Daftar Pertanyaan ke Apotek Yakin Sehat Medan. - Bagaimanakah bentuk-bentuk maupun contoh obat yang mengandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BBPOM DALAM PENGAWASAN TERHADAP DISTRIBUSI OBAT TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. kesehatannya banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat mulai dari melakukan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR PRA PENDADARAN... HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii. HALAMAN MOTTO...

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK DEPTH INTERVIEW WAWANCARA MENDALAM. 1. Daftar wawancara Kepala Lembaga Pembinaan dan Perlindungan

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA BALAI POM DI PALU PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Faktor Internal. No Indikator Parameter Skor 1. Ketersediaan bahan baku obat tradisional

III. METODE PENELITIAN. empiris, Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

Resep Alam, Warisan Nenek Moyang. (Jamu untuk Remaja, Dewasa, dan Anak-anak)

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TINGKAT UNIT KERJA/SKPD/SATUAN KERJA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB XX KETENTUAN PIDANA

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

Jalur Distribusi Obat

yang mengandung bahan-bahan kimia berbahaya, khususnya makanan basah dibutuhkan oleh manusia. Namun, ketika isu formalin dan bahan-bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah : kepada oknum Dokter maupun Apoteker yang memang tidak mengindahkan

AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA ATAS PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT FENILBUTAZON DALAM JAMU LINURAT SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUGAS AKHIR OLEH: YULI ANNISA NIM

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 08 TAHUN 2010

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

I. PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD

Ibeni Hawa 1, Aditya Maulana Perdana Putra 2, Siska Musiam 3

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap masyarakat atau suku bangsa pada umumnya memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan obat bagi masyarakat merupakan salah satu komitmen pemerintah

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan masyarakat di Prabumulih kembali pada polapengobatan

Menimbang : Mengingat :

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

BAB I PENDAHULUAN. dirugikan. Begitu banyak dapat dibaca berita-berita yang mengungkapkan

I. PENDAHULUAN. dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

vii DAFTAR WAWANCARA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seperti tumbuhan yang sudah dibudidayakan maupun tumbuhan liar. Obat herbal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia memiliki sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan modal awal manusia untuk dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kejahatan dan pelanggaran hukum dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap keberadaan dan ketahanan hidup manusia. Mengingat kadar

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PEREDARAN OBAT TRADISIONAL TANPA IZIN EDAR YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA OBAT DI JAKARTA TKP. Permulaan Kasus. Langkah-langkah Pengamanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RechtsVinding Online

Obat. Written by bhumi Thursday, 15 March :26 -

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik. dan responsibilitas yang diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam yang tinggi. Kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia diperkirakan

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi perdagangan pangan sudah mulai meluas ke berbagai

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

STUDI KASUS Berdasarkan laporan dari masyarakat bahwa disinyalir Toko Kosmetik Berkah yang beralamat di JMP Lt. I Blok 22 Surabaya menjual kosmetik

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. setiap usaha dituntut agar selalu memiliki keunggulan untuk berbagai produk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pelayanan kesehatan formal, peranan obat tradisional sebagai

KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA PADANG dr. FERIMULYANI, M. Biomed

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Golongan A dengan kadar alkohol 1-5% 2. Golongan B dengan kadar alkohol 5-20% 3. Golongan C dengan kadar alkohol 20-55%

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2016, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN. Tahun 2007 No. 15 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 15 TAHUN 2007

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

Nomor : OR Kendari, 20 Januari 2016 Lampiran : 3 (tiga) lembar Hal : Perjanjian Kinerja Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasien yang menderita suatu penyakit membutuhkan adanya obat sebagai

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengawasan merupakan tindakan yang bersifat mengawasi yang dilakukan oleh

PERLINDUNGAN KONSUMEN ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

Transkripsi:

Daftar Pertanyaan ke Apotek Yakin Sehat Medan - Apakah definisi obat yang mengandung cacat tersembunyi menurut Apotek Yakin Sehat? - Adakah peraturan tertentu dari Apotek Yakin Sehat mengenai obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Bagaimanakah bentuk-bentuk maupun contoh obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Apa saja bentuk kerugian konsumen atas obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Bagaimana pendapat pihak Apotek Yakin Sehat menyangkut tanggung jawab pelaku usaha Apotek terhadap obat yang mengandung cacat tersembunyi dan adakah peraturan yang mengatur tanggung jawab tersebut?

Ringkasan Jawaban Wawancara Wawancara dijawab oleh Mimi Wong, pengelola Apotek Yakin Sehat Medan - Pengertian obat yang mengandung cacat tersembunyi menurut pengelola Apotek adalah kondisi dimana obat yang dibeli pembeli itu tidak sesuai semestinya dan pembeli tidak dapat mengetahuinya langsung saat pembelian, kecuali benar-benar dilihat dengan seksama atau dicoba langsung. - Contoh obat yang mengandung cacat tersembunyi juga diberikan oleh pengelola Apotek untuk memaparkan bentuk-bentuk obat yang mengandung cacat tersembunyi adalah obat inhaler (obat hirup), yang biasanya termasuk golongan obat keras. Obat inhaler merupakan obat hirup yang biasanya digunakan oleh penderita asma. Pernah obat inhaler ini ditemukan tidak memiliki isi di dalamnya yang ditandai dengan tidak adanya cairan-gas yang terhirup saat digunakan oleh pengguna, sehingga atas dasar inilah pengguna datang kembali ke Apotek untuk menukarnya. Cacat dari obat tersebut sifatnya tidak mudah diketahui sampai benar-benar digunakan oleh pengguna, cacat tersebut sangat tidak mudah dilihat dengan kasat mata. - Bentuk kerugian konsumen atas obat yang mengandung cacat tersembunyi adalah: a. Bagi pasien yang memerlukan pengobatan jangka panjang, obat yang mengandung cacat tersembunyi itu bisa mengakibatkan sasaran pengobatan tidak tercapai. Misalnya saja, suatu obat

dalam data statistik disebutkan bisa mengurangi serangan asma sampai 25 (dua puluh lima) persen atau mengurangi kemungkinan asma hingga 30 (tiga puluh) persen. Namun, karena adanya penggunaan obat yang mengandung cacat tersembunyi itu, persentase tersebut tidak tercapai. b. Dalam hal antibiotik yang mengandung cacat tersembunyi, bisa mengakibatkan resistensi. c. Obat yang mengandung cacat tersembunyi tersebut dapat pula menimbulkan penyakit lain pada pengguna, misalnya alergi. d. Kerugian yang paling fatal dari obat yang mengandung cacat tersembunyi adalah dapat merenggut nyawa pengguna. e. Dapat pula menyebabkan kerugian materi pada konsumen - Tanggung jawab pelaku usaha Apotek terhadap obat yang mengandung cacat tersembunyi adalah ketika obat tersebut diserahkan dalam kondisi bersegel kepada pembeli, maka segala kondisi yang terjadi di kemudian waktu, bukan merupakan tanggung jawab pelaku usaha Apotek lagi. Alasan pembatasan tanggung jawab demikian adalah karena pihak pelaku usaha Apotek tidak jarang menemui pembeli yang beritikad tidak baik, yaitu dengan menukar obat yang dibeli dalam kondisi baik di Apotek dengan obat dalam kondisi tidak baik ketika mereka meninggalkan Apotek. Namun apabila obat tersebut dibuka di hadapan pelaku usaha Apotek, maka pelaku usaha Apotek bisa berusaha membantu proses pengklaiman kembali obat tersebut ke pabrik obat yang bersangkutan dengan memberikan pengganti yang baru terlebih dahulu. Pelaku usaha Apotek senantiasa berusaha bersikap fair dalam berjualan.

Daftar Pertanyaan ke BPOM Medan Medan - Apakah definisi obat yang mengandung cacat tersembunyi menurut BPOM Medan? - Adakah peraturan tertentu dari BPOM Medan mengenai obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Bagaimanakah bentuk-bentuk maupun contoh obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Apa saja bentuk kerugian konsumen atas obat yang mengandung cacat tersembunyi? - Bagaimana pendapat pihak BPOM Medan menyangkut tanggung jawab pelaku usaha Apotek terhadap obat yang mengandung cacat tersembunyi dan adakah peraturan yang mengatur tanggung jawab tersebut?

Ringkasan Jawaban Wawancara Wawancara dijawab oleh Drs. Ramses, Kepala Seksi Penyidikan BPOM Medan - Istilah ataupun pengaturan tertentu atas obat yang mengandung cacat tersembunyi itu belum ada, yang ada adalah istilah ataupun pengaturan atas obat yang sifatnya sub-standar, mungkin Penulis dapat menafsirkannya sebagai cacat tersembunyi. Definisi obat yang sifatnya sub-standar adalah kondisi obat yang kenyataannya tidak sesuai yang dijanjikan, baik secara mutu, komposisi, maupun keamanan obat tersebut, ataupun kondisi obat yang pada saat peredarannya di masyarakat tidak sesuai dengan kondisi obat pada saat pendaftaran untuk izin edarnya. - Obat yang sifatnya sub-standar ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam kaitannya dengan pengawasan obat dan makanan digunakan sebagai pelengkap dengan acuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai dasar utama. Hal ini dikarenakan Undang-Undang Perlindungan Konsumen bersifat delik aduan, dimana harus ada pengaduan terlebih dahulu dari korban agar masalahnya dapat diproses secara hukum, sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetap bekerja mengawasi peredaran obat dan makanan meskipun tidak ada aduan apapun dari konsumen, sehingga acuan dasar atas obat yang

sifatnya sub-standar lebih didasarkan dahulu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. - Contoh obat yang sifatnya sub-standar (obat yang mengandung cacat tersembunyi), yaitu obat tradisional (Jamu Jawa Dwipa Cap Tawan Klanceng Pegal Linu Husada)*Penulis berkesempatan melihat dan mengambil foto obat tersebut. Obat tradisional tersebut dikatakan bersifat sub-standar karena pada saat pendaftaran obat tersebut didaftarkan tidak mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), namun pada kenyataannya obat tradisional tersebut diedarkan dengan mengandung Bahan Kimia Obat (BKO), yaitu Piroxicam dan Phenilbutazol. Pada dasarnya obat tradisional bersifat terapi, bukan mengobati, namun agar obat tradisional cepat laku di pasaran dan diminati, maka ditambah Bahan Kimia Obat (BKO) tertentu supaya khasiatnya dapat dirasakan dengan cepat. Contoh lainnya adalah komposisi obat tidak sama dengan seharusnya - Bentuk kerugian terkait obat yang sub-standar adalah pengkonsumsian atas obat tersebut bisa menyebabkan pemunculan penyakit baru yang sebelumnya tidak ada, karena obat yang mengandung cacat tersembunyi pada dasarnya tidak sesuai dengan mutu, komposisi dan mutu sebagaimana semestinya. - Tanggung jawab atas obat yang sub-standar adalah di pabrik pembuat obat tersebut. Setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengetahui adanya pabrik pembuat obat yang sifatnya sub-standar, maka