I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga. mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini sedang dihadapkan pada dua masalah besar

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli dengan pendidikan, yang mana di dalam pendidikan akan menghasilkan generasi-generasi muda yang unggul dan berprestasi. Hal ini selaras dengan undang-undang pendidikan yang berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu Pancasila. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2013: 1). Berdasarkan undang-undang di atas, diperlukan peran guru dan siswa yang selaras dalam pembelajaran. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang terencana sesuai dengan kebutuhan siswa namun tetap terarah pada tujuan pendidikan yang akan dicapai. Begitu pula pada siswa, di dalam proses pendidikan yang berlangsung melalui tahap belajar diharapkan memiliki respon atau memberikan tanggapan positif

2 berupa perubahan-perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diinginkan. Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan undang-undang pendidikan di atas, peran pendidikan merupakan salah satu usaha terencana yang sangat penting dalam mewujudkan terjadinya perubahan. Setiap manusia diciptakan memiliki kelebihan atau bakat yang berbeda-beda, melalui proses pendidikan inilah pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan seseorang akan lebih terbentuk dan terlihat. Generasi yang kreatif dan berkarakter kuat adalah generasi yang mampu bersaing di era global, terutama mampu mengikuti perkembangan pendidikan yang telah diterapkan. Dalam hal ini perlu peran penting dari pendidik, siswa, maupun lembaga pendidikan itu sendiri. Menurut Hamalik (2013: 6) tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang studi dan suatu mata ajaran, yang disusun berdasarkan tujuan insitusional. Kebijakan kurikulum yang sekarang mulai diterapkan adalah Kurikulum 2013, ini merupakan perubahan dari kurikulum yang sebelumnya

3 pernah diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 disusun terpadu, antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lainnya dengan menggunakan tema. Kurikulum 2013 ini menerapkan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik di dalam prosesnya, serta di dalam penilaiannya menggunakan penilaian otentik. Pendekatan saintifik akan nampak pada saat siswa terlibat dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga keterampilan-keterampilan saintifik dapat diimplementasikan. Penilaian pada pembelajaran Kurikulum 2013 tidak menggunakan istilah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Menurut Kemendikbud (2013: 131) apabila dilihat dari tabel panduan konversi nilai yang ada pada modul pelatihan guru, siswa setidaknya mendapat nilai minimal 66 dengan kategori B- (Baik). Selaras dengan hal ini Mulyasa (2013: 131) menyatakan bahwa dari segi proses pembentukan kompetensi, karakter dan hasil belajar dikatakan berhasil serta berkualitas apabila nilai klasikal mecapai seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Menurut Trianto (2010: 92) pada pembelajaran tematik mengadopsi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Kreatif yang berarti dalam pembelajaran siswa melakukan serangkaian proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan, seperti memahami permasalahan serta merencanakan pemecahan masalah. Selanjutnya Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa, pada pembelajaran tematik secara umum keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi. Pernyataan tersebut

4 pada pembelajaran tematik keterampilan sangatlah diperlukan guna mendukung dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pemahaman materi. Tuntutan masa depan pada kemajuan pembelajaran di abad 21 ini menuntut anak untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Menurut Husamah dan Setyaningrum (20 13: 188) kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan pemecahan masalah, kecakapan berpikir kritis, kolaborasi, kecakapan kereativitas atau kecakapan berpikir kreatif dan kecakapan berkomunikasi. Berdasarkan uraian tersebut kecakapan berpikir kreatif atau keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan di dalam pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Susanto (2013: 115) yang menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu cara yang diperlukan siswa dapat membangun ide-ide yang dapat diterapkan dalam kehidupan, terutama pada saat proses belajar berlangsung. Danim (2010 : 134) juga mengemukakan bahwa pada tahap sekolah dasar keterampilan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh kecenderung alamiah atau sesuai dengan konteks lingkungan sekitar. Sehingga pada pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan dalam sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013: 65). Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen siswa dan wawancara dengan guru kelas IV C SDN 11 Metro Pusat, di dapat keterangan bahwa pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat beberapa kendala dan masalah. Seperti pembelajaran di kelas terkesan kurang menarik, masih cenderung monoton, dan sebagian siswa kurang berperan aktif dalam

5 pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah, dalam proses pembelajaran masih didominasi kegiatan guru yang menggunakan metode ceramah. Masih banyak kegiatan siswa yang dilakukan seperti mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam membangun keterampilan berpikir kreatif dalam belajar. Guru belum optimal dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang menuntut pendekatan saintifik yang dianjurkan oleh Kurikulum 2013, karena kurangnya referensi tentang model yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif saja. Masalah-masalah yang telah di jabarkan di atas, berakibat pada aktivitas siswa yang belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil telaah dokumen nilai siswa pada semester ganjil kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada tahun pelajaran 2013/2014. Berikut ini adalah tabel hasil ulangan semester ganjil kelas IV A, IV B, dan IV C tahun pelajaran 2013/2014. Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Kelas IV SDN 11 Metro Pusat No. Kelas Sangat Baik Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah Siswa Persentase Siswa dengan Kategori Sangat Baik dan Baik 1. VI A 5 10 6 4 25 60,00% 2. VI B 7 9 5 3 24 66,66% 3. VI C 4 9 7 5 25 52,00%

6 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persentase hasil belajar siswa kelas IV A pada kategori sangat baik dan baik adalah 60,00%. Persentase hasil belajar siswa kelas IV B pada kategori sangat baik dan baik adalah 66,66%, dan persentase hasil belajar siswa kelas IV C pada kategori sangat baik dan baik hanya sebesar 52,00%. Berdasarkan persentase hasil belajar yang rendah di kelas IV C, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Kemendikbud (2013: 1) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah dasar sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya adalah guru. Menurut Mulyasa ( 2013: 99) implementasi Kurikulum 2013 menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Maka dari itu di dalam pembelajaran guru memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model yang tepat digunakan dalam pembelajaran dan sesuai dengan pendekatan saintifik adalah model problem posing, yang mana model problem posing merupakan salah satu model yang menggunakan konsep pembelajaran berbasis masalah yang berupa pengajuan soal. Menurut Thobroni & Mustofa (2012: 344) pengajuan soal dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif, pengajuan masalah ( problem posing) pada relevansinya dalam pembelajaran merupakan reaksi siswa terhadap situasi pembelajaran yang diberikan oleh guru dan reaksi tersebut berupa respon dalam bentuk pertanyaan yang berupa soal.

7 Sejalan dalam hal ini Suryosubroto (2009: 203) menjelaskan bahwa pembelajaran problem posing dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis, berpikir kreatif dan interaktif. Salah satu kelebihan dari penerapan model pembelajaran problem posing ini juga adalah mendidik anak untuk percaya diri. Melalui model problem posing siwa dapat lebih memahami konsep pembelajaran dengan melatih keterampilan berfikir kreatif siswa. Terutama dalam bentuk pengajuan soal yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar, dan disesuaikan materi pembelajaran serta dengan bimbingan yang diberikan oleh guru. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan penerapan model problem posing untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dalam proses pembelajaran masih didominasi kegiatan guru menggunakan metode ceramah dan masih banyak kegiatan siswa seperti mencatat serta mendengarkan. 2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. 3. Guru belum optimal dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang menuntut pendekatan saintifik sesuai pada Kurikulum 2013, karena

8 kurangnya referensi model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik. 4. Pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif. 5. Rendahnya hasil belajar siswa. C. Rumusan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model problem posing pada pembelajaran tematik kelas IV C SDN 11 Metro Pusat? 2. Apakah penerapkan model problem posing dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada pembelajaran tematik melalui model problem posing. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada pembelajaran tematik melalui model problem posing. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV C SDN 11 Metro Pusat diharapkan memberi manfaat bagi: 1. Siswa Dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar

9 siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat melalui model problem posing. 2. Guru Sebagai bahan pertimbangan, memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan model yang tepat digunakan pada pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan, dan membangun kemampuan profesional guru yang dapat memberi manfaat untuk siswa. 3. Sekolah Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SDN 11 Metro Pusat sehingga menghasilkan output yang optimal. 4. Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model problem posing pada mata pelajaran tematik, guna meningkatkan mutu pendidikan.