PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB IV ANALISIS UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 03 MOJO KECAMATAN ULUJAMI KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh peserta didik (in put), pendidik, sarana dan prasarana,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

EFEKTIVITAS MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM IMERSI DI SMP NEGERI 3 PATI

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SIKAP DAN PANDANGAN GURU MATEMATIKA TERHADAP EFEKTIVITAS PENINGKATAN KOMPETENSINYA MELALUI PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GUR U (PLPG)

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada jenjang. Sekolah Dasar, telah menjadi komitmen pemerintah yang harus

Oleh: Dr. En d a n g Poer w a n t i, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. repormasi yang ditandai oleh proses perubahan diberbagai bidang kehidupan :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan pada Bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. belajar siswa berada pada kategori sedang.

PENGARUHKEPEMIMPINANINSTRUKSIONAL KEPALASEKOLAHDAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SD NEGERI DI KOTA SUKABUMI

IMPLEMENTASI SERTIFIKASI PENDIDIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang berkualitas, tidak hanya dari sisi itelektulitas saja melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Yuniyarti, 2014 Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

Transkripsi:

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG RINGKASAN TESIS Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Manajemen Pendidikan Oleh: SUMARNO Q 100070714 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

67 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan jaman dari tahun ke tahun semakin maju dengan teknologi informasi yang juga semakin berkembang menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi seseorang juga semakin meningkat. Begitu juga dengan dunia pendidikan di Indonesia dengan memiliki sumber daya manusia yang mempunyai skill bagus maka semakin meningkatkan mutu pendidikan dan pendidikan di negara Indonesia mampu bersaing dengan pendidikan di negara-negara berkembang lainnya. Saat ini telah memasuki abad 21 yang dikenal dengan abad pengetahuan. Para peramal masa depan (futurist) mengatakan bahwa abad 21 sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan pendidikan memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya menghasilkan ilmu pengetahuan bagi manusia tetapi manusia juga mampu memperoleh pekerjaan dengan bekal pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah. Manusia berlomba-lomba mencari ilmu pengetahuan sehingga persaingan di dunia kerja juga semakin meningkat. Dunia kerja tidak hanya mengandalkan pendidikan yang utama tetapi juga kemampuan atau skill yang dimiliki manusia. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi tapi kemampuannya rendah maka akan tersingkir dari persaingan dunia kerja. Begitu juga dengan manusia yang

68 mempunyai kemampuan bagus tapi ilmu yang dimiliki rendah juga akan tersisih dari dunia kerja, karena di dunia kerja ilmu pengetahuan dan kemampuan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Perhatian utama pendidikan di abad 21 adalah untuk mempersiapkan hidup dan kerja bagi masyarakat. Tibalah saatnya menoleh sejenak ke arah pandangan dengan sudut yang luas mengenai peran-peran utama yang akan semakin dimainkan oleh pembelajaran dan pendidikan dalam masyarakat yang berbasis pengetahuan (Hasan, 2009:1). Abad pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahanperubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Dampaknya adalah perubahan cara pandang manusia terhadap manusia, cara pandang terhadap pendidikan, perubahan peran orang tua/guru/dosen, serta perubahan pola hubungan antara mereka. Kemerosotan pendidikan yang terjadi di Indonesia kita bukan karena disebabkan oleh kurikulum yang telah direncanakan saja tetapi juga didukung dengan sumber daya manusia yang kurang berkualitas. Pemerintah juga perlu memperhatikan hal tersebut. Pemerintah jika hanya menutup tanpa melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan mutu pendidikan juga akan jauh dari tujuan pendidikan di Indonesia. Pemerintah perlu mengadakan

69 pembinaan kepada guru yang kualitasnya rendah untuk meningkatkan profesionalisme kerja guru. Profesionalisme guru juga dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: (1) faktor internal yang meliputi kurangnya minat dan bakat seseorang untuk menjadi tenaga pengajar yang profesional. Seorang guru tidak hanya mempunyai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan kepada siswa tetapi juga harus mempunyai metode-metode yang tepat dalam penyampaian materi pelajaran tersebut. Guru dipandang profesional jika dalam pengajarannya dia mampu membuat siswa nyaman di kelas dan juga mampu mengerti dan memahami materi yang disampaikan, (2) faktor eksternal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sarana dan prasarana serta berbagai latihan yang dilakukan guru. Untuk itu pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan, karena pendidikan merupakan landasan utama segala aspek kehidupan. Profesionalisme guru dan tenaga kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya, meskipun jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi mutu dan profesional seorang guru belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benarbenar berkualitas. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai

70 tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Profesionalisme guru dapat dipenuhi akan mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Lingkungan sekolah yang kurang kondusif bisa menimbulkan menurunnya profesionalisme guru karena dengan lingkungan sekolah yang kurang mendukung proses belajar mengajar menyebabkan guru menjadi malas mengajar siswa sehingga berdampak buruk bagi perkembangan siswa dalam belajar. Untuk menghindari hal tersebut maka pemerintah berupaya untuk melakukan pembinaan terhadap para guru untuk meningkatkan profesionalisme mengajar guru baik dengan lingkungan sekolah yang mendukung maupun tidak. Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru, sehingga pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah guru yang benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan. Profesi seorang guru masih kurang diminati oleh sebagian masyarakat. Dipandang dari segi finansial gaji seorang guru lebih kecil daripada gaji seorang pegawai swasta. Profesi guru kurang mendapat perhatian dari pihak pemerintah. Kesejahteraan hidup seorang guru kurang mendapat perhatian dari pemerintah yang menyebabkan minat masyarakat untuk menjadi guru sedikit. Hal ini didukung dengan rendahnya gaji guru dan kesejahteraan hidup yang kurang mendapat perhatian pemerintah menyebabkan kinerja guru menjadi terhambat. Tingkat intensitas para guru dalam mengajar dan mendidik siswa menjadi berkurang yang menyebabkan

71 profesionalisme guru menjadi rendah. Oleh sebab itu pemerintah perlu berupaya untuk memberikan kesejahteraan hidup dan gaji yang mencukupi pemenuhan kebutuhan hidup sebagai penyemangat dalam proses meningkatkan profesionalisme guru dan meningkatkan mutu pendidikan. Dunia guru masih terselingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebijaksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan, (1) profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya. sehingga berimplikasi pada kinerjanya; (2) profesionalisme guru masih rendah. Guru disebut profesional apabila memiliki karakteristik; 1) Guru selalu membuat perencanaan mengajar yang konkret dan rinci yang digunakan sebagai pedoman dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), 2) Guru berusaha menempatkan siswa sebagai subjek belajar, guru sebagai pelayan, fasilitator, dan mitra siswa agar siswa dapat mengalami proses belajar yang bermakna, 3) Guru dapat bersikap kritis, teguh, dalam membela kebenaran dan bersikap inovatif, 4) Guru juga bersikap dinamis dalam mengubah pola pembelajaran, 5) Guru berani meyakinkan pihak lain (kepala sekolah, orang tua dan masyarakat) tentang rancangan inovasi yang akan dilakukan dengan argumentasi logika-kritis, 6) Guru harus kreatif membangun dan menghasilkan karya pendidikan seperti: tulisan ilmiah, pembuatan alat bantu belajar, menganalisis bahan ajar, organisasi kelas dan sebagainya (Sujanto, 2007: 90-91).

72 Sikap profesionalisme seorang tenaga pendidik tidak hanya dinilai dari ilmu pengetahuan yang dimilikinya tetapi juga dilihat dari cara guru mengajar dan mendidik siswa pada saat proses belajar mengajar. Sikap guru yang profesional dalam mengajar adalah bagaimana dia mampu mengatasi segala masalah yang terjadi di kelas pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung serta bagaimana dia mampu mengelola kelas untuk menciptakan suatu proses belajar mengajar yang nyaman sehingga siswa mampu berkonsentrasi pada saat guru sedang menyampaikan materi. Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. Keefektifan profesional guru dapat diwujudkan melalui pemberdayaan potensi dan prestasi para guru. Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi yang mantap. Kompetensi tersebut berada dalam diri pribadi guru yang bersumber dari kualitas kepribadian, pendidikan dan pengalamannya. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi intelektual fisik, pribadi sosial, dan spiritual. Beberapa substansi RUU Guru yang memiliki nilai pembaharuan untuk mendukung profesionalisme dan kesejahteraan guru antara lain berkenaan dengan Hal- hal sebagai berikut: 1) Kualifikasi dan kompetensi guru, 2) Hak guru yang merupakan penghasilan diatas kebutuhan

73 minimum berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan khusus yang terkait dengan tugasnya sebagai guru, 3) Kewajiban guru untuk mengisi keadaan darurat adanya wajib kerja sebagai guru bagi PNS yang memenuhi persyaratan, 4). Pengembangan profesi guru melalui pendidikan guru yang lebih berorientasi pada pengembangan kepribadian dan profesi dalam satu lembaga pendidikan guru yang terpadu, 5) Perlindungan: guru mendapatkan perlindungan hukum dalam berbagai tindakan yang merugikan profesi, 6). Organisasi profesi: sebagai wadah independen untuk meningkatkan kompetensi karir, wawasan kependidikan (Aqib dan Elham, 2007: 147). Seorang guru agar menjadi guru yang profesional diperlukan persyaratan-persyaratan yaitu memiliki kepribadian yang matang dan berkembang. Dengan memiliki kepribadian yang matang seorang guru mampu menjadi teladan bagi siswanya dan mampu mendidik siswa menjadi siswa yang mempunyai moral yang berbudi pekerti. Jika kepribadian seorang guru tersebut tidak baik bagaimana dia mampu menjadi contoh teladan yang baik bagi siswa. Penguasaan ilmu yang kuat memberikan nilai lebih bagi profesionalisme seorang guru. Dengan menguasai materi ilmu yang akan diajarkan kepada siswanya, seorang guru dalam menyampaikan materi tidak akan mengalami kesulitan jika ada siswa yang mengajukan pertanyaan tentang materi yang sebelumnya dijelaskan oleh guru. Selain itu guru juga mampu menguasai situasi dan kondisi kelas pada saat proses belajar mengajar. Manajemen pengembangan kompetensi guru dapat diartikan sebagai usaha

74 yang dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. Pengembangan kompetensi guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan (1) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, (2) menutupi kelemahan-kelemahan yang tak tampak pada waktu seleksi, (3) mengembangkan sikap profesional, (4) mengembangkan kompetensi profesional, dan (5) menumbuhkan ikatan batin antara guru dan kepala sekolah. Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah (1) bimbingan dan tugas, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) kursus-kursus, (4) studi lanjut, (5) promosi, (6) latihan jabatan, (7) rotasi jabatan, (8) konferensi, (9) penataran, (10) lokakarya, (11) seminar, dan (12) pembinaan profesional guru (supervisi pengajaran). Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; (1) memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; (2) penguasaan ilmu yang kuat; (3) ketrampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan (4) pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan, namun ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Kualitas guru agar meningkat maka perlu dilakukan suatu sistem pengujian terhadap kompetensi guru. Uji Kompetensi baik secara teoritis

75 maupun secara praktis memiliki manfaat yang sangat penting terutama dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru meliputi: (1) Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru, (2) Merupakan alat seleksi penerimaan guru, (3) Untuk pengelompokkan guru, (4) Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum, (5) Merupakan alat pembinaan guru, (6) Mendorong kegiatan dan hasil belajar (Mulyasa, 2006: 187-190). Kelompok Kerja Guru (KKG) adalah suatu wadah bagi guru yang bergabung dalam organisasi gugus sekolah yang bertujuan menjadikan guru lebih profesonal dalam upaya peningkatan pendidikan melalui pendekatan sistem pembinaan profesional dan kegiatan belajar mengajar aktif. KKG merupakan bengkel dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar. Salah satu tujuan dari kegiatan KKG di Gugus Sultan Agung adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran, seperti 1) kemampuan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran selaran dengan KTSP, 2) kemampuan guru dalam pembuatan silabus dan sistem penilaian, 3) kemampuan guru dalam menganalisis hasil evaluasi belajar siswa, 4) kemampuan guru dalam melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, serta 5) kemampuan guru dalam menyerap informasi atau penularan hasil penataran. Selama ini ada beberapa guru yang kemampuan profesional guru yang termasuk dalam Gugus Sultan Agung belum terpenuhi secara optimal sehingga proses kegiatan pembelajaran di

76 sekolah belum dicapai secara optimal. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian ini untuk mengetahui program-program yang dilaksanakan di Gugus Sultan Agung dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru. Jumlah peserta KKG di Kecamatan Karangrayung terdiri dari 315 orang guru yang berasal dari 6 dabin. Berdasarkan data di UPTD Karangrayung diketahui bahwa belum semua guru lulus sertifikasi. Hal itu berarti profesionalisme guru di Karangrayung dikatakan masih kurang karena pengukuran profesionalisme guru dilihat pada sertifikasi yang diadakan oleh Dinas Pendidikan yaitu dari 83 orang guru yang ikut sertifikasi dan baru 67 guru yang lulus sertifikasi sedangkan 16 orang guru mengikuti PLPG. Dari data tersebut maka perlu adanya upaya peningkatan profesionalisme baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun Dinas Pendidikan terkait. Pentingnya profesionalisme diterangkan Undang Undang Guru dan Dosen menjabarkan tentang kompetensi guru dalam empat aspek, yakni kemampuan personal, sosial, pedagogik, dan kemampuan profesional. Kemampuan personal adalah kemampaun yang terkait dengan diri pribadi, seperti jujur, bisa menjadi tauladan, menunjukkan sikap tegas dan berwibawa, rapi, dan sebagainya. Kompetensi sosial menunjukkan kemampuan dalam berinteraksi dengan pihak lain, baik siswa, orang tua siswa, maupun warga masyarakat (Zamroni, 2007: 4). Untuk menjadi guru yang profesional perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan, pembinaan tersebut salah satunya dapat dilaksanakan oleh

77 kepala sekolah, sehingga dalam membina guru agar menjadi profesional diperlukan peran serta dari berbagai pihak diantaranya pengawas sekolah dan guru yang akan dibina. Pengawas sekolah dapat mengevaluasi apakah pembinaan yang dilakukan kepaala sekolah selama ini telah sesuai dengan aturan atau belum. Sedangkan guru harus mau dan mampu untuk dibimbing dan dibina kepala sekolah agar dapat menjadi guru yang memiliki kemampuan dan profesionalisme yang baik. P embinaan profesionalisme guru juga dapat dilakukan pada KKG pada setiap gugus. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk mengetengahkan masalah peningkatan profesionalisme guru untuk menguasai ilmu pengetahuan dan kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Peningkatan ini dilakukan dengan cara, salah satunya adalah melakukan kegiatan pada kelompok kerja guru. Dalam kegiatan kelompok kerja guru yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru ternyata masih menemukan beberapa bentuk permasalahan. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus penelitian ini yaitu Bagaimana pengelolaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung?. Selanjutnya dari focus penelitian dapat dijabarkan dalam sub fokus berikut ini: 1. Bagaimana perencanaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung?

78 2. Bagaimana pengorganisasian KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung? 3. Bagaimana pelaksanaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung? 4. Bagaimana pengevaluasian KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung, secara umum tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan perencanaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung. 2. Mendeskripsikan pengorganisasian KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung. 3. Mendeskripsikan pelaksanaan KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung. 4. Mendeskripsikan pengevaluasian KKG di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka manfaat yang dapat diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah:

79 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini berguna bagi seluruh para guru dalam Kelompok Kerja Guru di Gugus Sultan Agung untuk lebih mengetahui program-program yang dilaksanakan dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih profesional, bagaimana pengendalilan yang dilakukan dalam meningkatkan kemampuan profesional guru dan hambatan-hambatan yang dialami dalam meningkatkan kemampuan guru. 2. Manfaat Praktis Kegiatan Kelompok Guru (KKG) diharapkan mampu mengelola dan mendukung program pemerintah dalam mewujudkan guru yang profesional. Dengan demikian, secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua guru di Gugus Sultan Agung Dabin 6 Karangrayung agar lebih meningkatkan profesionalisme guru. E. Definisi Istilah 1. KKG KKG (Kelompok Kerja Guru) merupakan suatu wadah bagi guruguru untuk menyalurkan aspirasinya guna meningkatkan kualitas pembelajaran di suatu wilayah. 2. Pengelolaan Pengelolaan merupakan suatu usaha untuk memanajemen jalannya kegiatan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar, serta untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

80 3. Pengelolaan KKG Pengelolaan yang ditujukan guna memperlancar program KKG di suatu gugus, yang meliputi perencanaan (program KKG, jadwal pelaksanaan kegiatan KKG), pengorganisasian KKG (kepengurusan KKG), pelaksanaan KKG, dan Evaluasi serta tindak lanjut kegiatan KKG.