BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan masukan dan pengeluaran asupan zat gizi. Asupan. ketiga zat gizi tersebut merupakan zat gizi makro yang diperlukan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. lemak, karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan. serta tumbuh kembang anak (Anggaraini, 2003:11).

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

MANFAAT SARAPAN PAGI TERHADAP PRESTASI ANAK SEKOLAH DASAR ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. tidak saja masalah kekurangan zat-zat esensial, tetapi juga masalah gizi lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah remaja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang. Berdasarkan Riskesdas (2013), dilaporkan bahwa angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan kota metropolitan yang terbagi. Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kep.Seribu (Riskesdas 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas secara optimal setelah bangun pagi. Sarapan akan menyebabkan kadar gula darah kembali normal setelah 8-10 jam tidak makan. Hasil analisa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat, yaitu sekitar 3500 anak usia sekolah (6-12 tahun) yang hanya sarapan dengan minuman dan asupan energi dari sarapan kurang dari AKG energi. Sebelum mengawali hari, sarapan sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan, pentingnya sarapan juga untuk mengisi bahan bakar sehingga kebutuhan energi terpenuhi sepanjang hari. Sarapan juga baik untuk menurunkan tingkat obesitas yang masih menjadi masalah gizi di Indonesia, remaja yang rutin sarapan setiap hari umumnya bisa menjaga porsi makan pada makan selanjutnya. Kebiasaan sarapan juga termasuk kedalam PUGS (Pesan Umum Gizi Seimbang) yang dibuat oleh DepKes pada tahun 2002, yaitu pada pesan ke-8 yang disebutkan Biasakanlah sarapan untuk memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan produktivitas kerja.sarapan 1

menyumbang 15-30% pemenuhan kalori dari kebutuhan sehari. Kebutuhan energi sehari pada usia 16-18 tahun yaitu sebesar 2.200 2.600 kkal. Namun sangat disayangkan sebesar 26,1 % anak Indonesia hanya mengonsumsi minuman (air putih, teh atau susu) dan sekitar 44,6% yang kurang atau bahkan tidak sarapan ini menurut data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010. Banyak masyarakat Indonesia terutama anak-anak, remaja, dan dewasa yang beranggapan salah mengenai sarapan, mereka mengira hanya mengkonsumsi air putih, teh, kopi, susu atau sepotong kue kecil untuk sarapan. Selain itu makan pada jam 10 pagi atau jam istirahat sekolah atau kerja dianggap sebagai sarapan menurut Prof. Dr. Hardiansyah, MS, Ketua Umum PERGIZI Indonesia. Banyak manfaat yang hilang jika melewatkan waktu sarapan seperti kurang kemampuan daya ingat atau kognitif remaja, kurangnya konsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan di sekolah, kurang berstamina sepanjang hari, selain itu remaja juga akan sering merasa pusing dan sakit. Selain itu juga sarapan dapat mengontrol berat badan, seorang yang tidak sarapan cenderung merasa lapar pada saat makan siang, sore atau malam bahkan akan lebih sering mengemil. Sarapan juga sebagai salah satu cara untuk mewujudkan perilaku gizi seimbang, namun masyarakat Indonesia masih belum menjadikan sarapan sebagai budaya setiap hari. 2

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan dan penggunaan zat zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009). Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya adalah asupan energi dan zat gizi, jenis kelamin, kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan penyakit infeksi (Brown 2005). Konsumsi makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat- zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat zat gizi esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Baik pada status gizi kurang maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi. Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah bila susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, aktivitas fisik dan penyakit infeksi. Faktor faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat zat gizi tidak sampai ke sel sel tubuh setelah makanan dikonsumsi (Almatsier, 2009). 3

Menurut World Health Organization atau WHO (2007) remaja adalah anak yang mencapai 10 19 tahun. Remaja merupakan sumber daya manusia yang paling potensial dalam sebuah negara karena remaja merupakan penerus bangsa. Remaja akan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas jika sejak dini terpenuhi kebutuhan gizinya. Masa remaja jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun, memang sebuah dunia yang lenggang ; dan rentan dalam artian fisik, psikis, sosial dan gizi. Ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan. Pertama, percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi lain. Ketiga, kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas (Arisman, 2004). Masa remaja adalah masa mencari identitas diri, adanya keinginan untuk dapat diterima oleh teman sebaya dan tertarik oleh lawan jenis menyebabkan remaja sangat menjaga penampilan. Hal tersebut sangat berpengaruh pada pola makan, seperti pemilihan bahan makanan dan frekuensi makan. Remaja yang umumnya takut merasa gemuk lebih 4

menghindari sarapan dan makan siang atau hanya makan sekali sehari. Permasalah gizi yang terjadi pada remaja diantaranya Indeks Masa Tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Daniel tahun 1977 (dalam Arisman, 2004) bahwa hampir 50% remaja, terutama remaja yang lebih tua tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang menyakini bahwa sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. remaja putri melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain itu juga dapat menganggu nafsu makan. Menurut Soetardjo (2011) remaja putri merupakan golongan umur yang sensitif terhadap perilaku makan. Golongan ini mulai menjaga penampilan tubuh diantaranya melalui pembatasan diet, termasuk tidak sarapan. Studi penelitian yang dilakukan oleh Septiadewi dan Briawan (2010) menunjukkan sebanyak 30% remaja wanita untuk memperoleh bentuk tubuh ideal diantaranya dengan cara sengaja melewatkan waktu makan, baik makan pagi, siang, atau malam. Pada hasil studi penelitian yang dilakukan oleh Sjoberg et al. (2003) dalam Matthys et al, (2006) menyimpulkan bahwa remaja putri yang sarapan secara teratur memiliki asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang tidak teratur sarapan. 5

Menurut Analisa Riset Dasar Kesehatan Nasional (RISKESDAS) 2010, secara nasional prevalensi status gizi anak pendek terendah pada kelompok umur 16-18 tahun. Prevalensi status gizi anak kurus pada usia 16-18 tahun adalah 8,9 persen. Terkait dengan masalah gizi penduduk adalah masalah asupan makanan yang tidak seimbang. Secara nasional, penduduk Indonesia yang mengkosnsumsi energi dan protein dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia) sebesar 40,7 % sedangkan konsumsi protein (kurang dari 80 persen dari angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia) sebesar 37%. Menurut hasil Riskesdas 2010 status gizi remaja usia 16-18 tahun berdasarkan Indeks Masa Tubuh/Umur sebesar 1,3 % remaja yang sangat kurus di Provinsi Lampung, 4,3% kurus, 93,8% normal, dan 0,7% remaja yang gemuk. Sedangkan dari tabel rata-rata kecukupan konsumsi energi dan protein dan presentase kelompok umur 16-18 tahun yang mengkonsumsinya tertinggi yaitu sebesar 66,2% untuk konsumsi energi yang kurang dari 70% dari AKG, dan untuk konsumsi protein kurang dari 80% dari AKG sebesar 50,3%. Dari hasil data Riskesdas 2010 penulisinginmeneliti status giziremajausia 16-18 tahun di Provinsi Lampung yang rata-rata kecukupan konsumsi energi dan proteinnya kurang dari kebutuhan minimal dilihat dari pola makan sehari yaitu pola makan sarapan. 6

B. Identifikasi Masalah Secara umum status gizi berkaitan dengan keseimbangan asupan zat gizi di dalam tubuh. Keseimbangan asupan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai factor baik yang berasal dari tubuh yaitu metabolism maupun dari luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup yang berperan mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Kebiasaan makan pada masa remaja biasanya akan berubah. Pada puncak kecepatan pertumbuhan remaja akan lebih sering dan lebih banyak makan dari biasanya. Selain itu ada beberapa kebiasaan makan remaja yang khas dan berbeda dari usia lainnya yaitu salah satunya tidak sarapan. Sarapan itu sendiri meyumbang 15-30% dari kebutuhan energi sehari remaja. 7

C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian iniada beberapa masalah yang akan diteliti. Tetapi karena keterbatasan pengetahuan, waktu, tenaga dan dana penulis, maka penelitian ini hanya membahas tentang HUBUNGAN SARAPAN, KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP STATUS GIZI REMAJA USIA 16-18 TAHUN DI PROPINSI LAMPUNG, agar penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam. Penelitian ini menggunakan hipotesa asosiatif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian adalah apakah ada hubungan sarapan, kecukupan energi dan protein terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Propinsi Lampung. 8

E. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Mengetahui hubungan sarapan, kecukupan energi dan protein terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung. b. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain : 1) Mengidentifikasi sarapan remaja 2) Mengidentifikasi kecukupan asupan energi sarapan pada remaja 3) Mengidentifikasi kecukupan asupan protein sarapan pada remaja 4) Mengidentifikasi status gizi remaja 5) Menganalisa hubungan asupan energi, protein pada sarapan dengan status gizi remaja 6) Menganalisa hubungan kecukupan energi, protein pada sarapan dengan status gizi remaja 9

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi mahasiswa Menambah pengetahuan dan pengalaman serta menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan di Jurusan Ilmu Gizi, FIKES, Universitas Esa Unggul. 2. Bagi Institusi Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan pada upaya peningkatan sarapan pada remaja sehingga kecukupan energi dan protein terpenuhi serta memperbaiki status gizi remaja. 10

3. Bagi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan bagi praktisi maupun mahasiswa gizi mengenai hubungan sarapan dengan kecukupan energi dan protein terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung (Analisa Data Sekunder Riskesdas Tahun 2010). 4. Bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai sarana mendalami masalah mengenai hubungan sarapan, kecukupan energi dan protein terhadap status gizi remaja usia 16-18 tahun di Provinsi Lampung (Analisa Data Sekunder Riskesdas Tahun 2010). Serta dapat digunakan sebagai syarat kelulusan Sarjana Gizi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul. 11