BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widoyono, 2008: 59).

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

APLIKASI MODEL FUZZY UNTUK SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN WILAYAH RAWAN DEMAM BERDARAH DENGUE PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB IV TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini berisi penjelasan mengenai metode penelitian, jenis dan sumber data

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta (DIY) di bagian selatan dibatasi Samudera Indonesia,

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENCEGAHAN DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN METODE FUZZY

BAB IV TINJAUAN LOKASI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Pemikiran

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LP3A SEKOLAH TINGGI TEKNIK ARSITEKTUR DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III TINJAUAN KAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB III TINJAUAN WILAYAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dasar yang ada di Kabupaten Boalemo dengan jumlah sekolah 141 unit.

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

BAB IV GAMBARAN UMUM. dan Bujur Timur, dengan luas 3.185,80. Luas Area ( ) 32,50 586, ,36

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

I. PENDAHULUAN. digambarkan secara optimal. Beberapa kegunaan peta antara lain untuk

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG KEADAAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB III GEDUNG KONSER MUSIK KLASIK DI YOGYAKARTA

BAB 4 TINJAUAN WILAYAH

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional secara keseluruhan karena selain berpengaruh

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. 1. Visi dan Misi Pembangunan Daerah MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU,

UKDW KERANGKA BERPIKIR TRANSFORMASI DESAIN. Program Ruang. Site. Konsep LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH

Sumber: data pribadi

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

MENDETEKSI KEBERADAAN NYAMUK AEDES AEGIPTY MENGGUNAKAN METODE FUZZY. Ikhlas Ali Syahbana

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian demam berdarah dengue (DBD) di dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Data di seluruh dunia

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN. Tabel 4.1 Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Kabupaten/ Luas Area

Implementasi Logika Fuzzy Mamdani untuk Mendeteksi Kerentanan Daerah Banjir di Semarang Utara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PENERAPAN FUZZY INFERENCE SYSTEM PADA PREDIKSI CURAH HUJAN DI SURABAYA UTARA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

CASE BASE REASONING UNTUK MENENTUKAN DAERAH MENENTUKAN DAERAH BERPOTENSI DEMAM BERDARAH (Studi Kasus Kota Pontianak)

Ada 5 GUI tools yang dapat dipergunakan untuk membangun, mengedit, dan mengobservasi sistem penalaran, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB III TINJAUAN KAWASAN/WILAYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

4.3 Pengaruh Ketimpangan Wilayah Terhadap Kondisi Hunian BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran...

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah. kesehatan utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KOTA YOGYAKARTA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Pada penelitian ini, data yang diambil adalah data faktorfaktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang diperoleh dari beberapa instansi pemerintah yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, karena dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan hasil kumpulan data dari 78 kecamatasn di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2015 yang terdapat di instansi pemerintah yang berkaitan yaitu Dinas Kesehatan Provinsi DIY, BPS Provinsi DIY, dan BMKG Provinsi DIY. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data faktor-faktor yang memepengaruhi penyebaran penyakit demam berdarah dengue di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun jenis data yang digunakan beserta sumber data sebagai berikut. 1. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta a. Angka bebas jentik (ABJ) b. House index (HI) c. Sarana kesehatan (SK) 73

d. Frekuensi kejadian DBD (FK) 2. Data dari BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta a. Kepadatan penduduk (KP) b. Ketinggian wilayah (KW) c. Curah hujan (CH) d. Jumlah hari hujan (HH) 3. Data dari BMKG Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta a. Suhu udara (SU) b. Kelembaban udara (KU) c. Kecepatan angin (KA) d. Sinar matahari (SM) C. Lokasi Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa. Sementara itu secara astronomis terletak pada 7 33-8 12 Lintang Selatan dan 110 00-110 50 Bujur Timur. Luas DIY adalah 3.185,80 km 2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754 km 2 ). DIY bagian selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia (Samudera Hindia). Sementara itu, di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten, sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, dan Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Profil Dinas Kesehatan DIY, 2014). 74

Daerah Istimewa Yogyakarta secara administratif terdiri dari 1 Kota, 4 Kabupaten, 78 Kecamatan, dan 438 Kelurahan/Desa. Wilayah administratif DIY adalah Kota Yogyakarta (luas 32,50 km 2, 14 kecamatan, dan 45 kelurahan), Kabupaten Bantul (luas 506,85 km 2, 17 kecamatan, dan 75 desa), Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km 2, 12 kecamatan, dan 88 desa), Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km 2, 18 kecamatan, dan 144 desa), dan Kabupaten Sleman (luas 574,82 km 2, 17 kecamatan, dan 86 desa) (Profil Dinas Kesehatan DIY, 2014). Gambar 32 wilayah DIY dalam bentuk peta: Gambar 1. Peta Administrasi Provinsi DIY (Sumber: DPPKA DIY) D. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang dimulai dari teori, hipotesis, desain penelitian, memilih subjek, 75

mengumpulkan data, memproses data, menganalisa data, dan menuliskan kesimpulan. Tujuan dari penelitian ini adalah penentuan wilayah rawan demam berdarah dengue di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini diawali dengan studi literatur/studi pustaka mengenai aplikasi model fuzzy dan sistem informasi geografis, selanjutnya dilakukan pengumpulan data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran DBD, kemudian dilakukan analisis data lalu membuat perancangan model fuzzy menggunakan Matlab, selanjutnya pengujian model dan implementasi model ke sistem informasi geografis dalam bentuk peta menggunakan ArcGIS. Gambar 33 merupakan tahapan desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini. Gambar 2. Desain Penelitian 76

E. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini akan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu pertama membuat rancangan model fuzzy, kemudian membuat rancangan layar aplikasi, dan kemudian terakhir implementasi model dalam bentuk peta. 1. Perancangan Model Perancangan model yang dibangun dalam skripsi ini menggunakan model fuzzy. Pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang meliputi data masukan berupa input data faktor-faktor penyebaran DBD dan keluaran berupa output status kerawanan penyakit DBD. Model fuzzy yang dibangun mengikuti proses dalam himpunan fuzzy seperti fuzzyfikasi, pembentukan aturan fuzzy, inferensi fuzzy, dan defuzzyfikasi serta dilakukan pengujian model fuzzy. Perencanaan model fuzzy ditunjukkan pada Gambar 34. Gambar 3. Tahapan Model Fuzzy 77

2. Perancangan Layar Aplikasi Setelah perancangan model memiliki tingkat akurasi yang tinggi maka tampilan dari model fuzzy ini akan dibangun menggunakan Graphical User Interface (GUI) sehingga tampilan yang dihasilkan nanti akan lebih menarik. Rancangan awal GUI untuk penentuan wilayah rawan DBD ditunjukkan pada Gambar 35. Gambar 4. Rancangan Aplikasi dengan GUI Rancangan layar aplikasi sistem GUI ini tidak dapat digunakan secara langsung. Rancangan model fuzzy dengan GUI dijelaskan sebagai berikut: a. Bagian atas terdapat judul rancangaan model fuzzy dengan GUI. b. Terdapat 12 input masukan yang digunakan. 78

c. Terdapat tombol hitung untuk defuzzifikasi hasil input yang telah dimasukan. d. Terdapat output berupa nilai kerawanan dan status kerawanan. e. Terdapat tombol reset untuk memasukan input baru. f. Terdapat tombol keluar untuk keluar dari apalikasi 3. Implementasi Model dalam Bentuk Peta Setelah proses pengolahan data menggunakan model fuzzy, proses selanjutnya adalah pengolahan peta menggunakan ArcGIS. Adapun tahapannya ditunjukkan pada Gambar 36. Gambar 5. Tahapan Pembuatan Peta 79