BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB V PENUTUP. film berupa gambar, dialog, adegan, visualisasi serta setting pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

REPRESENTASI PATRIARKI DARI SUDUT PANDANG TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONALISME TOKOH-TOKOH DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA

REPRESENTASI PATRIARKI DARI SUDUT PANDANG TEORI STRUKTURAL-FUNGSIONALISME TOKOH-TOKOH DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA.

BAB I PENDAHULUAN. secara etimologi berarti keberagaman budaya. Bangsa Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam kehidupannya sehari hari.banyak masyarakat yang mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Itu lah sepenggal kata yang diucapkan oleh Mike Lucock yang

BAB I PENDAHULUAN. kaum perempuan yang dipelopori oleh RA Kartini. Dengan penekanan pada faktor

POLIGAMI DALAM FILM (Analisis Resepsi Audience Terhadap Alasan Poligami Dalam Film Indonesia Tahun )

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KEKERASAN YANG DILAKUKAN OLEH SUAMI TERHADAP ISTRI. A.Kajian Hukum Mengenai Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia termasuk Indonesia. Kekerasan

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

UNSUR KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM FILM INDONESIA (Analisis Isi Pada Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita Karya Robby Ertanto)

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang. atau hala-hal yang tidak diinginkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

LEMAHNYA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BURUH WANITA Oleh: Annida Addiniaty *

BAB I PENDAHULUAN. kita jumpai di berbagai macam media cetak maupun media elektronik. Kekerasan

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

PESAN NILAI KESETIAKAWANAN SOSIAL PADA FILM RUMAH TANPA JENDELA NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai

1. BAB I PENDAHULUAN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB 9 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Emansipasi wanita yang dipelopori R.A Kartini telah membuat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

1Konsep dan Teori Gender

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kekerasan adalah perbuatan yang dapat berupa fisik maupun non fisik,

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pada uraian yang telah diuraikan pada bab hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

MITOS PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA KARYA ROBBY ERTANTO (Suatu Pendekatan Semiotik)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita terdapat berbagai macam kekerasan yang terjadi pada istri atau wanita. Dalam penelitian ini dianalisis beberapa adegan yang mengandung unsur kekerasa terhadap istri atau wanita, seperti Kekerasan fisik, adegan kekerasan fisik terjadi dalam scene tokoh Lily pada adegan pencekikan da penjambakan yang dilakukan oleh Randy yang merupakan suami dari Lily. Kekerasan psikis, adegan kekerasan psikis terjadi dalam scene Ratna pada saat mendapati Marwan yang menjadi istri Ratna berselingkuh dengan Ningsih sampai mempunyai seorang anak, dan Rara pada saat diputuskan oleh Acin yang menjadi pacar Rara pada saat Rara sedang hamil muda. Kekerasan seksual, adegan kekerasan seksual terjadi dalam scene Rara pada saat dipaksa untuk melayani nafsu birahi Acin hingga berhubungan badan. Dan kekerasan ekonomi, adegan kekerasan ekonomi terjadi dalam scene Ratna pada saat dipaksa untuk memberikan Marwan uang dengan alasan untuk keperluan pribadi Marwan, dan uang tersebut diberikan kepada Ningsih selingkuhan dari Marwan. 94

95 2) Level produksi teks Gender dalam media hanya mengesampingkan atau memuat ketidaksetaraan dan diskriminasi pada wanita. Media massa adalah salah satu sumber informasi sekaligus tempat penyampaian kritik fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan di berbagai bidang termasuk mengungkap tentang Gender. Media tanpa kita sadari seringkali memuculkan masalah tentang gender, namun media itu sendiri yang dapat memecahkan masalah tersebut. Pada dasarnya media hanya penyampai atau perantara segala kejadian yang ada pada kehidupan nyata. Feminisme dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita merupakan gerakan persamaan kesempatan dan hak yang dilakukan oleh dr. Kartini menjadi tujuan utama dari sutradara dalam menyampaikan pesan-pesan tentang feminisme. Dengan memilih karakter seorang dokter spesialis kandungan yang tabah dan bijak dalam memberikan nasehat pada pasien-pasiennya tanpa adanya diskriminasi pria atau wanita, Kartini menjadi sosok pembela feminisme yang sesungguhnya. Begitupula dengan diskriminasi kaum wanita oleh kaum pria dalam bentuk yang berbeda-beda merupakan sikap yang ingin ditujukan oleh wanita bahwa mereka ingin dimengerti dan meraka bukan sebagai korban. Film yang menakjubkan, menghibur, mengesankan dan menjadi cara tersendiri dalam menyampaikan kritik terhadap fenomena sekitar yang dapat kita petik pesanpesannya untuk kehidupan yang lebih baik.

96 3) Level Penonton Film ini memiliki kekuatan sosial yang berlapis rangkap satu sama lain. Ia menuntut kita untuk aktif membuka rangkap demi rangkap lapisan sosial itu. Jangan hanya berfokus pada Dokter Kartini sebagai narator utama, Lapisan sosial yang kuat pada film 7 hati 7 cinta 7 wanita, maka dari itu banyak perspektif yang berbeda-beda dari setiap penonton dalam menanggapi sebuah pesan yang dapat diambil dari film 7 hati 7 cinta 7 wanita. Film 7 hati 7 cinta 7 wanita ini didapati korban kekerasan lebih sering terjadi pada istri atau wanita. Dalam penelitian ini dianalisis beberapa adegan yang mengandung unsur kekerasan pada perempuan yang sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah rumah tangga. Seperti kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. diskriminasi terhadap wanita terlihat sangat jelas sekali ditampilkan dalam film 7 hati 7 cinta 7 wanita ini, bentuk-bentuk diskriminasi yang dibentuk bahwa wanita itu selalu tersakiti, wanita itu lemah dan wanita itu adalah korban. Budaya feminisme inilah yang membuat kaum perempuan berjuang untuk mendapatkan hak yang sama dengan kaum laki-laki dengan tidak dipandang sebelah mata. Pada dasarnya wanita adalah sosok yang lemah, namun kelemahan wanita seringkali disalahartikan oleh kaum laki-laki sehingga menyebabkan wanita sering mendapatkan kekerasan dari laki-laki.

97 5.2 SARAN 1) Untuk media massa khususnya film, media sebagai fungsi informasi dan fungsi kontrol. Dewasa ini film sebagai media massa yang efektif banyak mengangkat isu-isu social, seperti film 7 hati 7 cinta 7 wanita yang mengangkat tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh wanita. Hendaknya sebuah media dalam mengangkat suatu hal tidak memihak dan terdapat dua pendapat baik yang pro ataupun kontra. 2) Untuk sutradara khususnya sutradara film, diharapkan dapat menampilkan pesan moral positif yang dapat diterima oleh masyarakat luas, tidak ada lagi unsur eksploitasi wanita didalam sebuah karya film baik itu bentuk tubuh wanita dan kekerasan-kekerasan terhadap wanita, dikarenakan dapat menimbulkan dampak negatif kepada penerima pesan atau penonton film itu sendiri. Dan juga diharapkan adegan-adegan didalam film tidak mendiskriminasi satu pihak tetapi berfikir netral didalam membuat naskah. 3) Untuk kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga, pada dasarnya mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga setiap pasangan suami istri harus berpegang pada prinsip pernikahan yaitu keluarga sakinah mawadah warohmah. Segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus, oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas lembaga hukum untuk melindungi korban kekerasan yang kebanyakan dialami oleh kaum perempuan baik istri maupun anak. Di era globalisasi saat ini, kaum wanita juga harus lebih cerdas dalam

98 menjalani hidup sehingga dapat menjaga dan melindungi dirinya sendiri dari tindak kekerasan kaum laki-laki. Pada dasarnya kaum wanita juga telah dilindungi oleh pemerintah Negara dalam pasal-pasal hukum, oleh karena itu wanita berhak melakukan pemberontakan kepada kaum laki-laki yang berniat atau telah melakukan kekerasan kepada dirinya sehingga kekerasan tersebut dapat segera diproses secara garis hukum Negara dan diharapkan dapat meminimalisir tingginya tindak kekerasan yang dilakukan kaum laki-laki terhadap kaum wanita.