuk dijual kembali atau bahan baku untuk produksi di debit ke persediaan bukan untuk pembelian. 2. Biaya pengiriman barang di debit untuk persediaan, pembelian tidak. Pembelian retur, potongan pembelian dan diskon di kreditkan ke inventarisasi dan bukan ke rekening terpisah. 3. Harga pokok penjualan dicatat pada saat setiap penjualan dengan mendebet beban pokok penjualan dan mengkredit persediaan. 4. Sebuah buku besar pembantu catatan persediaan individu dipertahankan sebagai ukuran control. Catatan anak menunjukkan kuantitas dan biaya dari setiap jenis persediaan di tangan. 5. Sistem persediaan perpetual memberikan catatan terus menerus dari saldo di kedua akun persediaan dan harga pokok penjualan akun. Berikut jurnal untuk pencatatan persediaan menurut metode perpetual : 1) Transaksi pembelian barang dagang Dr Persediaan (Inventory) XXX Cr Hutang Usaha (Account Payable) XXX 2) Transaksi penjualan barang dagang Dr Piutang Usaha (Account Receivable) XXX

28 Cr Penjualan (Sales) XXX Dr Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) XXX Cr Persediaan (Inventory) XXX 2.1.6 Metode Penilaian Persediaan PSAK No. 14 (2014:14.4-5) mengemukakan bahwa : Biaya untuk persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing. Identifikasi khusus biaya artinya biaya-biaya tertentu diatribusikan ke unit persediaan tertentu yang telah diidentifikasi. Cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi unit yang dipisahkan untuk proyek tertentu, baik yang dibeli maupun yang dihasilkan. Akan tetapi, identifikasi khusus biaya tidak sesuai ketika terdapat jumlah besar unit dalam persediaan yang dapat menggantikan satu sama lain (ordinarily interchangeable). Dalam keadaan tersebut, metode pemilihan unit yang masih berada dalam persediaan dapat digunakan untuk menentukan dampaknya dalam laba rugi. Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraph 23, dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap seluruh persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang berbeda di perkenankan. Sebagai contoh, persediaan yang digunakan dalam suatu segmen operasi mungkin memiliki kegunaan yang berbeda dari jenis persediaan yang sama

29 digunakan dalam segmen operasi yang lain. Akan tetapi, perbedaan lokasi geografis persediaan (atau dalam perspektif perpajakan), dengan sendirinya, tidak cukup hanya sekedar menggunakan rumus biaya yang berbeda. Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau di produksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau di produksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, bergantung pada keadaan entitas. 2.6.1 First-in First-out Menurut Dwi Martani (2012:253) metode FIFO adalah : Mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggi dalam persediaan akhir adalah yang dibeli atau di produksi kemudian. FIFO (first-in,first-out) metode mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan barang dalam urutan yang membeli mereka. Dengan kata lain, metode FIFO mengasumsikan barang pertama yang dibeli adalah yang pertama yang digunakan (dalam perhatian manufaktur) atau yang pertama dijual (dalam perhatian merchandise). Persediaan yang tersisa karena itu harus mewakili pembelian tertentu. Untuk mengilustrasikan, asumsikan bahwa perusahaan Z menggunakan sistem persediaan periodik. Hal ini menentukan biaya persediaan akhir dengan mengambil biaya pembelian paling baru dan bekerja kembali sampai itu akun untuk semua unit dalam persediaan. Sebagai contoh perhitungannya :

30 Gambar 2.1 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Periodik (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011:422) Perusahaan menggunakan metode FIFO dengan sistem perpetual : Gambar 2.2 Metode FIFO dengan Catatan Persediaan Perpetual (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al.2011:422) Salah satu tujuan FIFO adalah perkiraan arus fisik barang. Ketika aliran fisik barang sebenarnya first-in first-out, metode FIFO erat mendekati identifikasi khusus. Pada saat yang sama, mencegah manipulasi pendapatan. Dengan FIFO, perusahaan

31 tidak dapat memilih item biaya tertentu untuk mengisi sebagai beban. Keuntungan dari metode FIFO adalah bahwa persediaan akhir dekat dengan biaya saat ini. Karena barang pertama dalam adalah barang pertama keluar, jumlah persediaan akhir terdiri dari pembelian yang terbaru. Hal ini terutama berlaku dengan perputaran persediaan yang cepat. Pendekatan ini umumnya mendekati biaya penggantian pada laporan posisi keuangan pada saat perubahan harga belum terjadi saat pembelian terbaru (E. Donald, Kieso, et. al. 2011:437). 2.6.2 Rata-Rata Tertimbang Menurut Dwi Martini (2012:254-255) : Metode rata-rata tertimbang digunakan dengan menghitung biaya setiap unit berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa pada dan biaya unit serupa yang dibeli atau di produksi selama suatu periode. Sedangkan menurut E. Donald, Kieso, et. al. (2011:421) : The average cost method prices items in the inventory on the basis of the average cost of all similar goods available during the period. Penjelasan dari kutipan di atas yaitu : Metode rata-rata adalah item dalam persediaan atas dasar biaya ratarata semua barang serupa yang tersedia selama periode tersebut. Untuk menggambarkan penggunaan metode persediaan periodik (jumlah persediaan dihitung di akhir periode), contoh perhitungan menggunakan metode ratarata tertimbang :

32 Gambar 2.3 Metode Rata-rata Tertimbang dengan Catatan Persediaan Perodik (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011:421) Perusahaan menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan catatan persediaan perpetual : Gambar 2.4 Metode Rata-rata Tertimbang dengan Catatan Persediaan Perpetual (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011:421) Berikut adalah perbandingan menggunakan metode rata-rata tertimbang dan metode FIFO :

33 Saldo awal kas $7.000 Awal saldo laba $10.000 Awal persediaan 4.000 unit @ $ 3 $12.000 Pembelian 6.000 unit @ $ 4 $24.000 Penjualan 5.000 unit @ $ 12 $60.000 Beban usaha $10.000 Penghasilan tarif pajak 40% Gambar 2.5 Menunjukkan Hasil Perbandingan dari Keuntungan Penggunaan Biaya Metode Rata-rata dan FIFO (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011:423) Gambar 2.6 Perbandingan Hasil Metode Biaya Rata-rata dan FIFO (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011:424)

34 2.7 Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan Persediaan biasanya disajikan dalam laporan harga pokok penjualan perusahaan yang merupakan bagian dari laporan laba rugi periode berjalan. Di dalam neraca atau laporan posisi keuangan, persediaan dilaporkan pada bagian aktiva lancar di letakkan setelah atau di bawah piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan baik harga pokok (FIFO, Rata-rata Tertimbang), metode taksiran maupun LCM harus di cantumkan. Rincian dari pengguna metode ini dapat diungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam catatan kaki atas laporan keuangan perusahaan. Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan untuk alasan yang masuk akal harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.1 Penyajian Persediaan pada Laporan Keuangan AKTIVA Aktiva lancar : Kas Piutang usaha Dikurangi: Penyisihan piutang ragu-ragu Piutang bersih Persediaan barang dagang Perlengkapan Total Aktiva lancar Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX Rp XXX+ Rp XXX (Sumber : E. Donald, Kieso, et. al. 2011)

35 2.8 Pengungkapan Persediaan Menurut PSAK No. 14 (2014:14.6) jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat persediaan tersebut diakui sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi netto dan seluruh kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan kembali nilai realisasi netto, diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke akun aset lainnya, sebagai contoh, persediaan yang digunakan sebagai komponen aset tetap yang dibangun sendiri.persediaan yang di alokasikan ke aset lain dengan cara diakui sebagai beban selama masa manfaat aset tersebut. Menurut PSAK No. 14 (2014:14.6) paragraf 36 laporan keuangan mengungkapkan : a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya yang digunakan; b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi entitas; c. Jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar di kurangi biaya untuk menjual; d. Jumlah persedian yang diakui sebagai beban selama periode berjalan; e. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sesuai dengan paragraf 34;

36 f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sesuai dengan paragraf 34; g. Keadaan atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan sesuai dengan paragraf 34; dan h. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas. Informasi tentang jumlah tercatat yang di sajikan dalam berbagai klasifikasi persediaan dan tingkat perubahannya masing-masing berguna bagi pengguna laporan keuangan. Klasifikasi persediaan yang biasa digunakan adalah barang dagangan, perlengkapan produksi, bahan, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan entitas pemberi jasa biasanya disebut pekerjaan dalam proses. Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode, sering kali disebut sebagai beban pokok penjualan, terdiri dari biaya-biaya yang sebelumnya diperhitungkan dalam pengukuran persediaan yang saat ini telah dijual, overhead produksi yang tidak teralokasi, dan jumlah biaya produksi persediaan yang tidak normal. Keadaan dari entitas juga memungkinkan untuk memasukkan biaya lainnya, seperti biaya distribusi. Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode yang bersangkutan. Dalam format ini, entitas menyajikan analisis beban menggunakan klasifikasi berdasarkan sifat dari beban. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui sebagai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya bersama-sama dengan jumlah perubahan netto persediaan pada periode tersebut.