Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Islam tertua di Indonesia, yang keberadaannya masih eksis hingga

BAB I PENDAHULUAN. jasmaniah dan rohaniah berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

IMPLEMENTASI MODEL PENDIDIKAN PESANTREN DI AL WUSTHO ISLAMIC DIGITAL BOARDING COLLEGE CEMANI SUKOHARJO

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

I. PENDAHULUAN. oleh Durkheim (Betty Schraf, 1995), bahwa fungsi agama adalah. mempertahankan dan memperkuat solidaritas dan kewajiban sosial pada

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana penting dalam kehidupan manusia

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama khususnya Pendidikan agama Islam sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB 1 PENDAHULUAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

PENINGKATAN KECERDASAN DAN KREATIVITAS SISWA (Improving Students Intelligence and Creativity)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(bisnis) sehingga istilah entrepreneur dapat diartikan sebagai orang yang berani atau perkasa dalam usaha/bisnis. (Arman Hakim Nasution, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, da wah amar ma rūf nahī

BAB I PENDAHULUAN. Quran menjelaskan bahwa manusia itu makhluk yang mempunyai dua fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

Bismilahirohmanirohim Assalamu alaikum Wr. Wb

MAN DARUSSALAM CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya. proses Islamisasi itu adalah pendidikan.

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sekolah benar-benar sangat diperlukan, karena sekolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA AL-QUR AN PADA SISWA DI SMP 3 TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Abd A la dalam bukunya pembaruan pesantren menyebutkan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan, pendidikan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

Analisis Deskriptif Pondok Pesantren, Pendidikan Diniyah dan TPQ 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

2.01. Jumlah Pondok Pesantren dan Tipologinya *) Tahun Pelajaran 2011/2012. Jumlah Pontren Berdasarkan Tipe. No. Provinsi PP

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan koperasi di Negara-negara Eropa Barat dan Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah mengetahui dan memiliki nilai-nilai hidup, norma-norma kesusilaan,

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

II. METODOLOGI.

BAB I PENDAHULUAN. Hijriyah atau pada abad ke tujuh Masehi. Ketika itu, berbagai agama dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TESIS EKO NURSALIM Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Islam. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN. karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif yang

Daftar Isi. Daftar Isi... PraTA'DIB...

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAAN PROBOLINGGO TAHUN

BAB 6 PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang. diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang pasti akan dialami oleh setiap individu atau organisasi. Ketika

MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN ALIRSYAD DITINJAU DARI ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN TESIS

Dhiaul Huda. Sejarah Pendirian

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di. bidang pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa benda (tangible culture) atau budaya-budaya non-benda (intangible

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren yang dikenal berbasis Entrepreneur. Hal ini bisa dibuktikan dengan

Meski siswa SMK pakainnya penuh oli lantaran bergelut dengan mesin otomotif, tetap tunaikan shalat tanpa alasan tanggung kotor.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pondok Pesantren bertugas untuk mencetak manusia yang benarbenar

Transkripsi:

TA DIB, Volume V, No. 1, (November 2016) eissn 2528-5092 Daftar Isi Daftar Isi... PraTA'DIB... i iii Implementasi Penilaian Otentik dalam Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences di Sekolah Dasar Islam Terpadu Buahati Jakarta Alhamuddin... 1-8 Kepemimpinan Kyai Dalam Menjaga Tradisi Pesantren Helmi Aziz, Nadri Taja... 9-18 Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Bashori... 19-28 Model Pesantren Kewirausahaan di Era Kompetisi Hasbi Indra... 29-38 Model Pengembangan Kreativitas Melalui Permainan Konstruktif (PKPK) dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia Dini Masnipal... 39-48 Pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral di Taman Kanak-Kanak Arif Hakim... 49-60 Implementasi Pembentukan Karakter pada Peserta Didik di MI Asih Putera Kota Cimahi Enoh, Khambali... 61-70 Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di STIK Bina Husada Palembang Maryance... 71-76 Perilaku Prososial Remaja dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islami Nurul Afrianti, Dian Anggraeni... 77-90 Perbandingan Implementasi Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran PAI di SMP Negeri 5 Bandung dan SMP Negeri 51 Bandung Yuyun Juariah... 91-98 Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan Seksual Siska Lis Sulistiani... 99-108 Kontribusi Pendidikan Agama Islam terhadap Perubahan Sikap Keagamaan Mahasiswa Di STIK Bina Husada Palembang Rahmi Musaddas...109-114 Petunjuk Penulis...115-116 i

ii eissn 2528-5092

TA DIB, Volume V, No. 1, (November 2016) PRATA DIB Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga Jurnal Ta dib: Jurnal Pendidikan Islam Volume V Nomor 1 Tahun 2016 dapat hadir kembali di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung setelah lama vakum dari aktivitas penerbitan. Jurnal ta dib merupakan arena atau ruang bagi pengungkapan gagasan dan pemikiran yang berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan Islam, baik secara teoretis maupun praktis. Tulisan yang tampil dalam volume ini dibuka dengan perbincangan seputar masalah penilaian pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penulis menawarkan model penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan salah satu bentuk penilaian yang tidak hanya menekankan pada hasil, namun juga memperhatikan aspek proses. Penilaian otentik menekankan paada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh peserta didik dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes yang didasarkan pada norma formal, akan tetapi mengacu pada kriteria tertentu atau ipsative (yaitu tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan prestasinya yang lalu). Selain paparan mengenai penilaian otentik, dalam jurnal ini juga dipaparkan mengenai kepemimpinan madrasah dan pesantren dalam rangka meningkatkan layanan mutu pendidikan Islam. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim pesantren dan madrasah yang kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang kondusif akan menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula. Di samping gaya kepemimpinan yang perlu diperhatikan oleh lembaga pesantren. Lembaga pesantren perlu tuntutan dan tuntunan di era perdagangan bebas. Saat ini era majunya ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan umat manusia dan juga memiliki dampak negatif terhadap norma agama dan nilai-nilai utama kehidupan umat manusia yang bersumber dari nilai ketuhanan. Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi keadilan dalam penyelenggaraan perekonomian dalam menciptakan kesejahteraan umat manusia dan semakin intens menyiapkan para santri dengan jiwa entrepreneurship serta berbagai skill untuk kehidupannya sehingga dapat bersaing di era perdagangan bebas. Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga diangkat dalam paparan volume ini. Model pengembangan kreativitas melalui permainan konstruktif (PKPK) dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif anak-anak di Indonesia masih rendah dibanding dengan kemampuan kreatif anak-anak Negara tetangga semisal Malaysia, Singapore dan Brunei Darussalam. Penanaman kemampuan berpikir kreatif sejak dini akan sangat mendukung peningkatan kemampuan anak di usia berikutnya. Di samping kemampuan berpikir kreatif, pengembangan nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Akhirnya redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan gagasan dan pemikirannya. Sehingga gagasan dan pemikiran yang dituangkan dalam Jurnal Ta dib volume ini dapat membangun dialog yang lebih dalam dan dapat dijadikan rujukan dalam mengtasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat khususnya pendidikan Islam. Redaksi Ta dib iii

daftar isi iv eissn 2528-5092

TA DIB, Volume V, No. 1, (November 2016) KEPEMIMPINAN KYAI DALAM MENJAGA TRADISI PESANTREN (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Khalafi Al-Mu awanah Kabupaten Bandung Barat) HELMI AZIZ 1 NADRI TAJA 2 1, 2 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Bandung Jln. Ranggagading No. 8 Bandung Email: 1 helmiaziz87@gmail.com, 2 nadritaja@gmail.com Abstract A cottage of Al-Mu awanah Pesantren district of west Bandung to develop an integrated educational system by combining education of salafi and modern or called pesantren system Khalafi. Al-Mu awanah Pesantren has distinctive features Salafi pesantren such as teaching recitstion yellow book/classic (atturats book) with sorogan and wetonan system, and at the same time have a formal school. Leaders of Al-Mu awanah Pesantren west Bandung regency Khalafi Pesantren assume that system of Pesantren Khalafi is the best system to be implemented in Pesantren. When the Salaf system reform using Khalafi Pesantren system, in fear Pesantren have not be able to maintain the tradition has ancient roots. Therefore, the leadership of kyai is very important in maintaining the tradition of pesantren salaf. Leadership Kyai in pesantren Al-Mu awanah west Bandung regency is leadership that is capable of holding the principle of local value, and ably interact face of global values. The leadership makes Al-Mu awanah Pesantren can maintain tradition so as to face the global values that struck in Al-Mu awanah Pesantren district of west Bandung. Keywords: Leadership of Kyai, Tradition of Pesantren, Pesantren of Khalafi Abstrak Pondok Pesantren Al-Mu awanah Kab. Bandung Barat melakukan pengembangan sistem pendidikan terpadu dengan mengkombinasikan pendidikan salafi dan modern atau biasa disebut sistem pesantren khalafi. Pesantren Al-Mu awanah memiliki ciri khas pesantren salafi seperti pengajian kitab kuning/ klasik (kutub atturats) dengan sistem sorogan dan wetonan, dan pada waktu yang sama memiliki sekolah formal. Pimpinan pesantren Al-Mu awanah Kab. Bandung Barat beranggapan bahwa sistem pesantren khalafi adalah sistem terbaik untuk diimplementasikan di pesantren. Ketika sistem salaf melakukan pembaharuan dengan menggunakan sistem pesantren khalafi, dikhawatirkan pesantren tidak mampu mempertahankan tradisi yang sudah mengakar. Oleh karena itu, kepemimpinan kyai sangat penting dalam mempertahankan tradisi pesantren salaf. Kepemimpinan kyai di pondok pesantren Al-Mu awanah Kab. Bandung Barat adalah kepemimpinan yang mampu memegang prinsip nilai lokal, dan cakap berinteraksi menghadapi nilai-nilai global. Kepemimpinan tersebut membuat pondok pesantren Al- Mu awanah dapat mempertahankan tradisi pesantren yang telah mengakar sehingga mampu menghadapi nilai-nilai global yang melanda di pondok pesantren Al-Mu awanah Kab. Bandung Barat. Kata Kunci: Kepemimpinan Kyai, Tradisi Pesantren, Pesantren Khalafi Pendahuluan Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia dengan karakteristik yang tidak hanya identik dengan makna keislaman melainkan juga indigenous (Hasbullah, 1995: 149). Karakteristik keaslian pesantren terlihat dari penguasaan pada pembacaan kitab dengan model wetonan, pembahasan-pembahasan kitab klasik berbahasa Arab melalui terjemahan ke dalam bahasa Jawa yang khas hanya dipakai dalam pesantren ketika mereka mengaji kitab yang hingga kini justru merupakan lambang ketinggian ilmu (Rahardjo, 1974: 6). Pada awal kelahirannya, pondok pesantren memiliki peran penting dalam proses transformasi nilai-nilai keislaman dan transformasi ilmu pengetahuan. Pesantren 9