I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia. Menurut Fauzi (2006), hutan termasuk sumber daya alam terbarukan. Sumber daya ini merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa lingkungan. Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki bebagai manfaat yang dapat diberikan bagi kehidupan manusia. Menurut Nilsson dalam Suhendang (2002) macam-macam fungsi hutan dapat dikelompokan ke dalam fungsi untuk: 1) menghasilkan kayu industri, 2) menghasilkan kayu bakar dan arang, 3) menghasilkan hasil hutan bukan kayu, 4) menyediakan lahan untuk pemukiman manusia dan pertanian, 5) memberikan perlindungan terhadap siklus air dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) dan pengendalian erosi, 6) tempat penyimpanan karbon, 7) pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat serta, 8) obyek ekoturisme dan rekreasi alam. Terkait dengan fungsi hutan sebagai perlindungan siklus air dalam DAS, keberadaan pohon-pohon dari hutan dalam DAS sangatlah penting. Apabila pohon-pohon tersebut ditebang habis maka air hujan yang jatuh
dalam DAS akan langsung mengalir melalui aliran permukaan tanpa terserap terlebih dahulu ke dalam tanah. Air merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Peningkatan jumlah penduduk terkadang menimbulkan masalah mengenai fluktuasi kuantitas air serta penurunan kualitas air. Penyediaan air yang baik secara kualitas maupun kuantitas erat kaitannya dengan pengelolaan DAS sebagai daerah sumber air. Menurut Tim Studi PES RMI (2007) Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa. DAS Brantas sebagai sumber mata air bagi sektor pertanian, industri serta jasa. Kontribusi DAS Brantas sangat besar bagi kegiatan ekonomi di Kota Batu dan Kota Malang. Segala aktivitas ekonomi dapat berjalan lancar apabila didukung dengan terjaganya kondisi hulu DAS Brantas Pada awalnya, di daerah tersebut terdapat 13 mata air, akan tetapi saat ini jumlah mata air tersebut semakin berkurang. Penyebab berkurangnya disebabkan aktifitas yang berlebihan dari masyarakat, pengusaha, petani maupun penebang liar di hutan sekitar mata air tersebut. Aktifias berlebihan tidak hanya menurunkan kuantitas air namun juga menurunkan kualitas air. Penurunan kualitas dan kuantitas air yang terjadi di DAS Brantas dapat memicu konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air. Guna mengatasi potensi konflik dan kompetisi diperlukan solusi dalam mengelola DAS Brantas. Salah satu instrument ekonomi yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah melalui penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). PJL merupakan pembayaran jasa lingkungan antara pemanfaat jasa maupun penyedia jasa. Hal ini bertujuan agar masyarakat di daerah hulu sebagai penyedia jasa lingkungan memperoleh intensif atas upaya konservasi hutan dan upaya tata guna lahan bagi kepentingan tata guna 2
air di bagian hulu. Masyarakat di daerah hilir sebagai pemanfaat jasa lingkungan dapat memanfaatkan ketersediaan air secara berkelanjutan sehingga dapat mendukung berbagai kegiatan ekonomi. Berdasarkan kondisi DAS Brantas saat ini, peneliti merasa perlu adanya studi yang mengkaji mengenai besarnya nilai pembayaran yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan. Kajian dilakukan dengan menggunakan pendekatan Contingent Valuation Method (CVM). CVM merupakan salah satu pendekatan ekonomi dalam menentukan nilai ekonomi dari suatu barang lingkungan. CVM dapat memberikan informasi mengenai nilai perbaikan jasa lingkungan berdasarkan jumlah nominal yang bersedia diterima masyarakat. 1.2 Perumusan Masalah Pembayaran jasa lingkungan (PJL) dalam model hubungan hulu-hilir di DAS Brantas pernah dilaksanakan pada tahun 2004. PJL dilakukan antara Perum Jasa Tirta I (PJT-I) sebagai pemanfaat dengan masyarakat Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu. Masyarakat yang mengikuti program ini adalah Kelompok Tani Sumber Urip Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu, dikarenakan lahan-lahan yang digunakan dalam program ini adalah lahan yang dikelola oleh para petani tersebut. PJT-I sebagai pihak yang wajib mengeluarkan dana atas PJL DAS Brantas menyerahkan dana tersebut kepada Yayasan Pengembangan Pedesaan (YPP). YPP merupakan pihak yang berperan sebagai perantara dari proses PJL DAS Brantas. Kesepakatan antara YPP dengan petani berlangsung selama 12 bulan. 3
Kesepakatan dalam hubungan hulu-hilir ini mewajibkan PJT-I menyerahkan dana PJL sebesar Rp. 25.500.000 kepada masyarakat untuk lahan seluas 17,72 ha. Dana dalam program ini diberikan kepada masyarakat dan digunakan untuk pembelian bibit tanaman, pupuk untuk perawatan serta melakukan pelatihan bagi para petani 1. Masyarakat sebagai pihak yang menerima dana PJL diwajibkan untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tersebut meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiraman dan lain sebagainya secara swadaya sampai tanaman tersebut masuk masa panen. Hasil panen tanaman tersebut sepenuhnya sebagai milik masyarakat namun, untuk hasil kayu masyarakat harus memperolehnya dengan sistem tebang pilih sesuai dengan perjanjian. Sistem tebang pilih ini dimaksudkan untuk tetap menjaga kondisi DAS Brantas. Setelah program berjalan selama 12 bulan, pihak PJT-I akan melakukan negoisasi kembali saat tanaman masyarakat tumbuh dengan baik. Pada tahun 2010 tanaman masyarakat khususnya tanaman kayu telah mulai memasuki masa panen, sehingga PJT-I mulai merencanakan untuk melakukan negoisasi dengan masyarakat untuk menentukan nilai PJL. Program ini merupakan program yang seharusnya terlaksana secara berkesinambungan. Oleh karena itu, diperlukan nilai yang sesuai dengan upaya masyarakat dalam mengkonservasi DAS Brantas sesuai dengan presepsi petani tersebut. Nilai dari dana pembayaran jasa lingkungan yang sesuai dengan upaya masyarakat dalam mengkonservasi DAS Brantas akan mampu mendukung terlaksananya pembayaran jasa lingkungan secara berkelanjutan. Sehingga, dalam penelitian ini 1 Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Kartomo pada tanggal 29 November 2010 4
akan mencoba mencari nilai Willingness to Accept (WTA) terhadap PJL dari presepsi petani atas upaya konservasi yang mereka lakukan di DAS Brantas. Berdasarkan uraian diatas, beberapa permasalahan yang dapat ditarik yaitu: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 2. Berapakah besarnya dana kompensasi yang mau diterima masyarakat (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis persepsi masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 2. Mengestimasi besarnya dana kompensasi yang mau diterima masyarakat (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian tentang penilaian jasa lingkungan diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Peneliti dan mahasiswa sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya. 2. Perum Jasa Tirta I (PJT I) sebagai bahan masukan untuk melakukan penyesuaian antara keinginan membayar PJT I sebagai pemanfaat jasa 5
lingkungan DAS Brantas dengan keinginan masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan DAS Brantas. 3. Pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan terkait penerapan kebijakan dalam pengelolaan DAS Brantas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Wilayah penelitian dilakukan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu 2. Objek penelitian adalah program pembayaran jasa lingkungan dan masyarakat yang tinggal di wilayah penelitian. 3. Penelitian hanya dilakukan pada daerah hulu dari pembayaran jasa lingkungan karena ingin melihat bagaimana partisipasi masyarakat dalam program pembayaran jasa lingkungan. 6