BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOMETRI BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 1 SELOGIRI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB IV HASIL PENELITIAN

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

Pendahuluan. Mika Wahyuning Utami et al., Tingkat Berpikir Siswa...

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

datar berdasarkan kemampuan berpikir geometris Van Hiele sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh : SITI NURAINI

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman Belajar sesuai Teori Berpikir van Hiele

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

DESAIN DIDAKTIS BANGUN RUANG SISI DATAR UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP

DESKRIPSI BUTIR ANGKET PENILAIAN MODUL MATEMATIKA PROGRAM BILINGUAL PADA MATERI SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB II KAJIAN TEORI A.

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

PENERAPAN TEORI BELAJAR VAN HIELE PADA MATERI GEOMETRI DI KELAS VIII

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

TEORI BELAJAR VAN HIELE

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

Sugiyarti Pendidikan Matematika-Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Respon Mahasiswa terhadap Desain Perkuliahan Geometri yang Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Pemahaman Siswa Pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori van Hiele

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

P - 69 MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR GEOMETRIS PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DENGAN TEORI VAN HIELE DAN PENDEKATAN PMRI

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

MENEMUKAN RUMUS LUAS LINGKARAN DENGAN KONTEKS TUTUP KALENG KUE BERBENTUK LINGKARAN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP DITINJAU DARI TEORI TINGKAT PERKEMBANGAN BERPIKIR GEOMETRI VAN HIELE

Oktavia et al., Analisis Penyajian Pembelajaran...

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Deslyn Everina Simatupang, 2014

PENINGKATAN LEVEL BERPIKIR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOMETRI DENGAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,

PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PROSES BERFIKIR VAN HIELE

PROFIL BERPIKIR GEOMETRIS PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Desain Perkuliahan Geometri dalam Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru

IMPLIKASI TEORI VAN HIELLE DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

LEVEL BERPIKIR SISWA SMP BERGAYA KOGNITIF REFLEKSIF DAN IMPULSIFMENURUT TEORI VAN HIELE PADA MATERI SEGITIGA

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA

DESKRIPSI BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMA MENURUT TINGKATAN VAN HIELE DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI GEOMETRIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP NEGERI 2 AMBARAWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laswadi, 2015

BAB II TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE, PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. Nia Kania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

Darta Prodi Pendidikan Matematika Universitas Pasundan Bandung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional:

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB I PENDAHULUAN. Konsep matematika merupakan ilmu dasar bagi pengembangan sains dan

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 PENILAIAN BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN FASE BELAJAR MODEL VAN HIELE PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP ISLAM AL-AZHAAR TULUNGAGUNG

MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN RELASIONAL SISWA MENGENAI LUAS BANGUN DATAR SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN PMRI

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Geometri Van Hiele. a) Kemampuan berpikir geometri Van Hiele

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI KONSEP BANGUN DATAR SEGIEMPAT BERDASARKAN TINGKAT BERFIKIR VAN HIELE DI KELAS VII SMPN 3 PADANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geometri merupakan salah satu bagian dari ilmu matematika yang mempelajari titik, garis, bangun, hubungan antara garis, panjang, luas, volume, dan lain-lain (Baykul dalam Biber, 2013). Geometri juga mempelajari bentuk dan struktur bentuk serta kaitan antara satu bentuk dengan bentuk lainnya. Dengan kata lain, pembelajaran geometri melatih siswa untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lainnya. Siswa dituntut untuk dapat menggunakan konsep-konsep geometri yang telah dipelajari sebelumnya agar dapat menjawab suatu permasalahan geometri dan siswa dapat menganalisa dan memberikan alasan yang tepat menurut teori-teori geometri terkait. Oleh karena itu, pembelajaran geometri dikatakan dapat melatih kemampuan siswa dalam memberikan alasan secara deduktif (deductive reasoning) dan membuktikan (proving) (Halat, 2006). National Conference of Teachers in Mathematics (NCTM) (Halat 2007) menyebutkan bahwa pembelajaran geometri di sekolah menengah bertujuan agar siswa mengenal sifatsifat bangun serta dapat menghubungkan sifat-sifat yang telah dipelajari dalam penarikan simpulan atau pendapat secara informal. Pembelajaran geometri pada tingkat sekolah menengah pertama diharapkan mampu membantu siswa mencapai tingkat berpikir geometri. Pembelajaran geometri dijelaskan dalam beberapa teori, salah satunya adalah teori Van Hiele. Teori ini sesuai dengan tingkat berpikir siswa SMP. Dalam teori Piaget, dijelaskan bahwa siswa pada umur 11 tahun keatas berada pada tahap berpikir formal. Pada tahap berpikir formal siswa pada umumnya masih berpikir konkret yaitu dengan cara visualisasi dan kesulitan memahami definisi dengan menggunakan kalimat formal. Keadaan siswa yang demikian dapat diatasi dengan pembelajaran geometri berdasarkan teori Van Hiele karena pada teori Van Hiele pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan informal-induktif sehingga siswa yang kesulitan memahami to definisi user formal dapat belajar dengan 1

2 pendekatan informal (Yadil, 2009). Tingkat berpikir geometri siswa diterangkan pada level berpikir geometri Van Hiele Terdapat 5 tingkat berpikir geometri Van Hiele yaitu: 1) Level 0 Visualisation (Visualisasi), 2) Level 1 Analysis (Analisis), 3) Level 2 Informal Deductive (Deduksi Informal), 4) Level 3 Deduction (Deduksi), 5) Level 4 Rigor (Crowley, 1987). Pada Level 2 Deduksi Informal, siswa telah mampu berpikir geometri dengan memberikan alasan atau bukti secara informal. Pada Level 3 Deduksi, siswa dapat menunjukkan cara berpikir deduksi dengan menggunakan aksioma, postulat, teorema, dan pembuktian. Merujuk pada tujuan dari pembelajaran geometri yang berada pada level sekolah menengah pertama yaitu untuk mencapaai kemampuan memberikan alasan deduktif (deductive reasoning), maka Level 2 tingkat berpikir geometri Van Hiele merupakan tujuan dari pembelajaran geometri di sekolah menengah pertama. Hasil prasurvai juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa belum sampai pada level berpikir deduksi informal. Prasurvai dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan segiempat kepada siswa kelas VII di SMPN 1 Selogiri. Presentase siswa yang mampu menjawab lebih dari 60% benar untuk pertanyaan pada level 0 (Visualisasi) adalah 39,5%. Persentase siswa mampu menjawab 60% benar untuk pertanyaan sifat-sifat segiempat yang merupakan pertanyaan untuk level 1 (Analisis) adalah 40,69 %. Namun, hanya 19,7% siswa yang mampu menjawab 60% benar untuk pertanyaan pada Level 2 (Deduksi Informal). Siswa masih kesulitan dalam membedakan apakah persegi merupakan bagian persegi panjang atau sebaliknya. Meskipun geometri telihat lebih mudah dipelajari karena mempelajari bentukbentuk yang visual bukan abstrak seperti kebanyakan materi ajar matematika, tetapi masih banyak siswa yang mengalami kekeliruan dan kesulitan dalam belajar geometri (NCTM dalam Biber, 2013). Safrina (2014) juga menyatakan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran geometri karena strategi pembelajaran tidak sesuai dengan materi, serta pembelajaran belum disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir geometri siswa. Hal ini sesuai dengan teori Van Hiele yang menyatakan bahwa siswa dengan level berpikir berbeda memiliki cara pikir beda serta bahasa to user yang berbeda sehingga sering terjadi

3 kesalahpahaman jika dua orang dengan tingkat berpikir berbeda berdiskusi. Dengan demikian, pembelajaran geometri menjadi sulit dimengerti dikarenakan strategi pembelajaran yang tidak disesuaikan dengan tingkat berpikir geometri siswa padahal dalam satu kelas terdapat beragam level berpikir geometri. Studi internasional juga menunjukkan bahwa banyak siswa memiliki masalah dalam hal mengklasifikasi segiempat dan memberikan definisi yang tepat pada masing-masing jenis segiempat (Currie and Pegg, 1998; de Villiers, 1994; Erez and Yerushalmy, 2006; Pickreign, 2007). Fujita dan Jones (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui rerata tingkat berpikir geometri siswa dengan menggunakan permasalahan klasifikasi segiempat ini. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa masih berada pada level 0 dan 1. Siswa telah mampu mendefinisikan segiempat melalui visual dan telah mampu menyebutkan sifat-sifat segiempat, tetapi hanya 20% dari subjek penelitian mampu memperlihatkan kaitan dari bentuk-bentuk segiempat. Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara siswa dengan tingkat berpikir 1 dan 2 di dalam pembelajaran geometri sehingga perlu peningkatan pemahama kaitan antara bentuk segiempat. Pada teori Van Hiele dinyatakan bahwa siswa dengan perbedaan level berpikir memiliki perbedaan bahasa dan perbedaan pemecahan masalah (Burger, 1986). Pernyataan ini disebutkan dalam sifat-sifat level (properties of level) pada teori tingkat berpikir Van Hiele yaitu pada sifat distinction. Pada sifat ini disebutkan bahwa pada tiap tiap level berpikir geometri memiliki bahasa linguistik dan simbol tersendiri dalam belajar geometri. Ditambahkan sifat separation yang menyatakan bahwa dua orang dengan level berpikir yang berbeda tidak dapat saling mengerti karena perbedaan pola pikir dan bahasa dalam belajar geometri. Dengan kata lain, dalam setiap level berpikir geometri terdapat gap atau kesenjangan tingkat berpikir. Merujuk pada permasalahan Fujita dan Jones (2007) juga dikatakan bahwa terdapat kesenjangan antara level 1 dan level 2. Kesenjangan tingkat berpikir geometri dapat diatasi dengan jalan memberikan intruksi. Pemberian instruksi ini dirangkai dalam proses pembelajaran yang disebut sebagai 5 Fase Belajar Geometri (Phase of Learning Geometry) yang dikemukakan Van Hiele (Usiskin, 1982). Fase belajar ini to user berisi 5 tahap pembelajaran geometri

4 untuk membantu siswa mencapai level berpikir geometri yang lebih tinggi. Fase belajar ini dapat didesain oleh guru dalam rencana pembelajaran geometri. Oleh karena itu, dalam mendukung pencapaian pembelajaran geometri yaitu agar siswa mampu berpikir hingga Level 2, diperlukan adanya perlakuan yang tepat pada pembelajaran dengan 5 fase belajar geometri. Hal ini dikarenakan peningkatan berpikir geometri tidak terjadi secara natural namun harus dijembatani (Van Hiele dalam Burger, 1986). Artinya, diperlukan adanya perlakuan dari guru beserta perangkat pembelajarannya seperi bahan ajar agar mempengaruhi tingkat berpikir geometri siswa. Dalam mendukung peningkatan level berpikir geometri siswa, diperlukan sebuah proses pembelajaran dengan 5 fase belajar Van Hiele yang membutuhkan peran guru beserta bahan ajarnya. Lima fase belajar geometri Van Hiele ini disusun secara runut dari fase informasi, orientasi bebas, penjelasan, orientasi langsung, dan diakhiri fase inkuiri. Hal ini berarti aktivitas yang disusun dalam pembelajaran geometri yang sesuai dengan 5 fase belajar ini perlu dirancang dengan runut. Di lain sisi, kecepatan siswa dalam memahami setiap fase beragam dikarenakan level berpikir siswa yang beragam. Oleh karena itu, aktivitas yang memuat 5 fase belajar perlu dituliskan dalam bentuk modul agar siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kemampuannya. Meng (2009) menyebutkan bahwa penggunaan fase belajar Van Hiele dapat meningkatkan pemahaman konsep. Nuraeni (2010) juga menyatakan bahwa kegiatan 5 fase belajar Van Hiele dapat meningkatkan kemampuan komunikasi geometris sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep. Selain itu, Nuraini (2010) dalam penelitiannya membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis Van Hiele dapat meningkatkan tingkat berpikir siswa secara signifikan. Oleh karena itu, dengan modul pembelajaran yang telah diintegrasi 5 fase belajar geometri, diharapkan level berpikir siswa dapat meningkat. Akan tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa bahan ajar ataupun modul masih kurang mendukung pencapaian level berpikir geometri yang lebih tinggi. Dalam prasurvai yang dilakukan terhadap buku ajar kelas VII, tidak terdapat aktivitas atau penjelasan mengenai keterkaitan antarsegiempat. Hal ini tentu kurang mendukung waktu pencapaian level berpikir to user deduksi informal yaitu siswa dapat

5 belajar memberikan alasan berdasarkan sifat-sifat segiempat dalam penarikan simpulan keterkaitan antar bangun datar. Dalam diskusi yang dilakukan peneliti dengan guru di SMPN 1 Selogiri, guru juga mengungkapkan bahwa selama ini pembelajaran mengacu pada bahan ajar yaitu dengan menyebutkan definisi segiempat, kemudian menuliskan sifat-sifat segiempat, lalu langsung ke materi keliling dan luas segiempat. Pada buku ajar yang digunakan juga dapat diamati aktivitas-aktivitas yang disusun sesuai dengan penjelasan guru dan memang tidak mengedepankan aktivitas yang menfasilitasi siswa untuk berpikir dan menarik simpulan tentang adanya keterkaitan antarbangun datar. Feza (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa guru mengandalkan pengetahuan terbatas pada buku (textbook) atau pelatihan yang belum dielaborasi. Dampaknya, jika buku panduan yang digunakan kurang mengeksplorasi pengetahuan dapat berpengaruh terhadap pembelajaran kemudian terhadap pemahaman dan tingkat berpikir siswa. Karena permasalahan bahan ajar dalam pembelajaran yang kurang mendukung dan urgensi untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa, maka penelitian ini mengembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran pada pokok bahasan geometri dengan menggunakan teori belajar Van Hiele terutama 5 fase belajar geometri dengan tujuan untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti mengajukan rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: Bagaimana proses dan hasil pengembangan modul pembelajaran geometri pada pokok bahasan segiempat berdasarkan teori Van Hiele untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa yang valid, praktis, dan efektif? C. Tujuan Pengembangan Tujuan dari pengembangan ini adalah untuk menghasilkan modul pembelajaran geometri Van Hiele pada pokok bahasan segiempat yang valid, praktis, dan efektif yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa. to user

6 D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini berupa modul pembelajaran segiempat yang disusun berdasarkan fase-fase belajar geometri Van Hiele dengan konten mengacu pada referensi geometri Van Hiele. Modul berisi definisi, sifat-sifat, dan hubungan antarsegiempat. Modul dirancang untuk pembelajaran segiempat di kelas VII Semester Genap pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. E. Pentingnya Pengembangan Penelitian pengembangan modul pembelajaran segiempat ini penting dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan level berpikir siswa. Apabila level berpikir siswa masih berada pada level 0, yaitu siswa hanya sebatas dapat mengidentifikasi bangun secara visual, maka peran pembelajaran geometri untuk menumbuhkan keterampilan memberikan alasan (reasoning) dan membuktikan (proving) belum dapat tercapai. Padahal tujuan pembelajaran geometri adalah untuk menumbuhkan kedua ketrampilan tersebut (NCTM dalam Bieber, 2013). Oleh karena itu, upaya peningkatan level baik ke level 1 analisis dan level 2 deduksi informal perlu dilakukan yaitu dengan mengembangkan modul pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam memberikan alasan dan berpikir deduktif informal. F. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Modul merupakan sarana utama guru dan siswa dalam belajar sehingga dengan memperbaiki modul dapat berdampak pada perbaikan pembelajaran di kelas. Modul pembelajaran segiempat yang terdiri dari kegiatan-kegiatan atau latihan soal yang memfasilitasi siswa untuk memberikan alasan dan berpikir deduktif informal merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan level berpikir siswa. Modul yang disusun dalam penelitian pengembangan ini terfokus pada pembahasan konsep geometri yang terkait dengan sifat dan hubungan antar segiempat. Oleh karena itu, jarang ditemukan perhitungan-perhitungan matematika seperti pada soal-soal pemecahan masalah to luas user dan keliling.

7 G. Definisi Istilah Istilah level pada penelitian pengembangan ini mengacu pada level berpikir geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele. Istilah fase mengacu pada fase belajar geometri berdasarkan teori Van Hiele. to user